(Epilog)

2.2K 91 4
                                    

Mungkin benar kata orang, tak ada yang tau akhir dari kisah seseorang. Kadang kita menyangka, bahwa kisah itu akan berakhir bahagia namun kenyataan malah berakhir duka. Terkadang juga, kita terlalu khawatir kisah itu berakhir duka, malah berakhir bahagia. Mungkin benar, bahwa soal takdir kita tidak boleh mencampuri karena itu tugas tuhan. Biarlah dia yang menentukan apa yang terbaik baginya.

Selayaknya biji yang ditanam kembali, hubungan Mark dan Haechan sekarang baru saja seperti itu. Baru dimulai, dan berusaha agar berbuah atau berbunga kembali, tujuan kenapa harus dimulai dari awal katanya agar hubungan bisa kembali normal seperti dulu kala. Namun, tak ada yang sama seperti dulu, mau bagaimanapun dipaksakan ya semuanya pasti akan berbeda. Layaknya ini seperti piring yang pecah, walau sudah ditempel-tempel kembali tetap akan nampak kalau dia pernah rusak.

Mark memang sudah sangat menyakiti Haechan, namun Haechan sudah sangat mencintainya. Tapi, Mark harus bisa kembali meyakinkan Haechan bahwa dirinya sungguh-sungguh ingin kembali. Namun ternyata tak semudah yang dipikirkan Mark. Haechan menjadi sangat keras kepala, cuek, dan sangat bawel. Ngomel sana-sini, ini-itu, pokoknya Mark selalu salah. Tapi Mark bersumpah, Haechan akan menjadi miliknya kembali.

Drtt..

Drtt...

"huaaaa!"

Haechan menguap selebar-lebarnya, lalu melirik ponselnya dimeja didekat ranjang. Sungguh, dirinya kesal mengapa ada saja yang mengganggu tidur siangnya.

Haechan meraih ponsel itu, dan setelah melihat ternyata itu Mark dia tidak ada alasan lagi tidak mengomel.

"Kenapa lagi Lo? Gw mau tidur ajah susah banget, Lo seneng banget gangguin gw njing!"

Mark disana meringgis pelan, kupingnya terasa ditusuk-tusuk dengan suara Omelan Haechan diseberang sana. Namun dirinya harus sabar, harus extra sabar, tidak boleh emosi.

"Sayang... Mau diantarin kekampus?"

"Enggak usah! Gw bisa pergi sendiri."

"Tapi gw udah didepan pagar, yang."

"HAA?"

"Coba kejendala."

Haechan segera bangkit dari kasurnya, lalu berjalan pelan kearah jendela lalu melihat kebawah. Dan benar saja, Mark berdiri didepan pagar sambil memegang ponselnya dan tersenyum kearahnya. Haechan hanya menatapnya tidak berniat mengusirnya atau pun menyuruhnya masuk. Namun tak lama, Mark sudah ada diranjang Haechan duduk sambil membaca buku pelajaran sambil menunggu Haechan bersiap-siap.

"Ngapain? Kan gw udah bilang pulang ajah nggak usah nungguin gw siap-siap."

Mark cuma tersenyum tipis, lalu bangkit dari kasur dan berjalan menuju Haechan dan mengecup singkat bibirnya,"Lo kenapa si marah-marah terus? Marah sama gw?"

Haechan berdecak sebal, lalu mendorong Mark menyingkir dari hadapannya,"Minggir Lo, gw mau ambil buku." Ucapnya kemudian menuju lemari berisi buku.

Mark hanya tersenyum, lalu duduk disamping Haechan yang tengah sibuk mengotak-ngatik laci berisi buku itu. Setelag lama mengamati Haechan yang teramat serius mencari buku dirinya kemudian memeluknya dari samping.

"Haechan, kalau nggak suka gw disini gw bakal pergi."

Haechan menghentikan kegiatannya, dan sedikit terpaku mendengar ucapan Mark. Lalu dirinya menoleh menatap wajah kekasihnya itu yang tengah bersandar di bahunya.

Mark sedikit mendongak menatap wajah Haechan,"Gw tau, mungkin Lo udah bosan sama gw. Maaf kalau gw selalu ganggu."

Mark dan Haechan memang sudah menjadi sepasang kekasih lagi, sudah mendapat restu dari kedua orang tua dan malah dijodohkan. Namun sekali lagi, apa yang dimulai kembali akan sulit seperti dulu. Semuanya akan rusak dan tidak bisa kembali seperti dulu lagi.

 Belok [Markhyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang