Bab. 2

1.9K 166 14
                                    

Mobil Attar berhenti di depan sebuah rumah sederhana yang berada di pinggiran kota. Jarak setiap rumah di sana cukup berjauhan, ada lahan kosong yang cukup luas di depan rumah, menjadi tempat Attar memakirkan mobilnya. Turun dari mobil, Attar kemudian membukakan pintu mobil untuk Sasha.

"Please, aku bisa turun sendiri, sayang," Sasha menolak Attar yang akan membantunya turun.

"Lho, memang bisa turun sendiri. Aku cuma mengerjakan tugasku," balas Attar seraya menutup pintu mobilnya kembali.

"Tugas apa?"

"Tugas pangeran, yang membantu permaisuri turun dari kereta kencana."

Sasha hanya menggeleng heran. Sejak awal mengenal pria itu Sasha merasa Attar cocok menjadi aktor daripada manajer supermarket. Tinggi pria itu juga mencapai 188 cm, dengan tubuh kekar karena rajin berolahraga. Bentuk rahang yang tegas, dengan gaya rambut yang pas mengikuti bentuk wajah, membuat Attar semakin menawan. Sayang sekali, supermarket tempat Attar bekerja melarang pegawainya menumbuhkan kumis dan jenggot, padahal cukup dengan kumis dan jenggot tipis, Attar akan terlihat lebih seksi.

"Sha!"

Sasha tersentak, keluar dari fantasi liarnya tentang Attar. "Iya?"

"Itu ..."

Sasha menoleh ke depan lalu melihat kedua orang tuanya menatapnya dengan aneh. "Hai Pap, Mam," sapa Sasha kemudian mencium tangan kedua orang tuanya itu.

"Lihat nak Attar, anak Mami sudah kamu buat kesengsem begitu," ucap Tantri-ibu Sasha.

"Mami!" Sasha merajuk tak terima.

"Ya memang kamu sejak tadi melamun terus sambil memandangi Attar. Papi yang lagi santai di dalam sampai dipanggil Mami ke luar, karena khawatir kamu kenapa-kenapa," Kini Sandi-Papi Sasha-ikut angkat bicara.

Attar sendiri sudah tersenyum geli melihat Sasha mati kutu. Biasanya Attar sendiri yang selalu menggodanya, sekarang malah kedua orang tuanya sendiri yang membuat ia malu setengah mati. Sasha merasakan wajahnya semakin memanas, tanpa perlu berkaca ia tahu wajahnya pasti sudah memerah. Tanpa permisi, Sasha berlari masuk ke dalam rumah.

***

Attar memandangi punggung Sasha yang menjauh, lalu melepaskan tawanya yang sejak tadi ia tahan. Kekasihnya itu kalau sudah sampai di rumah akan berbeda tingkahnya dari saat ia di luar. Sosok model yang anggun, tidak ada lagi jika Sasha di rumah, berganti dengan anak gadis tunggal yang manja putri dari Papi Sandi dan Mami Tantri.

"Maklumi, anak saya ya, Attar," kata Sandi sambil berjalan memasuki rumah. Tantri sendiri sudah ke dapur lebih dulu, untuk menyiapkan makanan untuk Attar.

"Maklumi bagaimana, Om? Bagi Attar, Sasha tidak ada kurangnya," balas Attar seraya mengikuti Sandi duduk di sofa ruang tengah.

"Sasha terlihat tulus sekali mencintai kamu. Kamu seperti jawaban dari segala kesulitan yang ia terima selama ini. Dia menggantungkan harapan akan masa depannya pada kamu, Attar. Saya harap perasaan kamu pada Sasha tidak akan berubah suatu hari nanti."

Attar mengenal Papo Sasha sejak satu  tahun yang lalu saat ia mulai menjalin hubungan dengan Sasha. Attar menilai pria berusia lima puluhan itu sebagai sosok ayah yang baik dan bersahaja. Sebelumnya keluarga Sasha ini menetap di Australia. Baru dua tahun belakangan ini kembali menetap di Indonesia.

"Terima kasih, Nak Attar, karena sudah menerima Sasha apa adanya." Sandi menepuk lutut Attar pelan.

"Sama-sama, Om. Attar juga banyak kekurangannya, tapi Om dan Tante Tantri menerima saya begitu baik."

"Sudah seharusnya, karena kamu sudah kami anggap anak kami sendiri," ucap Tantri yang baru saja datang. "Ayo Nak, kita makan malam dulu," ajaknya pada Attar.

***

"Besok, ada kegiatan apa?" tanya Attar. Ia baru saja pamit pada kedua orang tua Sasha untuk pulang, dan kini Sasha tengah mengantarnya hingga ke mobilnya.

Sasha terlihat berpikir, lalu menggeleng pelan. "Nggak ada, aku memang mengkosongkan jadwal tiga hari ke depan."

"Berarti, kita bisa jalan? Staycation, yuk!" ajak Attar sambil tersenyum nakal.

Mendengarnya, membuat Sasha refleks mencubit pinggang Attar hingga pria itu mengaduh kesakitan. Dasar pria, memang pikirannya tidak jauh-jauh dari arah sana. Ya, walaupun Sasha tahu Attar selama ini tidak pernah jauh menyentuhnya, selain berciuman dan berpelukan saja. Padahal Sasha juga sudah mengaku ia bukan lagi seorang gadis perawan, tapi Attar tidak pernah meminta macam-macam dan malah menerima keadaan Sasha itu.

"Aku sengaja meminta Septi buat mengkosongkan jadwalku, karena minggu depan ada pekan mode tahunan. Ini adalah pekan mode pertamaku setelah kembali memulai karir modelku ini, Tar."

Attar tersenyum, mengingat Sasha pernah bercerita sebelumnya tentang pekan mode yang sangat ia nantikan ini. Ia merangkul Sasha, mengusap lembut puncak kepala kekasihnya itu. "Semangat, sayangku," ucapnya.

Sasha mengangguk saat Attar melepaskan rangkulan. Menjadi model adalah tentang dedikasi. Ia harus menjaga penampilan agar tetap ideal. Mengonsumsi jus, menjaga kualitas makanan, merawat wajah dan tubuhnya agar tetap sempurna. Pekan mode nanti, Sasha tahu akan menguras energi, makanya Sasha memilih beristirahat beberapa hari, agar saat menjalani acara pekan mode nanti, ia dalam keadaan yang fit.

"Hati-hati," ucap Sasha lalu mencium pipi Attar.

Attar ingin balas mencium, tapi Sasha si jahil itu dengan cepat melarikan diri dan berdiri di depan pagar rumahnya. Sasha memeletkan lidah meledek Attar yang berkacak pinggang seraya menunjuknya, dan membentuk gerakan horizontal di depan lehernya. Sampai mobil Attar hilang dari pandangan, barulah Sasha masuk ke dalam rumah. Sasha langsung menuju dapur, untuk merapikan piring yang telah ibunya cuci, menyimpannya ke rak piring. 

Bersama Attar, Sasha merasakan banyak perubahan besar dalam hidupnya, meskipun sebelum mengenal Attar, Sasha sudah berniat memperbaiki diri. Attar menambah semangat Sasha untuk menuju ke arah yang lebih baik lagi. Meninggalkan masa lalu yang kelam, karena sudah banyak menyakiti orang lain.

Ingatan Sasha mundur ke belakang, saat ia berada di dasar jurang kehancuran. Jurang yang tercipta karena perbuatannya sendiri. Setiap kali mengingat masa lalu, nama Danar selalu turut serta hadir dalam penyesalannya. Menderita kanker ovarium hingga hanya memiliki satu indung telur saja membuat Sasha divonis sulit memiliki anak. Ketidaksempurnaan itu membuat Sasha tidak diterima oleh ibu Danar. Hingga Danar menikahi wanita lain, Sasha malah nekat menjadi selingkuhan Danar. Bahkan membujuk Danar untuk menceraikan istrinya dan mengambil bayi mereka saja. 

Sasha terlalu takut kehilangan Danar saat itu, karena ia pikir hanya Danar satu-satunya pria yang menerima kekurangannya. Namun, bukannya berhasil menghancurkan rumah tangga Danar, Sasha lebih dulu hancur. Istri Danar mengungkap perselingkuhan sang suami dan Sasha ke media. Karir model yang Sasha rintis sejak remaja, harus kandas tak tersisa.

Sasha terduduk di kursi meja makan rumahnya. Ia sudah terisak sendiri sejak tadi. Bagai mimpi buruk, Sasha merasa takut sendiri membayangkan dirinya di masa itu. Begitu kejam, tak berperasaan. Namun, nasib baik masih berpihak padanya, meski sempat terjadi insiden saat ia kembali memulai karir, tapi ia bersyukur sudah berada di titik ini. Ditambah, Tuhan mempertemukannya dengan Attar. Ia merasa Attar sangat menjaganya. Yang terpenting, Attar menerima ia apa adanya.

TBC

Cung, yang kenal Sasha udah lama?

Maafkan aku yang selalu ngasih 'panggung' buat para tokoh pelakor ciptaanku 😆

Terima kasih temen-temen readers yang sudah mampir kasih vote dan komen. ❤

Aku update lagi besok 🔥

'Crush' On You ✅ | Lengkap Di KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang