8

811 109 11
                                    

"Maaf, Bu. Ibu bilang apa, ibu sambung Attar?"

Wanita bernama Aryani itu mengangguk yakin, lalu perlahan tersenyum miring. "Anak itu pasti bilang kalau dia tidak punya satupun keluarga. Anak sebatang kara? Iya?"

Harusnya Sasha menjawab, iya. Namun, lidah Sasha terasa kelu untuk menjawab, saking terkejutnya mendengar pertanyaan wanita didepannya yang terasa begitu tepat.

"Kamu tahu, selama ini kamu ditipu oleh Attar," lanjut wanita itu lagi.

Sasha refleks membuka hoodie dan masker yang menutupi wajahnya. "Maksud Ibu, apa?"

Raut wajah Wanita itu seketika berubah begitu melihat wajah Sasha. "Kamu ..." Kalimat Wanita itu terjeda seiring tubuhnya yang terdorong mundur oleh Attar yang tiba-tiba datang.

Sasha dapat melihat Attar kini berdiri di antara dirinya dan Wanita itu. Seolah ingin melindunginya. Sasha baru ingin bertanya tentang apa yang terjadi, tapi beberapa gadis muda datang menghampirinya untuk meminta foto. Masih dalam keadaan bingung Sasha terpaksa tersenyum manis di depan kamera yang sudah siap didepannya, membiarkan Attar pergi menjauh membawa serta wanita tadi.

***

"Aku memang nggak pernah menganggap dia keluargaku, Sha. Dia bukan ibu yang baik. Dia tidak permah mengganggapku sebagai anaknya. Dia hanya mencintai ayahku. Ah bukan, dia bahkan hanya mencintai harta ayahku saja. Setelah ayahku meninggal, dia mengabaikanku, Sha!"

Sasha yang terkejut dengan ucapan wanita tadi, meminta Attar menjelaskan, mengapa selama ini membohonginya. Sasha tidak marah, hanya saja ia tidak mengerti mengapa Attar harus berbohong tentang keluarganya. Masih di dalam mobilnya, di parkiran basemant Mall, Sasha terus mencecar Attar karena merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan Attar.

"Kamu tiba-tiba membawa ibu kamu tadi pergi, kenapa?"

"Dia terlalu berbahaya untuk kamu, Sha!"

Masih setia menatap lurus deretan mobil yang terparkir di depannya, Sasha mengabaikan tatapan memohon Attar agar Sasha mempercayainya. Ini terlalu mengejutkan bagi Sasha. Meski begitu, dalam hati Sasha tetap menaruh percaya pada calon suaminya itu.

"Bukan karena ada kebohongan lain yang kamu sembunyikan?"

Sasha merasakan Attar menggenggam tangannya, membuat ia mau tak mau akhirnya menoleh. Tatapan penyesalan terpancar dari sepasang mata pria yang ia cintai itu.

"Selama kita menjalin hubungan, apa kamu pernah mendapati aku berbohong? Aku bahkan tidak bisa menyembunyikan sesuatu dari kamu, Sha, karena kamu sudah menjadi bagian dari hidupku," tutur Attar. "Ya, kecuali wanita itu. Aku hanya menganggapnya sebagai wanita yang pernah menikah dengan ayahku. Setelah ayahku meninggal, aku benar-benar hidup sendirian."

Sasha membalas genggaman Attar. "Ya, ini kali pertama aku mendapati kamu berbohong. Karena sebelumnya kita sudah sepakat untuk saling terbuka. Apalagi ini tentang keluarga. Keluargamu, keluargaku juga, Attar."

"Tapi wanita itu bukan keluargaku, Sha."

"Attar ... "

"Jangan paksa aku untuk berdamai dengan orang yang membuat hidupku kacau, Sha. Mengertilah!" Attar memohon. "Aku sama sekali tidak mengenalkan kamu dengan dia, karena dia memang berbahaya. Dia mata duitan juga manipulatif. Kebohongan yang kulakukan semata-mata hanya untuk melindungi kamu, Sha."

Tergambar jelas trauma yang mendalam dari mimik wajah Attar. Sasha membalas genggaman Attar, sebelah tangannya lagi mengusap lembut kepala sang kekasih. Mata Attar berkaca-kaca, membuat Sasha didera rasa bersalah. "Maaf," ucap Sasha berbisik. "Maaf, aku tak bermaksud ... "

Lanjutan kalimat Sasha tertahan di bibirnya. Bibir yang kini sudah dalam penguasaan bibir Attar. Sasha melenguh pelan, merasakan Attar memagutnya penuh emosi. Tangan Sasha mencari pegangan seiring tubuhnya yang melemas. Pundak Attar menjadi tumpuan tangannya, diremasnya pundak kekar itu saat merasakan lidah mereka saling membelit.

Attar melepaskan ciuman, memberi kesempatan pada Sasha untuk meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Sasha baru menyadari mata Attar memerah menahan tangis. Sasha mengerti, Attar masih dikuasai emosi. Sasha menatap Attar dengan lekat, ia penasaran apa yang diperbuat ibu sambung Attar itu, hingga Attar terlihat terluka sebegini parahnya.

***

Anggia kemarin kecelakaan dan meninggal. Tolong ikhlaskan Anggia.

Ibu terpaksa memakamkan Anggia lebih dulu, tanpa menunggu kamu. Mengikuti instruksi pihak rumah sakit.

Mendapat pesan seperti itu, Attar tidak menunda lagi kepulangannya untuk ke Jakarta. Beruntung temannya sesama pegawai MDP yang bernama Dean meminjaminya uang untuk membeli tiket pesawat untuk pulang ke Jakarta. Utang piutang itulah yang menjadi momen dimulainya persahabatan mereka.

Sampai di rumah, benar saja bendera berbahan kertas minyak dengan warna kuningnya yang sudah memudar masih terpasang di tiang teras rumahnya. Sebenarnya itu bukan rumahnya, rumah Attar yang merupakan peninggalan dari mendiang ayahnya lebih baik dari rumah ini. Namun, rumah itu terpaksa dijual untuk melunasi hutang istri sang Ayah.

Rumah itu tampak sepi. Dari tetangga, Attar tahu lokasi di mana Anggia dimakamkan. Attar segera pergi ke pemakaman. Akhirnya ia temukan makam persis seperti pada foto yang dia dapatkan dari Aryani. Di nisannya tertulis nama adik satu-satunya, Anggia. Anggia yang terakhir kali mengabarinya kalau Anggia terpilih mengikuti lomba karya tulis mewakili sekolahnya. 

Attar rasanya ingin menggali makam itu, saking tidak percayanya. Berharap ini hanyalah permainan yang Aryani buat, semata-mata agar Attar mau mengirim seluruh gajinya bulan ini kepada Aryani. Kehadiran istri penjaga makam, yang tak lain adalah teman mendiang ibunya dulu menepis semua pemikiran itu. Wanita itu mengaku menjadi saksi, saat Anggia yang terkapar di jalanan akibat menjadi korban tabrak lari, di bawa ke rumah sakit dalam keadaan sekarat. Attar menangis pilu di sisi gundukan tanah itu. Menyesali mengapa ia tidak ada di sisi Anggia saat adik kecilnya itu pergi. 

Attar tadinya tidak berniat mendatangi rumah Aryani lagi, tapi tas besarnya yang berisi pakaian dan beberapa barang pribadinya tertinggal di sana. Attar mau tak mau mengambilnya sebelum kembali terbang ke Surabaya. Sampai di rumah Aryani, ia mendapati sebuah mobil terparkir di sana. Attar dalam hati menebak, apakah Aryani sudah ganti pacar lagi? Sedangkan yang Attar tahu, pacar Aryani sebelumnya hanya pria miskin yang diberi tumpangan hidup oleh Aryani, dengan memakai peninggalan uang mendiang Ayah Attar.

Tidak bermaksud berjalan mengendap-endap demi bisa menguping pembicaraan Aryani dan tamunya di ruang tamu, baru mencapai jendela Attar mendengar seseorang meminta Aryani agar menepati janjinya. Entah apa yang Aryani janjikan, pada seorang wanita yang berpapasan Attar di depan pintu. Tidak langsung masuk, Attar mengawasi wanita yang melangkah tergesa menuju mobilnya. Baru hingga mobil wanita itu pergi, Attar masuk ke dalam rumah. 

Attar tidak menemukan Aryani di ruang tamu, tapi setelah berjalan lurus menuju dapur yang menyatu dengan ruang makan Attar mendengar samar suara Aryani yang sepertinya sedang menghubungi seseorang.

"Aku sudah mendapatkan uangnya, sayang. Kita bisa menikah minggu depan. Iya … aku berhasil nego uang damai yang mereka tawarkan. Lima puluh juta, mereka setuju. Ya, mereka pikir daripada harus menanggung rugi lebih dari itu jika ada yang harus di penjara."

TBC

Good Morning, my support system 🥳
Thank's banyak-banyak, karena sudah menyempatkan baca, kasih vote dan komen.

Kalau ada typo, atau kejanggalan isi cerita, boleh ya dibantu koreksi.

Oke,
Selamat memulai aktifitas kembali. Semoga dilancarkan segala urusannya hari ini.

See you, besok ❤

'Crush' On You ✅ | Lengkap Di KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang