....🚩bagian tiga puluh lima : pesta perayaan🚩....

34.9K 4.4K 42
                                    

Tok

Tok

Selena mengetuk pintu kamar Noah dengan bahu terkulai, tak lama pintu kayu itu mulai terbuka hingga memperlihatkan sosok si empunya.

"Bagaimana?"

Dengan seulas senyum kecewa Selena menggelengkan kepalanya lemah "Edbert memintaku untuk keluar dari kamarnya,"

Ah aku salah, ternyata Edbert tidak benar-benar menerima Selena.

Kalau begitu apa yang sebenarnya dia inginkan?. Noah membatin penuh tanya.

Menggeleng kecil, Noah mulai menepi dari depan pintu agar Selena lebih leluasa untuk melangkah.

"Masuklah,"

Tanpa banyak protes Selena hanya menganggukkan kepala. Dan sesuai instruksi ia lekas menjatuhkan pantat diatas sofa, sementara Noah pergi entah kemana. Dalam keputus asaan yang melandanya, tiba-tiba saja Noah datang dengan sebotol botol wine, tak lupa ia juga membawa dua buah gelas kosong.

"Kau membawa wine?" bingung Selena, alisnya menyatu.

"Hm."

"Untuk apa?"

"Pestanya sebentar lagi, jadi kau harus berlatih dari sekarang."

"Tapi aku pelayan, tidak mungkin aku bisa masuk kesana. Dan kalau pun bisa, kepala pelayan pasti akan memaksaku untuk bekerja."

"Tenang saja, aku akan membantumu nanti."

Alis Selena terlipat sadar "Sebenarnya apa tujuanmu membantuku? Apa alasanmu?"

Gerakan tangan Noah yang tengah menuang wine ke dalam gelas mereka seketika terhenti. Termenung sejenak, Noah lekas mengangsurkan gelas milik Selena sebelum mulai angkat bicara.

"Satu pertanyaan, kau membenci Anastasia bukan?"

"Dan kau juga ingin membalaskan dendammu pada Anastasia, apa aku benar?"

Melotot terkejut. Selena dibuat menahan nafas ketika Noah berhasil mengulik secuil rencananya, padahal ia yakin selama ini sudah menjaga rahasia dengan sebaik mungkin. Bahkan Selena tak membocorkan secuil pun rahasianya pada Giselle, Astrid maupun Olivia. Lantas bagaimana cara Noah mengetahuinya?.

"Terlepas dari apapun alasanmu...."

"Tunggu, sepertinya kau salah paham." sela Selena membuat wajah Noah tertuju padanya.

"Aku memang membenci Anastasia karena sudah merebut Carlos dariku, tapi membalas dendam?"

"Sepertinya kau salah paham."

Noah memperhatikan Selena lekat, tak berselang lama senyum misteriusnya mulai terpatri. Bukan hanya ekspresinya saja yang berubah, namun aura disekitar mereka juga turut dingin.

"Kau tanya alasanku menantumu, benar bukan?"

Noah mangut-mangut sejenak "Bagaimana kalau aku bilang, aku juga membenci Anastasia?"

"Aku jauh lebih membencinya dari pada kau membenci dia,"

"Aku adalah orang pertama yang ingin melihatnya tersiksa dibawah pedang Edbert,"

"Aku jugalah orang pertama yang ingin merusak senyum palsunya itu, bahkan saat semua orang menaruh simpati atas suara tangisnya."

Nafas Selena terasa makin memberat hanya karena semua perkataan yang Noah taburkan diatas telinganya. Meski bibir Noah masih menyunggingkan senyum, namun intonasi yang digunakannya sangat tidak tepat. Selain menekankan setiap katanya, Noah juga terdengar menyematkan banyak dendam dan luka untuk setiap katanya.

PROLOG (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang