Dari balik jendela kamarnya Edbert menyaksikan semua yang terjadi. Entah kenapa tapi ia menyukai keributan yang terjadi, padahal dulu Edbert lekat dengan ketenangan. Mungkin semua terjadi begitu Edbert menemukan sisi manipulatif Selena yang coba mengendalikan keadaan dan memengaruhi simpati orang-orang disana, meski berhasil namun masih ada segelintir orang yang memihak Anastasia.
"Kau bertindak terlalu jauh," komentar Edbert sembari memperhatikan punggung Selena lekat.
Dan seolah paham jika ada seseorang yang tengah mengawasinya, refleks Selena langsung menghentikan kakinya lalu mulai memutar badan. Sayangnya ia tak berhasil menemukan siapapun dibelakang mereka, kecuali beberapa pohon yang berhasil ia dan Austin lalui.
"Ada masalah nona Selena?"
Selena mengerjap sadar, buru-buru ia menggelengkan kepala guna menepis kecurigaan yang mungkin mulai bersarang dalam pikiran pria itu.
"Ayo."
"I... iya,"
Keduanya kembali berjalan dengan meninggalkan prasangka buruk Selena. Lama melangkah, pada akhirnya mereka sampai di tempat latihan. Hanya saja Austin tak langsung meminta Selena untuk meregangkan otot tubuhnya, ia lebih memilih untuk menenangkan perempuan itu sejenak.
"Nona butuh minum?"
Rahang Selena terangkat "Apa boleh?"
"Akan segera saya ambilkan,"
Austin bergegas meninggalkan Selena yang duduk tenang dibawah pohon rindang. Selagi Austin pergi, Selena kembali berkutat dengan pikirannya.
Ternyata masih banyak yang simpati sama tuh cewek, kalo gini caranya gue harus cari cara lain.
Selena menggigiti ujung kukunya dengan gelisah, semakin banyak berpikir, semakin sesak kepalanya. Seolah semua beban yang ada didunia sengaja tercipta untuk Selena, dan Tuhan memintanya untuk mencari semua solusinya seorang diri.
Kalo dipikir-pikir emang banyak sih yang simpati sama Anastasia, tapi nggak sedikit juga yang simpati ke gue. Berarti gue masih punya peluang buat hancurin Anastasia lewat musuh-musuhnya, iya gitu aja buat sekarang. Selena mangut-mangut kecil.
Berarti tugas gue sekarang adalah mencari tau, siapa aja orang yang nggak suka sama tuh cewek. Setelah itu gue harus bisa bikin mereka berpihak ke gue, mungkin aja setelah itu mereka bakal bongkar borok si Anastasia!.
Menyeringai kecil. Selena merasa puas dengan hasil pemikirannya, yang nanti akan ia kembangkan agar semuanya jadi lebih matang. Yang terpenting sekarang Selena harus melatih tubuh lantaran novel yang ia tempati akan menjadi sarang pertumpahan darah, dan Selena adalah salah satu mangsa empuk para tokoh utama disini.
"Nona?"
"Ya?!" pekik Selena terkejut.
Menggeleng cepat "Ah maaf, saya tidak bermaksud untuk mengejutkan tuan Austin." sesalnya sungguh-sungguh.
Austin tersenyum maklum "Tidak masalah. Oh iya, silakan diminum agar nona bisa lebih tenang."
"Terima kasih."
Selena mengambil alih botol yang Austin angsurkan lalu menenggak isinya secara perlahan, sembari sesekali mencuri pandang pada Austin yang sedari tadi terus memperhatikannya.
"Sudah lebih baik?"
"Ya, terima kasih." balas Selena, menyeka bibir atasnya yang sedikit basah.
Tersenyum simpul, tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi ia ikut mendudukkan diri tepat disamping Selena yang kembali terdiam. Selama beberapa waktu Austin sengaja tak menanyakan apapun agar Selena bisa tenang, sampai akhirnya Selena bersedia menceritakan sendiri segala keluh kesahnya. Tapi tak peduli berapa lama waktu yang mereka habiskan, Selena tak sekalipun membuka suara. Mungkin Selena memang tidak ingin mengusik kembali masalah yang mengguncang mentalnya, atau bisa jadi Selena tak bisa mempercayai Austin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROLOG (TERBIT)
RandomHidup sebagai salah satu tokoh protagonis dalam cerita? Alisha, perempuan yang pergi untuk mencari pekerjaan justru harus terjebak dalam sebuah novel dewasa. Masalahnya didalam novel yang ia tempati, Alisha berperan sebagai protagonis yang selalu di...