HARMONI SAGA

151 20 7
                                    

Pada subuh yang gigil kusibukkan diri di dapur, berperang dengan wajan demi menyajikan nasi goreng yang nikmat untuk seseorang.

Bunyi gesekan sutil pada wajan tak lebih gaduh dari hatiku sekarang. Terus menanyakan hal yang sama setiap hari, berulang-ulang, mengapa jalannya takdir berbeda dari yang kuimpikan.

"Baunya menggoda banget, Dek!"
Suara lelaki itu mengalihkan gejolak batinku, yang seharusnya tak berpikir berat-berat dulu di pagi buta seperti ini.

Cepat-cepat kusembunyikan kalung yang sedari tadi menemani aktivitas, di saku gamis.

"Iya, Mas. Kubuatkan nasi goreng favoritmu." Kujawab ia, tanpa sedikitpun menoleh. Menghindari kontak mata dengannya bisa menutupi rasa bersalah yang bersarang di dalam dada.

Namun, dari ekor mataku terlihat dirinya sedang menunggu di meja makan yang jaraknya begitu dekat dari tempat memasak. Ia meletakkan siku kirinya di atas meja, menjadikan telapak tangan sebagai tumpuan dagunya, menatap ke arahku tanpa bergerak.

Kuhampiri dirinya dengan dua piring nasi yang masih mengepul asapnya. Kami duduk berhadapan. Sarapan bersama seperti hari-hari sebelumnya.

"Masih panas, Mas!"
Aku sedikit geli, melihat dirinya yang tak sabaran ingin segera melahap nasi goreng yang baru saja matang. Kemudian mengacungkan dua jempol setelah satu suapan, sementara mulutnya sibuk mengunyah.

Jika saja yang sedang di hadapanku ini adalah seseorang yang kurindukan itu, betapa bahagianya. Entah, ini pengandaian yang ke berapa.

"Dek, sumpah! ini enak banget. Kalau tiap pagi dibuatin nasi goreng terus, aku enggak bosan, loh ...."

Lelaki itu bangkit, mendekat. Diciumnya sekilas puncak kepalaku yang tertutup jilbab. Lalu menyambar tas kerjanya dengan tergesa.

Belum sampai pintu, ia berbalik lagi. Menghampiriku yang sedang membereskan peralatan makan.

"Ada yang tertinggal, Mas?" Dahiku mengernyit dalam, menatap lelaki rupawan dengan kemeja warna marun itu.

"Ada!" Ia memegang pundakku, menatap lekat pada mata ini, lalu berbisik "senyummu ...."

Kutarik sudut bibirku, menciptakan segaris lengkung sesuai keinginannya.

"Puas, Mas?"
Ia malah terkekeh.

Lalu digenggamnya tanganku, nampak ragu-ragu ia ingin menyampaikan sesuatu. Kunaikkan sebelah alisku, akhirnya ia kembali berbisik lirih .... "Dek, bukan hanya kamu saja yang kehilangannya. Mas, juga!"

Setelah mengucapkan itu punggung kekarnya menghilang. Meninggalkan diriku yang mematung sendirian, mengapa kalimatnya begitu menohok.

Mungkinkah aku melakukan kesalahan tadi malam, mengatakan segala yang kurasakan di luar batas kesadaran, bicara ngelantur saat tidur.

Aku menoleh pada cermin di belakang tempatku berdiri. Memeriksa wajah, mungkinkah rindu yang tersimpan diam-diam untuk lelaki lain itu jelas terlihat, sehingga suamiku bisa membacanya dengan mudah.

Sungguh, aku tak membenci pernikahan ini, hanya saja belum bisa menerima kenyataan bahwa bukan dia yang kuminta dalam doa-doa.

Mungkinkah daftar permintaanku pada Tuhan terlalu panjang, hingga jodoh yang sebenarnya kuinginkan masih dalam antrean.

Lalu kuubah doa, berkali-kali mengatakan pada Tuhan secara spesifik apa yang kumau. Nampaknya Tuhan tidak setuju, hingga mengirimkan orang lain sebagai pendampingku.

Bahkan, saat Tuhan mengijinkan untuk bersua dengan cinta pertamaku hanya dalam mimpi, aku bahagia. Sekalipun cukup singkat itu bisa sedikit mengobati lara hati.

Namun, tangis pecah lagi saat mimpi itu sirna dan membuka mata yang dihadapanku adalah wajah orang lain.

Serupa ikan yang dijauhkan dari kolam, rasanya sesak, mencinta tanpa menyatu dengan yang dicintai, aku bisa mati.

Bodohnya, aku tak bisa membunuh kenangan. Bahkan kalung pemberian seseorang pemilik hati ini, masih kusimpan. Kujadikan teman dalam keseharian. Kukatakan apapun padanya, seolah ia bernyawa, mengerti kesedihanku semenjak ditinggal tuannya.

Kerlipnya yang tertimpa cahaya serupa mataku, yang berbinar saat melihat wajahnya dulu. Kalung itu pula yang menjadi saksi, kisah cinta yang tak biasa pada masa putih-abu, saat gempa dahsyat melanda Yogyakarta di tahun 2006 silam, awal kisah rumit ini bermula.






















HARMONI SAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang