[13]

2.5K 181 13
                                    

Jangan lupa vote,komen, and kritiknya.


******

Drtt

Drtt

Drtt

Haechan segera memukul alarmnya yang terus bergetar dari tadi, bunyinya sangat mengganggunya. Haechan menggeliat dikasur, meregangkan otot-ototnya seperti kucing yang baru bangun.

Haechan mengucek-ngucek matanya yang masih lengket, dan tiba-tiba terdiam mengingat kejadian kemarin sore. Ah, sangat memalukan serta menyenangkan bagi Haechan. Haechan jadi tau perasaannya kepada Mark benar-benar ada, namun bingung dengan anak yang satu itu, apa benar ada rasa suka juga atau cuma nafsu saja?

"Haechan bangun!"

Satu teriakan dari ibunya tercinta membuat Haechan sadar seketika. Haechan menghela napas lelah, lalu bangkit dari kasur dan meraih handuk dikursi dekat ranjangnya. Haechan mulai bersiap-siap dari mandi, memakai parfum, memakai baju, lalu menata rambutnya. Haechan menatap dirinya dikaca, melihat setiap rinci yang selalu dibilangnya tampan. Anak itu tertawa miris, entah mengapa dia ingin normal seperti yang lainnya.

Haechan menggeleng pelan setelah cukup lama mengamati dirinya sendiri dicermin.

"Gila emeng gw!"

Haechan menata rambutnya dengan rapi, dan kembali melihat matanya yang bengkak bukan main dicermin. dirinya berdecak sebal, tak seharusnya kemarin dia menangis sampai jam 1 subuh hanya karna Mark, kalau begini dia yang repot harus mencari alasan untuk mata bengkaknya.

"Moga ajah ibu nggak nanya, males gw jawabnya." Gumamnya seraya memasukkan buku kedalam tas.

Tunggu.

Haechan lupa mengerjakan tugas. sudah nanti bisa pakai jalan ninja.

Segera Haechan mengangkat tasnya serta jaket abu-abunya dan turun keruang makan. Haechan sedikit menunduk dan sengaja menutupi kepalanya menggunakan hoddie, agar tak kelihatan oleh ibunya.

"Matanya kenapa. kok kayak habis disengat lebah?"

mampus.

Belum sampai dimeja makan, Haechan baru saja menuruni tangganya, ibunya sudah menyambar Haechan dengan pertanyaan yang berhasil membuatnya ling-lung bukan main.

"Anu-anu- abis nangis."

Ibunya berkacak pinggang,"Lo, gara-gara apa?"

Haechan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal,"Nonton drakor."

Ibunya menatapnya curiga, namun kemudian mengangguk.

Haechan mengelus dadanya, kali ini lolos. Jawaban tadi akan terus dia pakai saat ada yang bertanya nanti, namun kalau yang bertanya Mark tentang matanya akan dia gampar saja.

"Ayo makan," Ajak ibu Haechan,

Haechan mengangguk, lalu duduk dikursi berhadapan dengan ibunya. Dia celingak-celinguk mencoba mencari seseorang, ibunya yang tengah memakan nasi goreng menatap bingung Haechan.

"Cari siapa sih, Chan?"

"Papa mana bu?"

"Udah kekantor, ada kerjaan pagi katanya."

Haechan cuma mengangguk, dan kembali memakan nasi goreng buatan ibunya. Haechan itu memang selalu manggil papa, bukan ayah. kata Mark aneh, katanya dimana-mana kalau kita panggil ibu, kita juga harus manggil ayah. Tapi Haechan tidak mau ingat, takut keselek keingat perkataan ayang.

 Belok [Markhyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang