Happy reading ❤
Sudah seminggu Rena dirawat inap, sudah selama itu pula Andreas senantiasa berada disisinya.
Lelaki itu tampak begitu menyedihkan dengan wajahnya yang murung, lingkaran hitam terlihat jelas dikedua mata tajamnya.
Andreas terus menggumamkan kata maaf dan maaf, menggenggam tangan mungil Rena yang terdapat infus.
"Ren, lo capek banget ya? sampe gak bangun-bangun." ucap Andreas, memandang wajah damai Rena yang pucat.
Wajah ayu nya terpejam, yang biasanya berteriak dengan galak kini hanya bisa terpejam.
"Bangun, gue nungguin omelan lo.. Maafin gue yang gak becus jagaain lo.. Maaf.." lirih Andreas kemudian mencium punggung tangan Rena.
Tiba-tiba bahunya ditepuk, Andreas menoleh mendapati mama Rena tengah tersenyum hangat padanya.
"Nak andre, jangan nyalahin dirimu sendiri.. Ini udah takdir, udah ya sekarang nak Andre istirahat liat tuh matanya udah kayak panda. Mommy kamu juga khawatir Ndree, nanti kalo Rena bangun tante kabarin deh." bujuk mama Rena membelai rambut kusut Andreas.
Andreas mengangguk, memang benar saat ini tubuhnya begitu lelah.. Kepalanya terasa pusing, makan yang tidak teratur, serta jam tidur yang berantakan.
Andreas bahkan sering absen sekolah, namun karena mommy nya yang garang alhasil dia berangkat sekolah walau sering membolos.
Kasus Gabriella sudah diusut oleh pihak berwajib, ini sudah termasuk tindak kejahatan.. Tak ada yang berani melaporkan seorang Gabriella selain cantik gadis itu juga licik, menggunakan kekuasaan ayahnya untuk menutupi segala perbuatan yang dia perbuat.
Korbannya salah satunya ialah Rena, hanya seorang Andreas yang berani melaporkan tindakan Gabriella.
Agar gadis tersebut jera..
"Iyaa tante.. Kalo begituu Andre pamit pulang dulu, Assalamualaikum.." pamit Andreas mencium punggung tangan mama Rena.
"Waalaikumussalam.."
Sekali lagi Andreas memandangi Rena, sebelum benar-benar pulang.
Pintu rawat inap tertutup, disusul pekikan girang dari seorang gadis yang berpura-pura tertidur dengan lamanya.
Yaa, gadis itu adalah Rena.. Rena sejujurnya sudah sadar dari 3 hari yang lalu namun karena dia ingin melihat se menyedihkan apa Andreas ia memulai bersekongkol dengan mamahnya.
"Cih, ratu drama!" cibir mamahnya.
Rena mengerucutkan bibirnya sebal, mamanya kalau ngomong pedas sekali.
"Mah laperr.." rengek Rena memegangi perutnya dengan wajah memelas.
Mamanya berdecak pelan.
"Itu disamping brankar kan ada nasi, tinggal dimakan." jawab mamahnya yang sibuk berselancar didunia maya."Ihh Rena pengennya makan seblak, gak mau ituu.. Gak enak!" bantah Rena menolak keras memakan masakan yang disediakan rumah sakit.
Mamahnya menggeleng pelan, gadis itu sangat keras kepala mau tak mau setelah berdebat panjang, Akhirnya Rena lah yang memenangkannya dan mamahnya mau tak mau menurutinya.
10 menit berlalu, mamahnya kembali dengan dua kantong kresek sedang.
Rena dengan semangat mengambil dan memakannya, netranya memejam seolah seblak itu adalah makanan terenak didunia.
Rena sejujurnya kangen dengan sahabat-sahabatnya yang mengunjunginya apalagi chika gadis itu terlihat paling heboh diantara yang lain.
Hampir satu sekolah menjenguk Rena, namun ketos menyarankan untuk perwakilan perkelas saja minimal 2 orang begitu yang ia dengar dari keramaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arena Vs Andreas [TAMAT]
Teen Fiction!!Awas Bengek!! (Gak usah dibaca klo gasuka. Silahkan cuzz go away) "Ndre lo jelek!" "Jelek-jelek gini juga lo suka.." "Dih, pede!" "Dasar cewekk, gengsi nya digedein.. Gue cari istri baru aja dah!" "Lo mau gue sunat dua kali ndre?! Mumpung gue lagi...