Bab. 23

745 90 16
                                    

"Nggak disangka ya, dia bisa akting juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak disangka ya, dia bisa akting juga."

"Iya, gua kira bisanya cuma godain suami orang."

"Sejak dinikahi Pak Attar, kayaknya karir dia makin naik tuh."

"Dia untung dapat Pak Attar. Nah Pak Attar malah buntung dapatin dia."

"Paling, tobat dia juga akting. Nggak bakal lama deh pernikahan dia sama Pak Attar. Atasan kita itu kan kelihatan banget pria baik-baik. Nah, si Sasha kan pelakor, cewek murahan, sebentar lagi juga dicerai sama Pak Attar."

"Pak Attar itu pikirannya kemana ya? Kok bisa-bisanya pilih istri modelan kayak gitu?"

"Bisa jadi Pak Attar cuma memanfaatkan si Sasha. Gua nggak yakin sih, Pak Attar benar-benar tulus mau sama si Sasha pelakor."

"Tunggu aka berita mereka bercerai!"

Terdengar gelak tawa dari sekumpulan SPG di depan toilet itu. Sasha baru akan menghampiri mereka, yang tengah membicarakannya. Namun, langkahnya tertahan setelah tangannya dicekal kuat oleh Septi. Tanpa bersuara, Septi memerintahkannya untuk mengurungkan niatnya untuk melabrak SPG yang juga tengah bersiap untuk pulang itu.

Syuting telah selesai beberapa menit yang lalu. Bertepatan dengan berakhirnya jam operasional FS hari ini. Sasha berrpikir untuk menemui Attar di ruangannya, karena ia kesulitan menghubungi suaminya itu. Padahal ia mengira Attar masuk shift sore hari ini, karena ia mengharapkan untuk pulang bersama.

Belum mencapai ruangan Attar, langkah Sasha harus terhenti kala mendengar beberapa wanita tengah membicarakan dirinya. Sebenarnya Sasha tidak marah jika mereka membahas masa lalunya. Sasha justru sangat menerima karena ia memang benar melakukan kesalahan besar itu. Namun, saat mendengar salah satu dari mereka menjelaskan Attar, menuduh Attar menikahinya karena maksud tertentu, hingga memprediksi kalau Attar akan segera menceraikannya, membuat Sasha merasa mereka sudah kelewatan.

"Aku mau menemui Attar dulu," ucap Sasha saat Septi berhasil menariknya menjauh dari sana.

"Memang Mbak Sasha tahu kalau Pak Attar masih ada di sana?" Septi menggerakkan kepalanya ke arah jalan menuju ruang kerja Attar.

"Mungkin saja masih," jawab Sasha ragu, mengingat ia pesan dan panggilan teleponnnya tidak dijawab oleh suaminya itu.

"Pak Attar itu masuk pagi, mungkin dia sudah pulang dari sore tadi," ucap Septi yang sudah diminta Sasha mengubah panggilannya pada Attar. 

"Kalau pun Pak Attar masih ada di sini, sebaiknya Mbak Sha tidak menemui Pak Attar sekarang. Kita di sini itu sebagai tamu yang menumpang syuting. Syuting sudah selesai, sebaiknya kita pergi dari sini sesuai instruksi dari tim rumah produksi."

Ucapan Septi dapat mudah diterima oleh logika Sasha. Ia kemudian berjalan keluar dari FS bersama Septi dan kru yang lain. Diperjalanan menuju ke rumah, Sasha habiskan dengan memandangi ponselnya berharap Attar memberikan balasan pesan atau menelponnya. Hingga mobilnya yang dikendarai Septi menepi di depan rumahnya, harapan Sasha itu tidak terwujud. Malah, kecelakaan kian bertumpu saat tidak mendapati keberadaan mobil Attar di rumah.

"Attar belum pulang," ujar Sasha saat melihat rumahnya dalam keadaan gelap. "Aku bilang juga apa, Attar itu masih di FS tadi, Ti," imbuh Sasha yang sepertinya tidak berniat turun dari mobilnya itu.

"Mbak Sasha, mau aku temani sampai Pak Attar pulang?" tawar Septi yang kemudian menguap di ujung pertanyaannya. 

Sasha tak menjawab, dan Septi tetap bertahan di sana menemani Sasha menunggu Attar pulang. Lima belas menit berlalu, tidak ada tanda-tanda akan kedatangan Attar. Septi yang tertidur sejak lima menit yang lalu mengangkat kepalanya dari atas kemudi.

"Masih belum pulang ya, Mbak?"

Sasha menoleh ke arah Septi, lalu mengangguk pelan.

"Mbak Sasha, nggak merasa capek atau ngantuk apa?" tanya Septi kemudian kembali menumpukan kepalanya ke atas kemudi mobil. 

Sasha menggeleng, "Aku nggak akan bisa tidur, sebelum aku tahu di mana keberadaan Attar dan bagaimana keadaan saat ini. Kamu nggak akan mengerti perasaanku, Septi."

Septi terlihat menganggukkan kepala tanpa merubah posisi kepalanya yang ada di atas kemudi. "Ya, aku memang nggak tahu. Laki-laki yang aku suka suami orang. Jadi saat dia nggak ada di dekatku, sudah pasti dia sedang bersama istrinya," balasnya masih tetap menunduk. 

Sasha tidak bisa menahan lagi, setetes air mata mengalir di pipinya."Attar keterlaluan," ucapnya lalu mendesis lirih. Sasha pikir seharusnya, walaupun Attar marah setidaknya Attar membalas satu saja pesannya dan memberi kabar keberadaannya saat ini. Bukannya membuat Sasha semakin gelisah karena diserang rasa khawatir.

"Hampir tengah malam nih, Mbak," Septi mengingatkan. "Aku antar Mbak ke rumah orang tua, Mbak Sasha ya. Tunggu Pak Attar di sana."

Sasha diam-diam merasa bersalah pada Septi, karena membuat gadis itu masih belum bisa beristirahat di jam segini. Pulang ke rumah orang tuanya adalah hal yang paling tidak mungkin ia lakukan saat ini. Sasha berpikir untuk ikut Septi ke apartemen, tapi ia merasa tidak enak hati karena mungkin nanti Septi tidak bisa beristirahat karena kehadirannya.

"Aku istirahat di rumah saja Ti," ucap Sasha lalu mengambil barang-barangnya di jok belakang mobil. 

"Yakin?" tanya Septi. 

Sasha mengangguk tanda mengiakan pertanyaan Septi. Ia kemudian turun dan berjalan memasuki rumah. Terdengar deru mobil yang dikendarai Septi meninggalkan rumahnya, Sasha membanting tubuhnya di sofa ruang tamu tempat ia menunggu Attar pulang beberapa waktu yang lalu.

Mengingat masa pacarannya dengan Attar yang terkesan indah dan tanpa masalah, mendadak Sasha merindukan kembali masa itu. Ia tidak menyangka pernikahan akan serumit ini, padahal ia dulu sudah merasa sangat siap menjalani sebuah pernikahan. Namun, setelah dijalani, Sasha mengakui kalau berumah tangga itu tidak sesederhana kedengarannya.

Tidak berniat membersihkan diri atau bahkan mencuci wajahnya, Sasha berbaring di atas sofa. Melanjutkan tangisnya, ia menyesali diri telah membuat Attar marah sebegini parahnya.

***

"Attar, bangun! Tar!"

Sentuhan lembut jemari yang menyentuh dada telanjangnya, memaksa Attar untuk membuka mata. Masih ingin menikmati dingin ranjang yang ia tiduri, Attar justru merapatkan selimut. Namun, dalam hitungan detik selimutnya kembali ditarik oleh pemilik  tangan halus yang sejak tadi setia bertengger di atas dadanya.

"Attar, ayo bangun!"

Nada suaranya terdengar merajuk, sedikit memaksa. Tidak ada kesan manja seperti biasanya, saat Sasha membangunkannya. Attar merasa aneh saat mengingat suata yang membangunkannya saat ini berbeda dengan suara sang istri. Ia pun sontak membuka mata.

"Julia?" tanya terkejut lalu terduduk, menegakkan tubuh.

Julia yang terbalut piyama dengan bawahan celana pendek yang menutupi padanya itu tengah duduk di sisi ranjang yang ia tiduri. Attar menoleh ke sekeliling, ia baru menyadari saat ini ia berada di apartemen studio milik Julia.

TBC

Halo temen-temen, maaf ya baru sempat menyapa, heheh.

Gimana, gimana, semoga nggak bosan ya dengan ceritanya.

Boleh bantu tandai typo ya, kasih kritik dan saran juga boleh.

Dan, makasih juga buat vote dan komentarnya ❤❤❤

'Crush' On You ✅ | Lengkap Di KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang