[18]

1.2K 99 16
                                    

Jangan lupa vote and komen.

******


Haechan berbaring dikasur dan entah berapa kali mendengus bosan. Sumpah demi apa, dihari minggu yang indah dan bebas dari tugas sekolah ini sebaiknya dia jalan bersama Mark, tertawa bersama, bukan malah menahan rindu tak ada kabar seperti saat ini. Haechan mengambil lagi ponselnya, berharap dia mendapat kabar dari Mark. Haechan mendengus kesal, melempar ponselnya kesamping. Tidak ada pesan, hanya ada pesan dari Jeno yang mengemisa meminta tugas sekolah. Anak tak berguna emeng.

"Haechan turun bantu ibu!"

Haechan menatap sinis kesamping. Tak habis pikir, pekannya kali ini ternyata sangat membosankan. Pemuda itu mengacak rambutnya prustasi dan langsung bangun dari kasurnya dan membuka pintu berwarna coklat yang dihiasa poster sakura itu. Haechan menuruni tangga dengan muka kusut, dan segera menghampiri ibunya yang bergulad dengan piring kotor yang menumpuk seperti gunung di watafel.

"Ibu mau dibantuin apa?"

Ibu Haechan menoleh dan heran melihat penampilan anaknya. Muka kusut, rambut berntakan, hoddie yang nyatanya belum diganti dari mulai kemarin serta celana pendeknya. Benar-benar penampilan anak bujang yang kesepian tanpa ayang.

"kamu habis ketipu? Atau apa. Muka-muka kasur gitu."

Haechan berdecak, lalu lesehan dilantai sambil menopang dagunya,"Mark lama banget perginya..."

Ibu Haechan mendengus, lalu berbalik mengerjakan pekerjaannya,"Ibu udah bilang jauhin Mark. Kamu suatu saat nanti bakal pisah, kamu bakal punya keluarga, dan Mark juga."

Haechan beralih menatap ibunya. Perkataan ibunya tadi membuat sedikit rasa sakit didalam hati Haechan, namun ibunya mungkin benar tidak salah dengan perkataannya. Haechan menunduk menatap lantai yang bersih habis dipel ibunya, berfikir perkataan ibunya itu mungkin akan terjadi dimasa depan. Haechan menggeleng, lalu beranjak berdiri dari lantai.

"Kalau ibu nggak mau dibantu Haechan pergi. Mau kerumah Jeno ngerjain tugas."

Setelahnya Haechan langsung pergi naik kembali kekamranya. Ibu Haechan berbalik dan menatap punggung anaknya yang sudah masuk kekamar. Ibunya hanya ingin yang terbaik tidak lebih. Ibu Haechan kira bila Haechan bersama Mark itu akan sulit untuk mereka bersama, dia kira mungkin yang terbaik adalah sebaiknya mereka berdua tidak melanjutkan ini lebih jauh.

Haechan tidak lama turun dari kamarnya, dan pergi tanpa menatap ibunya. Haechan menaiki motornya dan melajukannya dengan kencang. Tenang, Haechan masi waras untuk tidak bunuh diri karena perkataan ibunya. Namun, baru lega rasanya bila perasaan yang campur aduk dilampiaskan dengan cara balap-balap.




Tok!

Tok!

"Jeno!"

"Gw Haechan! bukain pintu cepet anjing!"

Haechan berteriak didepan rumah Jeno tanpa menghiraukan tetangga temannya itu, apakah akan risih atau menganggap dirinya gila karena berteriak-teriak didepan rumah orang. Tidak masalah bagi Haechan, yang pentung dia tetap tampan katanya. Seandainya perkataan orang bisa membuatnya jelek, dipastikan Haechan membungkam mulut ibu-ibu arisan itu dengan panci panas kesayangan ibunya.

 Belok [Markhyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang