[26]

1.1K 76 2
                                    

Haechan semenjak hari itu jadi menyukai cafe itu. Entah mengapa setiap dirinya kesana, mau itu hanya ingin mendengarkan lagunya sambil meminum kopi, ataupun pergi mengerjakan tugas atau menemani Ryujin. Lagu disanalah yang selalu mewakili dirinya, menjadikannya suka dengan musik. Haechan sadar, kepergian Mark bukan mimpi dan tidak bisa dia cegah oleh karena itu dia akan berusaha melupakan pemuda yang dulunya mengisi hari-harinya, kini dia harus terbiasa tanpanya. Tak bisa dipungkiri, Haechan sebenarnya tak akan pernah rela namun pada akhirnya Haechan akan melakukan itu pada akhirnya. Katanya, waktu akan mengobati dan menghilangkan segalanya.

"Ulangan penilaian akhir udah deket, Chan. Setelah lulus disini kamu mau masuk fakultas mana?"

Haechan menoleh kearah Ryujin yang tengah memakan cemilan. Seperti biasa, mereka berdua akan menghabiskan waktu dicafe ini sehabis pulang sekolah guna mengerjakan tugas-tugas yang belum selesai. Namun hari ini berbeda, mereka kesini hanya untuk bersantai-santai saja karena tugas-tugasnya sudah selesai.

Haechan menyeruput sekali kopinya, lalu tersenyum kearah Ryujin,"Nggak tau yujin. Aku cuma suka main basket. Kalau pelajaran, benci semua."

Ryujin jelas terkekeh mendengar ucapan dari pemuda berjaket hitam didepannya ini. Sekian banyak pelajaran yang Ryujin rasa sangat bagus, tak satupun yang Haechan suka. Benar-benar Ryujin tak habis pikir.

"Bhs. Indonesia?"

Haechan menggeleng,"aku benci buat pantun, rasanya terlalu banyak peraturan."

"Seni budaya?"

Haechan sekali lagi menggeleng,"Aku nggak suka. otakku terlalu kecil untuk menghasilkan karya yang unik."

"Kalau gitu matematika?"

Haechan menggeleng cepat sambil menyilangkan kedua tangannya,"Lebih baik aku nggak kuliah kalau harus ambil jurusan yang berhubungan dengan matematika."

Ryujin menghela napas. Sudah tak tau apa maunya orang didepan ini,"Kalau gitu mau jadi apa?"

Masa depan Mark

"Nggak tau yujin."

Ryujin hanya menggeleng pelan lalu kembali meminum kopi yang sekarang menjadi kesukaannya. Haechan menatap gadis didepannya ini, mengamati Ryujin yang tengah menatap kendaraan yang berlalu lalang diluar. Haechan tersenyum tipis melihat senyum yang hampir 6 bulan ini dilihat Haechan. Senyum itu nampak lembut, sangat tulus dan sangat menenangkan diamati sepanjang waktu. Haechan tak bisa menolak ketika orang-orang disekitar menyuruhnya untuk berpacaran dengan Ryujin saja, katanya gadis itu sangat cantik dan nampak sangat perhatian dengannya. Namun mereka tak tau apapun tentang perasaan Haechan.

Ryujin yang peka diamati oleh Haechan dari tadi menoleh menatap Haechan,"Kenapa?"

"Kamu cantik."

Ryujin nampak membeku setelah mendapat pujian dari Haechan lantas kembali tersenyum dan menoleh kearah kaca yang menampakkan hiruk-piruk jalanan Jakarta,"Gombal!"

Haechan hanya terkekeh. Dia sebenarnya tak berniat gombal, suer demi sempak Jeno. Dia hanya mengatakan yang dilihat matanya, kalau Ryujin itu cantik. Hanya itu, hanya cantik. Dia tidak berniat membuat Ryujin salah tingkah begini, sampai-sampai pipinya bersemu merah jambu seperti tomat rebus seperti saat ini. Suer, nggak bohong.

Ryujin kemudian berhenti tersenyum dan kembali menatap Haechan,"Haechan. Kamu nggak jadiin aku pelampiasan kan?"

Haechan beradu tatap dengan Ryujin lantas langsung memberikan senyuman terhangatnya, "kamu ngerasa gitu?" Tanyanya membuat Ryujin mengangguk.

"Yujin.."

"Chan.."

Ryujin menggenggam tangan Haechan dengan lembut, lalu beralih menatap netra Haechan dengan lembut,"Kamu tau, waktu 6 bulan selalu bersama bukan waktu sebentar. Itu cukup membuat rasa lain tumbuh. Tapi bukan rasa sayang antar sahabat lagi, Chan. kamu ngerti kan?"

 Belok [Markhyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang