Happy reading ❤
"Beneran mau ke sekolah?"
"Iya, gue gak sakit ndre!" Rena mencibik kesal.
Andreas hanya mampu menghela nafas, "Yaudah iyaa, tapi janji dulu sama gue.. Lo gak boleh petakilan, dan banyak tingkah oke." tekan Andreas, bukan apa-apa melainkan lelaki itu khawatir pada kehamilan Rena. Pasalnya masih sangat rentan, bumil dilarang bergerak terlalu aktif.
Rena memutar bola matanya jengah, mau tak mau mengiyakan saja malas berdebat.
Kini kedua muda-mudi tersebut menaiki motor dan melaju menuju sekolah.
Hingga setibanya mereka disana, seperti biasa Andreas mencopot helm Rena kemudian merapikan rambut Rena yang sedikit berantakan.
****
Bell istirahat berbunyia, menandakan pelajaran telah usai.. Sepertia biasa siswa-siswi berhamburan menuju kantin.Akan tetapi hal itu tidak bagi Andreas, sedari tadi lelaki itu asyik menggerutu sembari memetik mangga.
Mendengar ocehan serta kebawelan Rena, Andreas hanya mampu menghela nafas sabar. Semenjak hamil gadis itu suka memerintah seenaknya, tingkat menyebalkan Rena naik drastis membuat orang terdekatnya heran akan perubahan hormon nya.
"Ih ndre! Yang bener ngambilnya ini belum mateng." protesnya melempar mangga muda tersebut.
Andreas berdecak sebal, terhitung sudah ke tiga kali gadis itu membuang mangga hasil memetiknya.
"Astaga Ren, mangganya emang belum mateng." ujar Andreas yang sedang nangkring di pohon.
"Yaudah, ambilin itu yang paling gede." putusnya menunjuk salah satu mangga yang paling besar namun belum matang.
Andreas mendongak, mangga itu terlalu tinggi untuk ia gapai.
Tak mau menyerah, demi menuruti bumil dibawahnya Andreas bahkan rela memanjat pohon mangga yang tinggi.
Dengan pelan Andreas mulai menaiki dahan per dahan, berjinjit sedikit kemudian meraih mangga tersebut.
"Nih tangkep!" Andreas melempar mangga tersebut ke arah Rena, yang siaga menangkapnya dibawah.
"Yey! Dapet."girang Rena.
Andreas yang melihat istrinya tersenyum ikut bahagia, namun saat akan turun Andreas mendadak gemetar.
Bayangkan saja ini hampir di puncak pohon mangga, yang tingginya mungkin sekitar dua meter.
"Ndre turun lah, ngapain diatas mau cosplay jadi onyet?" dengan entengnya Rena berujar, sambil asyik melahap mangga muda yang asam.
Andreas hanya mendengus kesal, "Gue turunnya begimane ini!" Andreas mendadak panik.
"Ya, lompat lah."
Andreas perlahan menuruni dahan dengan gemetaran, saking gugupnya kakinya mendadak licin dan, tangannya tak sanggup menahan berat tubuhnya pun terjatuh mengenaskan di bawah.
Bruk.."Aduh!" pekik nya kencang, tak tanggung-tanggung Andreas bahkan menahan sakit di sekujur badannya.
Nyeri sekali, serasa tulangnya patah. Rena yang melihat itu panik, dia tergopoh-gopoh memapah Andreas yang mungkin tulangnya bengkok.
"Ndre lo gak papa kan? Tulang lo gak bengkok kan? Gak sakit kan?" pertanyaan beruntun Rena layangkan.
Andreas tak sanggup berbicara, yang terdengar hanya ringisan kecil.
Netra Rena berkaca-kaca melihat wajah kesakitan Andreas. Ini semua karena ulahnya, yang ngotot ngidam ingin memakan mangga dibelakang sekolah.
Jika tau pada akhirnya begini, Rena tidak akan menyuruh Andreas memanjat pohon setinggi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arena Vs Andreas [TAMAT]
Teen Fiction!!Awas Bengek!! (Gak usah dibaca klo gasuka. Silahkan cuzz go away) "Ndre lo jelek!" "Jelek-jelek gini juga lo suka.." "Dih, pede!" "Dasar cewekk, gengsi nya digedein.. Gue cari istri baru aja dah!" "Lo mau gue sunat dua kali ndre?! Mumpung gue lagi...