[21]

1.1K 92 17
                                    


Haechan tak habis pikir dengan ucapan Mark waktu itu. Seakan semuanya mendadak, baru begitu Mark sudah menyerah mempertahankan Haechan. Mungkin selama ini bagi Mark, Haechan hanya rumah persinggahanannya dikala Mark mengetahui Nia sudah ada ada tunangan dengan begitu dia mencari obat. Haechan menghela napas lelah, dirinya berdiri didepan pagar sekolah dengan menatap lurus kedalam sekolah yang sudah banyak siswa berlalu-lalang.

Dalam batinnya dia berfikir, kalau didalam pasti bertemu dengan seorang Mark. Haechan sempat berfikir ingin bolos saja, kalau saja Jeno tidak datang dan langsung merangkul Haechan. Yang membuat remaja itu kesal, bukan karena Jeno merangkulnya secara tiba-tiba tapi lehernya yang ikut kecekek.

"Pagi chan.."

Haechan melepas paksa rangkulan Jeno,"Lu udah nyatain cinta sama gw loh, bisa-bisanya langsung akrab."

Jeno hanya menyengir, "Lupain deh Chan, mari kita berteman kembali."

"Mulut loh yah, gampang banget."

Saat percakapan mereka, ada Jaemin dan Mark yang juga baru tiba disekolah. Mark dan Haechan tidak sengaja saling beradu pandang namun Mark cepat-cepat menunduk dan pamit ke Jaemin untuk masuk duluan. Begitulah Mark berlalu, meninggalkan Haechan yang menatap sendu. Jeno melirik Mark yang berlalu masuk, lalu menatap Haechan yang langsung berubah sendu.

"Lagi berantem?"

Haechan tak merespon sedikit pun. Dia tanpa pamit langsung ikut berjalan masuk. Jeno mengernyitkan dahi, lalu menatap Jaemin yang malah menaikkan kedua bahunya. Jeno menatap kepergian Haechan, ada sedikit luka dihati anak itu. Kalau begini Jeno tidak bisa membiarkan Haechan sedih begitu, baginya Haechan jelek kalau lagi sedih.

Sedangkan Haechan berjalan dikoridor dengan menunduk. Bisa-bisanya sikap Mark menjadi dingin begitu, membuat dia dan anak itu serasa menjadi asing. Memang benar kata orang-orang. jangan berpacaran dengan teman, kalau nanti putus kita akan kehilangan teman sekaligus pacar. Itu benar, Haechan bisa merasakan tatapan Mark kepadanya tidak seperti dulu lagi saat dia berteman atau berpacaran. Serasa hati Haechan seperti tercabik-cabik hanya dengan satu tatapan seorang Mark. Separah itu.

Sampai anak itu masuk kekelas, duduk dimeja, dan menyimak penjelasa guru anak itu tidak pernah memperhatika sekitar. Jeno yang mengajaknya bicara saja tidak direspon. Bahkan guru yang mengajaknya bicara dia abaikan. Temannya jadi takut Haechan keserupan karna ngelamun terus. Jeno menatap Haechan yang menatap lurus kedepan, ingin sekali dirinya memeluknya dengan erat agar sakit yang dirasakan Haechan berkurang. Walau Jeno tidak tau kenapa anak itu murung dia tau masalahnya mungkin berat.


Kring!

Kring!


Jeno menepuk pelan pundak teman sebnagkunya itu. Membuat anak itu menoleh, Jeno tersenyum hangat,"Kantin yuk, gw yang traktir."

Haechan menggeleng. Dan dengan hanya itu Jeno melotot lebar-selebarnya. Nggak beres anak ini, sepertinya memang harus dirukyiah atau mau dijedorin ketembok kepalanya supaya ingatannya sebagai Haechan asli teringat kembali. Jeno menggeleng, anak ini tidak pernah menolak traktiran atau dibilang anak ini hobinya makan barang gratisan lantas mengapa sekarang malah nolak.

"Lu kayaknya sakit, atau udah gila?"

Haechan berdecak, dan menepis tangan Jeno dari keningnya,"Udah kalau mau makan pergi ajah."

Haechan lalu melipat kedua tangannya dimeja, lalu menenggelamkan wajahnya dikedua lipatan tangannya itu. Jeno menarik napas dalam-dalam lalu meninggalkan Haechan yang nampaknya memang tidak ingin diganggu. Haechan menenggelamkan wajahnya cukup lama, hanya ada kegelapan namun Haechan masih melihat bayang-bayangan Mark tersenyum disana. Haechan benci itu, tak dirasa lengannya sudah basah oleh air mata. Dirasa tidak ada murid lain dikelas selain dia Haechan menangis tersedu-sedu dalam lipatan tangannya. Perkataan Mark katanya mencintainya, moment bahagia bersama Mark, senyuman Mark. Terlintas begitu jelas dalam pikir dan hati Haechan, yang paling menyakitkan "Gw nggak pernah cinta sama lo chan!"

 Belok [Markhyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang