"Saya terima nikah dan kawinnya Ganesha Claudia binti Sandi Saputra dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai!"
Sasha mengucapkan syukur tanpa henti dalam hati. Kata 'sah' yang diucapkan bersahutan oleh orang-orang yang menyaksikan pernikahannya, menambah rasa haru yang Sasha rasakan. Sasha merasa begitu beruntung mendapatkan jodoh seorang lelaki baik yang menerima dirinya apa adanya.
Begitu Attar menyematkan cincin kawin di jari manisnya, Sasha tidak mampu lagi menahan tangis. Sebulir air mata mengalir di pipinya, saat hangat bibir Attar yang menyentuh keningnya. Ditatapnya cukup lama, Attar yang berkali-kali lipat lebih tampan dengan beskap putih yang warnanya senada dengan kebaya yang Sasha kenakan.
Acara dilanjutkan dengan resepsi yang diadakan di tempat yang sama. Menjadi raja dan ratu sehari, menerima ucapan selamat dari setiap tamu yang datang, sangat Sasha nikmati setiap detik yang berlalu saat itu. Duduk di pelaminan bersama pria yang ia cintai dan mencintainya, adalah sebuah anugerah tak terkira dari Tuhan untuknya yang membuat Sasha terus merapal kalimat syukur dalam hati.
***
Sesuai dengan rencana awal mereka, Attar memboyong Sasha untuk tinggal bersamanya, di rumah yang selama ini ia tempati. Lokasinya yang berada di kawasan strategis, membuat Sasha lantas setuju saat Attar memberi ide untuk tinggal di sana. Pekerjaan Sasha yang seringkali tidak tentu tempatnya, cukup memakan waktu tempuh. Setidaknya, setelah menikah ia ingin tetap membagi lebih banyak waktunya untuk sang suami.
"Sayang, kamu yakin selama ini kamu tenpati rumah ini?" tanya Sasha begitu mengelilingi setiap ruangan di rumah itu, seraya memperhatikan setiap sudutnya.
"Iya, memang kenapa?" Attar yang kebingungan, mengikuti arah pandang Sasha.
"Kenapa nggak pakai jasa ART sih, jadi rumahnya nggak berdebu seperti ini. Nggak bagus juga buat kesehatan." Sasha mengawali hari pertamanya menginjakkan kaki di rumah Attar dengan status sebagai seorang istri, dengan mengomel. Dapat ia tebak, Attar pasti hanya membersihkan tempat yang ia sering tempati, khususnya kamar tidurnya saja.
"Aku suka bersihkan sendiri kok … ya sebulan sekali," jawab Attar membuat Sasha gemas jadinya.
Sasha menyibak gorden, membuat sinar mentari masuk membuat Attar refleks menyipitkan matanya. "Tapi, dengan begini terbukti 'kan, kalau aku tidak pernah menerima tamu di rumah ini. Tidak ada jejak orang lain apalagi wanita lain. Hanya kamu seorang, Sha!" Attar memeluk Sasha dari belakang lalu memberi kecupan di leher jenjang Sasha yang terbuka karena rambut panjangnya sudah ia bentuk cepolan.
Sasha refleks memukul lengan Attar yang sudah melingkar erat di perutnya yang rata. "Kalau urusan templok-menemplok cepat banget ya!" Tidak hanya memeluk, dagu Attar juga sudah bertengger di atas pundaknya. Berganti status menjadi suami, membuat Attar lebih liar saat mencuri kecupan darinya.
"Ayo, Sha!" Attar merajuk manja.
"Mau ke mana? Di sini saja," sahut Sasha.
"Di sini?" tanya Attar terkejut bukan main.
"Iya! Memang mau di mana dulu?" Sasha balas bertanya.
Attar melepaskan pelukannya, menatap sang istri dengan takjub. "Kamu, mau di mana saja?" tanyanya lagi. "Di beberapa tempat?"
"Tentu di beberapa tempat, suamiku sayang!"
Mata Attar seakan ingin ke luar dari tempatnya. Rahangnya juga seolah hendak terjun ke bawah sejak tadi, karena Sasha tidak henti membuatnya menganga. "Kamu sudah siap?" tanya Attar seraya membuka kaus yang dipakainya.
"Sebentar, aku ambil alat tempur kita dulu!" Sasha dengan bersemangat berjalan ke arah dalam rumah, meninggalkan Attar.
Attar menggigit bibir, merasa panas dingin membayangkan ia melakukannya bersama Sasha di setiap sudut rumah ini. Otaknya bahkan tidak pernah berfantasi sampai sana. Mengingat 'alat tempur' yang dikatakan Sasha tadi semakin membuat Attar gelisah. Ia tahu Sasha memang bukan gadis virgin, ia pun tidak mempermasalahkannya, tapi ia tidak menyangka Sasha sampai menyiapkan 'alat tempur' untuk mereka gunakan. Mendengar langkah kaki Sasha mendekat tak pelak membuat gairah Attar terasa meninggi. Ia siap dengan apapun yang Sasha lakukan padanya nanti.
"Sayang, tugas kamu menyapu ya. Dari belakang ke depan." Jari telunjuk Saha mengarah ke belakang rumah, lalu berpindah ke arah pintu. "Aku akan bersihkan debu-debu di teralis jendela," lanjut Sasha seraya membuka pintu.
Mendapati Attar tidak juga menerima sapu ijuk yang ia berikan, Sasha menghampiri Attar lalu memberikan sapu itu langsung ke tangan suaminya." Kamu kenapa sih?" tanya Sasha melihat Atar duduk dengan kaku.
"Ayo kita bersih-bersih dulu, baru setelah itu kita bisa beristirahat dengan nyaman."
"Sha … " Attar memanggilnya dengan lemah. "Jadi sejak tadi yang kamu bicarakan, soal bersih-bersih rumah? Bukannya … " Attar tidak melanjutkan kalimatnya, ia malah mengacak rambut dengan frustasi. Pasalnya ia sudah menahan diri sejak dua hari yang lalu di mana ia sah menikahi Sasha.
Dua malam di hotel yang ia siapkan untuk malam pertama juga tidak terjadi apapun karena Sasha masih belum selesai masa menstruasinya. Sekarang, Attar masih harus bersabar lagi, karena Sasha ingin bersih-bersih rumah dahulu.
Attar mau tak mau menuruti Sasha. Ia mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan istrinya itu. Pekerjaan hampir selesai, Sasha kini sedang mengelap meja makan.
"Kalau kamu mau istirahat duluan, nggak apa-apa, aku sudah hampir selesai," titah Sasha pada Attar.
Attar beranjak dari duduknya, berniat menuju ke kamar, tapi saat melewati Sasha, ia melihat wajah istrinya itu dipenuhi debu. Attar lantas menarik beberapa helai tisu dari kotak tisu di atas meja. Ia mendekat pada istrinya, "Sebentar," ucapnya lagu mengelap wajah sang istri.
Sasha diam saja mengikuti instruksi Attar. Saat perlahan wajah Attar mendekat, Sasha refleks memundurkan kepalanya. Namun, Attar juga dengan sigap menahan kepala Sasha. Ia semakin mendekatkan wajah dan mencuri ciuman dari bibir Sasha.
"At … mmphh." Sasha tidak berhasil melepaskan diri dari Attar.
Setelah cukup lama membuat Sasha kepayahan atas ciumannya yang dalam, Attar melepaskan Sasha yang kini tengah mengatur nafasnya. Sasha memukul dada Atar dengan manja. "Sabar sedikit, kita ini kotor, berkeringat!"
Atar tersenyum miring. "Kalau begitu kita bisa membersihkan diri dahulu," kata Atar lalu menggendong Sasha membawanya ke kamarnya.
Sasha yang terkejut memekik sekencangnya, meronta meminta diturunkan, yang tentu tidak Attar kabulkan. Di antara gelak tawa yang tercipta, Sasha merasa nervous sekali membayangkan apa yang akan terjadi sesaat lagi. Apalagi melihat cara Attar membuka pintu kamar dalam satu kali tendangan. Sasha bisa membayangkan betapa tenaga Attar dalam keadaan penuh saat ini.
Sasha pasrah saat Attar membaringkannya di atas bath tub yang dingin. Matanya bersirobok dengan mata Attar yang sudah diliputi kabut gairah.
"Dari semua ruang di rumah ini, aku nggak menyangka kita akan melakukan pertempuran yang sebenarnya, di sini, Sha!"
TBC
Part model begini, biasanya aku up malam. Tapi kalau malam, aku takut lupa update.
Votenya semakin menurun ya gaes 🥲
Masih 21 hari lagi perjuangan aku. Jangan ragu kasih kritik dan saran ya ...
KAMU SEDANG MEMBACA
'Crush' On You ✅ | Lengkap Di Karyakarsa
RomanceBagi Sasha, memiliki Attar adalah suatu keberuntungan. Ketidaksempurnaannya sebagai seorang wanita, dapat diterima oleh Attar. Menikah, hidup bahagia membangun rumah tangga adalah sebuah cita-cita yang ingin Sasha raih bersama Attar. Namun, Attar d...