Pekan raya malam ini penuh sesak oleh para pengunjung, termasuk Selena yang memperhatikan semua wahana yang ada dengan alis terpaut. Semua wahana disana jauh berbeda dari yang pernah ia datangi, terlihat sedikit menggoda memang, tapi Selena harus tetap waspada. Karena tidak mungkin Anastasia akan diam saja setelah Austin menolak ajakannya, bahkan Carlos pun menghilang entah kemana.
Ayo, gue udah siap ujian praktek!.
"Apa ada wahana yang ingin nona naiki?"
Selena menatap Austin sekilas, lalu kembali memandangi apa yang ada didepan mereka. Tak lama telunjuknya mengarah pada satu titik, dan itu adalah pilihan pertama sekaligus sempurna yang bisa Selena pikirkan.
"Nona ingin naik bianglala?"
Selena bergumam "Ayo!"
Keduanya berdiri dibelakang antrean bersama pasangan muda lainnya. Bedanya jika yang lain terlihat mesra, maka Austin dan Selena justru sebaliknya. Entahlah, kenapa perasaan Selena begitu cepat lenyap. Bahkan ia tak ragu membangun tembok pembatas karena baginya Austin hanya batu pijakan untuk setiap rencananya, berbeda dengan Edbert sang kunci emas.
Kalo naik ini gue bisa tau, Alan emang dateng kesini atau nggak.
Beberapa menter dari tempat Selena dan Austin berdiri, ada beberapa orang pria yang berusaha membaur bersama kerumunan lain. Para pria dengan airpods ditelinganya itu mulai berpencar, sambil terus berkomunikasi dengan yang lain.
"Cari perempuan dengan ciri-ciri yang aku sebutkan sebelumnya, setelah kalian menemukannya segera hubungi aku. Mengerti?!!"
"Kami mengerti!"
"Cepat cari!"
Pria berambut cokelat kemerahan itu menyibak kerumunan manusia yang menghalangi langkahnya, sementara matanya terus menyisir keadaan disekitar. Sayangnya ia tak mendapati targetnya dimanapun, tapi bukan berarti dirinya akan menyerah begitu saja. Ia terus berjalan tanpa mengurangi ketajaman dari sepasang iris abu-abunya.
"Kami menemukannya tuan!"
Langkah kaki pria itu seketika berhenti "Dimana?!" tanyanya cepat.
"Target sedang berada didekat bianglala bersama seorang pria, dan kelihatannya itu adalah Austin Izaac!"
Mendengar nama Austin disebutkan membuat darah pria yang tak lain adalah Alan itu mendidih, alasannya karena setiap kali mendengar nama Austin maka kepalanya akan langsung mengaitkan pria itu dengan kehamilan Viona. Bahkan saking emosinya ia tak sadar kalau kedua tangannya mulai terkepal kuat, garis bibir yang semula melengkung datar mulai menunjukkan seringainya.
"Ah jadi sekarang adalah hari keberuntunganku ya? Menarik," Alan bergumam, lalu menjilat sudut bibirnya yang sedikit kering.
"Baiklah, mari kita beri sambutan untuk kedua bedebah itu!"
Alan mengeluarkan pistol dari balik jaketnya, tanpa secuilpun rasa takut ia mulai berjalan dengan pistol yang berada dalam genggaman. Sudah bertahun-tahun Alan ingin menghancurkan Edbert karena berani mencuri Viona darinya, juga Austin yang berani mengotori rahim kekasihnya itu. Setelah sekian lama bersembunyi sambil merencanakan cerita balas dendam yang panjang, akhirnya kini tiba saat pembalasan.
Tidak masalah kalau hari ini aku tidak bisa berhadapan dengan Edbert, tapi setidaknya aku bisa membunuh calon istrinya. Dengan begitu dia bisa merasakan apa yang aku rasakan selama bertahun-tahun!.
Membayangkannya saja cukup membuat Alan puas, apa lagi jika rencananya berhasil. Terlebih sepertinya Austin tak membawa senjata apapun, Edbert dan yang lain juga tak ada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROLOG (TERBIT)
RandomHidup sebagai salah satu tokoh protagonis dalam cerita? Alisha, perempuan yang pergi untuk mencari pekerjaan justru harus terjebak dalam sebuah novel dewasa. Masalahnya didalam novel yang ia tempati, Alisha berperan sebagai protagonis yang selalu di...