Salah satu alis Edbert terangkat "Kau berdarah?" tanyanya sambil memandangi telapak tangannya sendiri.
"Menurutmu bagaimana, hah?!"
"Menurutku?"
Edbert melipat tangan angkuh, tatapan dinginnya tertusuk tepat diatas iris Selena yang memerah menahan amarah.
"Kau itu bodoh!"
Selena terperangah "Apa?"
"Apa gunanya latihan selama ini, jika dengan satu peluru saja kau bisa terluka seperti ini?" ejeknya dengan nada merendahkan.
"Kau menghinaku?!"
"Ya!" balas Edbert tegas.
"Berani-beraninya kau!"
Karena kelewat emosi, Selena merogoh saku coatnya dan dengan cepat mengayunkan belati mungil yang sedari tadi tersimpan disana. Sayangnya refleks Edbert terlalu cepat, alhasil serangannya berhasil ditangkis dengan mudah.
"LEPAS!" teriak Selena menggema, sementara ia berusaha melepas cekalan Edbert pada pergelangan tangannya.
Edbert memamerkan seringai merendahkannya "Kau yang baru belajar memegang senjata, berani menyerangku yang terlahir memang untuk memegang sejata. Sebodoh itukah dirimu, Selena?!"
Selena tak lantas menjawab, tapi ia tetap berusaha menyerang Edbert dengan tangannya. Sementara tangan lainnya ia biarkan menjuntai ke sisi tubuh, lantaran tak ingin darah dari luka yang menganga itu makin gencar mengalir.
Tanpa secuilpun rasa takut, Selena mengangkat tinggi dagunya "Aku terluka karena dirimu!"
"Jika kau tidak menyerang Alan, sudah pasti pria itu tidak akan menembakku!" tambahnya, marah.
"Tapi dia akan menembak jantungmu, apa itu yang kau inginkan, bodoh?!"
Tangan Selena dihempaskan hingga membuat perempuan itu kembali mendesis kecil sambil mengusap bekas cekalan Edbert yang terlihat memerah.
"Dari mana kau tau Alan akan menyerangku?"
"Alasan kenapa aku meliburkan kalian, semua karena awalnya aku yakin Alan akan menyerang mansion saat tau mansion ini kosong, dengan begitu aku bisa menghabisinya disini!"
"Tapi rupanya perempuan itu mengubah semua rencana, dia menghubungi Alan dan memintanya menyerang dirimu!"
Rupanya bener dugaan gue, jalang itu nggak bakal tinggal diam!. Batin Selena termenung.
Selagi Selena sibuk dengan pikirannya sendiri, Edbert justru asik memandangi belati yang Selena kenakan. Dan dilihat dari sisi manapun, ia yakin belati itu adalah miliknya. Sepertinya Selena mencurinya semasa mereka latihan, atau mungkin dia masuk secara diam-diam ke pondok dan mencuri beberapa senjatanya.
Sayangnya Edbert tak ingin memperpanjang masalah itu. Selagi Selena termenung, ia dengan cepat menarik coat yang dikenakan perempuan itu hingga terlepas. Alhasil kini Selena hanya mengenakan kaos panjang berwarna putih, yang terlihat sedikit kotor pada bagian lengannya. Noda merah berbau anyir itu sedikit mengusik pengelihatan Edbert.
Tubuh Selena berbalik cepat "APA YANG KAU LAKUKAN?!"
"Lepaskan bajumu!"
"KAU GILA?!"
"Aku bilang lepas!"
Sejenak Selena dibuat membeku kala Edbert mengarahkan belati mungil itu ke atas lehernya, bahkan ia dibuat tak bisa berontak karena saat ini tubuhnya di kunci oleh lengan kokoh Edbert dari belakang.
"Kau akan melepaskannya?"
"JANGAN HARAP BAJINGAN!"
Edbert mangut-mangut "Begitu rupanya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
PROLOG (TERBIT)
RandomHidup sebagai salah satu tokoh protagonis dalam cerita? Alisha, perempuan yang pergi untuk mencari pekerjaan justru harus terjebak dalam sebuah novel dewasa. Masalahnya didalam novel yang ia tempati, Alisha berperan sebagai protagonis yang selalu di...