Mark berjalan dengan senyum diwajahnya. Sdh seminggu dia pergi, sengaja tidak mengabari Haechan kemarin kalau dia akan pulang. Dia berniat ingin memberi kejutan kepada anak itu, semoga saja dai tidak kesal karena Mark tak mengabarinya sebelum pulang. Mark memegang medali yang dia kalungkan, ini semua karena kerja keras dan tim-nya sehingga dia bisa juara satu melawan sekolah-sekolah disana. Mark akan menunjukkan medali ini pada Haechan, pasti dia akan sangat bangga padanya.
"Mark!"
Mark menoleh, dan mendapati Lia berlari kearahnya. Sebenarnya, sejak kejadian Lia mencium Mark dia tidak ingin terlalu dekat ladi, takut Haechan kecewa atau malah cemburu. Tapi kalau hanya sebatas teman mungkin boleh-boleh saja, toh sekarang Mark sudah tak ada perasaan apapun kepadanya.
"Hai Lia, kenapa?"
Lia menyodorkan satu buket bunga, "Buat kamu. Selamat karena juara yah,"
Mark dengan senang hati menerima buket yang berisi mawar putih kesukaannya, "Tau saja kesukaanku." Ucapnya tersenyum.
Lia hanya tersenyum kembali,"Mark... Nanti mau jalan sama gw? Gw mau ngomong sesuatu."
Mark terdiam sejenak. Dia baru saja datang, bila dia menerima ajakan Lia, Haechan pasti akan marah. Tapi kalau dia menolak ajakannya, dia jadi tidak enak.
"Maaf Lia, aku ada urusan. Lain kali ajah gimana?"
Lia nampak kecewa, tapi cepat-cepat langsung tersenyum,"Yaudah deh. Kalau gitu aku pamit."
Mark membalas lambaian tangan Lia. Dia heran, kenapa baru sekarang gadis itu dekat dengannya. Dulu saat Mark mati-matian menyukainya, dia malah menjauh. Mark menggeleng pelan, yang sekarang harus dia fokuskan adalah bertemu Haechan.
Mark naik ke Taxi yang memang sudah dipesannya tadi, dia tak hentinya memandangi foto terakhir dia dan Haechan saat dia ingin pergi keBandung untuk lomba Volly. Rasanya Mark sudah tak sabar, setelah sampai dia janji akan memeluk anak itu erat, tak akan dia lepas hingga malam. Biarlah dia diomeli karena tidak pernah mengabarinya, yang penting dia harus ketemu dulu dengan Haechan.
Taxi berhenti tepat didepan rumah Haechan, sengaja Mark ingin berhenti disitu dia ingin langsung menemui Haechan baru ingin pulang. Mark berdiri didepan pagar Haechan, kemudian tersenyum. Mark berjalan masuk kepekarang rumah dan sampai didepan pintu Haechan. Dia mengetuk pintu itu berharap Haechan yang membukakannya.
"Sebentar!"
Mark tersenyum simpul, lega rasanya mendengar teriakan Haechan setelah seminggu dia meninggalkan anak itu. Tak lama pintu terbuka, menampilkan Haechan dengan kaos dan celana pendek. Mark tersenyum, sedangkan Haechan terdiam diambang pintu.
"Sayangnya Mark, nggak mau peluk?"
Haechan tanpa Babibu, langsung mengahambur kepelukan Mark. Memeluknya sangat erat, sudah seperti bertahun-tahun tidak bertemu. Mark meletakkan tasnya, dan membalas pelukan Haechan tak kalah eratnya. Akhirnya rindu Mark terbayar, sekarang dia sudah bisa lagi memeluk Haechan dengan erat seperti ini. Rasanya sangat nyaman.
Mark mengecup puncak kepala Haechan,"Kangen, hmm?"
Haechan cuma mengangguk, tangisannya sudah pecah sedari dia melihat Mark berdiri didepan pintu rumahnya. Rasanya seminggu tanpa kabar dari pemuda itu, membuatnya sunggu rindu dan rasanya ingin memeluknya terus. Haechan ingin mengomel, tapi tunggu sesudah dia memeluk Mark, mencurahkan semua kerinduannya seminggu ini.
Mark mengelus rambut Haechan dengan lembut,"Kok lo nangis. Udah yah, gw udah ada disini."
Haechan melepas pelukan Mark, lalu memukul kepalanya dengan keras,"Lo kenapa nggak ngasih kabar? Mau dibilang mati sama gw, mau supaya gw mati-matian cari kabar tentang lo. Oh... atau lo dapat cewek montok disana? Karna gw nggak punya tete' lo cari cewek gitu? gitu Mark? HAA? mana tu cewek, gw tabok panci tu! Lu kenapa si kan gw-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Belok [Markhyuck]✔
Fanfiction❛❛Haechan suka Ryujin tapi mark perhatian, udah Haechan suka mark ajah. Mark katanya straight, tapi panas liat haechan dekat Ryujin. Udah, mark suka Haechan ajah. ❞ Judul sebelumnya: "Katanya lurus terus" Judul sekarang : "Belok" ⚠️Warning! ⚠️ ⚠️BOY...