"LEPASKAN AKU!"
Selena berontak, berharap dirinya bisa terbebas dari cekalan Edbert yang kian menguat. Meja, sofa bahkan juga tangga, semua barang-barang itu Selena gunakan sebagai alat bantu dengan harapan bisa mencegah aksi brutal Edbert. Namun naas usahanya sia-sia karena hanya dengan satu sentakan kuat Edbert, membuat pegangan Selena pada barang-barang itu terlepas.
"APA KAU DENGAR?!"
"AKU BILANG LEPASKAN AKU!"
Diam-diam Selena merintih kesakitan karena cekalan Edbert tak menunjukkan tanda-tanda akan mengendur, bahkan ia yakin kulitnya sudah membiru karena perlakuan kasar Edbert. Sementara Edbert sendiri terlihat acuh dan memilih menulikan pendengarannya sejenak.
"LEPASKAN AKU!"
Sesampainya di kamar, Edbert segera membawa Selena ke kamar tidur. Tanpa ba bi bu ia melempar tubuh mungil Selena ke atas ranjang, alhasil suara pekik kesakitan kembali menggema didalam kamar sunyi itu.
Bruk
"Akh!"
Dengan mata terpejam Selena memijit pelipisnya yang secara tak sengaja membentur kepala ranjang, hingga menghasilkan rasa pening yang luar biasa.
"Ash, kepalaku!"
Tanpa membuang waktu Edbert lekas menurunkan mantel yang sedari tadi ia pakai, hingga yang tersisa hanya T-shirt hitam polos yang tepat memeluk tubuh berototnya. Selanjutnya Edbert mengeluarkan sebuah borgol dari dalam laci nakas. Awalnya ia hendak melakukan semua hukumannya secara sederhana dan cepat, hanya saja respon Selena ketika melihat dirinya mengeluarkan sebuah borgol membuat Edbert terpaksa mengurungkan niat baiknya.
"APA YANG AKAN KAU LAKUKAN DENGAN BORGOL ITU?!" Selena berteriak panik, terlebih kepalanya sudah dihinggapi pikiran kotor.
"Aku hanya akan menghukummu." balas Edbert ringan, tapi tidak di mata Selena.
"KAU GILA?!"
Alis Edbert menukik "Aku melakukan semuanya dengan rapi dan tersusun, sangat jauh berbeda darimu. Jadi siapa yang gila disini?"
Selena menggeleng tak percaya. Ia hendak melarikan diri dari sana, hanya saja tubuhnya berhasil digapai oleh tangan Edbert lalu dirinya kembali dilempar kuat ke atas ranjang. Tentu Selena tak tinggal diam dengan perlakuan Edbert, dia terus meronta bahkan juga memukuli pria yang kini sudah berada tepat diatas perut Selena dengan kedua kakinya yang dijadikan sebagai penopang.
"Diam!"
Selena menggeleng kuat "LEPASKAN AKU!"
"Aku bilang diam!"
Selena tak menurut. Ia terus memberontak hingga membuat keduanya harus terlibat perkelahian kecil, dimana sekali lagi Edbert harus membanting tubuh Selena diatas ranjang empuknya hanya agar perempuan itu tak pergi kemanapun.
"LEPASKAN AKU!"
"Diam!"
Edbert menggigit borgol yang sudah ia siapkan, agar bisa menertibkan Selena yang sudah berada dibawah kendalinya.
"Aku bilang diam!"
Bukan Selena namanya jika dia patuh dan tidak berbuat nekad, beberapa kali Selena berteriak, memukul bahkan juga meronta kuat agar bisa bebas. Edbert sendiri memilih memperkuat cekalannya pada kedua pergelangan tangan Selena, lalu menyatukan tangan mungil Selena diatas kepala perempuan itu. Karena posisi keduanya yang sedikit mempersulit Edbert, jadi ia memilih melepas cekalannya sejenak kemudian beralih menyisipkan tangannya pada pinggang Selena, lalu dengan cepat memutar tubuh perempuan itu menjadi tengkurap.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROLOG (TERBIT)
RandomHidup sebagai salah satu tokoh protagonis dalam cerita? Alisha, perempuan yang pergi untuk mencari pekerjaan justru harus terjebak dalam sebuah novel dewasa. Masalahnya didalam novel yang ia tempati, Alisha berperan sebagai protagonis yang selalu di...