Happy reading ❤
"Huekk.. Huekk!" Rena terus memijat tengkuk Andreas.
Sedari pulang sekolah tadi, lelaki itu terus memuntahkan semua isi perutnya, membuat Rena dilanda cemas.
"Ndre, tadi lo makan sembarangan ga sih?" Rena menatap Andreas iba, wajah lelaki itu pucat pasi.
Andreas terduduk lemas di lantai kamar mandi, Rena dengan segera memapahnya menuju ranjang.
"Lo istirahat dulu.. Gue panggilin dokter ya."
"Gak mau Ren." tolak Andreas, membuat Rena mengehela nafas. Beribu kali gadis itu mengajaknya ke dokter takut-takut kalau salah makan atau apa, namun penolakan yang selalu ia dapat.
"Gak ada penolakan! Gue panggilin dokter.." Rena beranjak menelfon dokter.
Andreas tak mampu melawan tubuhnya sangat lemas, hanya mampu berbaring diranjang. Rasaa mual yang kembali bergejolak diperutnya, membuat ia berlari menuju kamar mandi memuntahkan cairan bening terus menerus.
Rena berlari tergopoh-gopoh, kembali memapah lelaki itu.. Dengan sabar dan telaten mengusap keringat Andreas, tak lupa mengoleskan minyak kayu putih ke perut lelaki itu.
"Masuk angin ya?" Rena mengecek suhu tubuh Andreas yang memang sedikit hangat.
"Minum dulu Ndre.." Rena menyodorkan segelas air teh hangat, Andreas meminum nya sedikit.
Rena beranjak saat mendengar ketukan pintu, gadis itu membuka pintu utama mendapati dokter Raymond.
"Andreas nya dikamar dok." Rena menggiring dokter Raymond, menuju kamar yang ditempati Andreas.
"Mual-mual.. Badan anget, saya khawatirnya Andre keracunan makanan atau apa." papar Rena.
Dokter Raymond yang sedang memeriksa Andreas pun tersenyun kecil, memandang Rena penuh arti.
"Andre tidak kenapa-kenapa.. Oh ya nanti sore Rena sama Andre ke rumah sakit medhika ya, besok saya tunggu diruangan saya." jelas dokter Raymond.
Dahi Rena berkerut bingung, "Loh? Jadi Andreas gak kenapa-kenapa nih? Dia gak keracunan kan?"
"Tidak. Ini Andreas kalo mual lagi ini resep nya udah saya catat ya.. Nanti silahkan ditebus, saya pamit dulu ya." pamit dokter Raymond penuh arti
"Terimakasih dok, hati-hati.." Rena melambai sopan, melihat kepergian dokter Raymond.
Rena terdiam masih memikirkan tatapan penuh arti dari dokter Raymond, gadis itu dilanda kebingungan bercampur bahagia karna Andreas tidak kenapa-kenapa.
"Ren.. Gue laper." celetuk Andreas menyadarkan lamunan Rena.
"Mau makan apa?"
"Gue pengen makan seblak pedess." pernyataan itu membuat Rena melotot terkejut.
"Gak salah kan ya?"
"Gue pengen makan itu Ren.. Lidah gue butuh yang pedes-pedes." akhirnya, mau tak mau Rena pun mengangguk menuruti.
"Gue buatin deh.." Rena berlalu menuju dapur.
Memakai celemek dan mencuci tangannya terlebih dahulu, kini wanita yang berstatus istri seorang Andreas tengah berkutat dengan aneka alat dapur.
Rena tentu saja handal dalam memasak seblak, bahkan Rena selalu membuat seblak jika dirasaa dirinya ingin memakan seblak.
Dua puluh lima menit berlalu, kini bau harum masakan menguar.. Hingga membuat Andreas beranjak dari ranjang meskipun masih lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arena Vs Andreas [TAMAT]
Dla nastolatków!!Awas Bengek!! (Gak usah dibaca klo gasuka. Silahkan cuzz go away) "Ndre lo jelek!" "Jelek-jelek gini juga lo suka.." "Dih, pede!" "Dasar cewekk, gengsi nya digedein.. Gue cari istri baru aja dah!" "Lo mau gue sunat dua kali ndre?! Mumpung gue lagi...