"Mbak! Mbak Sasha!"
Sasha seolah mendadak tuli. Ia mempercepat langkah tanpa berniat menoleh, meski namanya diteriakkan berulang kali oleh Septi. Seperti sikap Septi biasanya yang selalu memaksa, gadis itu berhasil mengejar Sasha agar mau berbicara, dengan cara menghadang Sasha.
Sasha yang sudah berada di dekat mobil-yang ia pinjam dari ibunya-yang terparkir di halaman Femes Entertainment itu, terpaksa meladeni Septi. Ia membuang pandangan ke sembarang arah, tidak sanggup melihat wajah gadis yang sebelumnya begitu ia percaya itu. "Ada perlu apa? Aku buru-buru," ucap Sasha.
Septi terlihat menghela nafas dengan kasar. "Aku ingin kamu menjelaskan kenapa tiba-tiba memecat aku sebagai Asisten kamu, Mbak."
"Mau penjelasan yang bagaimana lagi, Ti. Aku sudah mengatakan alasannya pada kamu kemarin, waktu menanyakannya lewat telepon."
Septi menggeleng, seraya tersenyum miring. "Mbak pikir aku percaya? Mbak mengambil keputusan sendiri. Menghubungi manajemen diam-diam untuk meminta pengganti aku. Kita bisa berdiskusi dulu, jika memang Mbak merasa ada yang salah denganku."
"Tidak, Ti. Tidak ada yang salah dengan kamu. Seperti yang aku pernah bilang waktu itu, mungkin aku mau berhenti dari pekerjaan ini. Ini hanya langkah pertama dari niatku itu. Nanti karirmu terhambat jika terus bekerja denganku."
"Bohong! Aku tahu Melan mengambil banyak kontrak baru untuk Mbak Sasha," pungkas Septi menyebut nama asisten Sasha yang baru. "Mbak Sha tidak berniat berhenti dalam waktu dekat. Jadi, katakan apa yang membuat Mbak Sha tidak ingin aku menjadi asistenmu lagi?"
"Jangan keras kepala, Septi. Sejak awal aku sudah menjelaskan. Kamu mau jawaban seperti apa?"
Septi terlihat meremas rambutnya sendiri. Kepalanya menengadah ke langit dengan posisi matahari di atas kepala. Kemudian menunduk lagi, bertolak pinggang sambil menggeram melampiaskan kekesalannya. Kembali menegakkan tubuh dengan sempurna, Septi menatap Sasha penuh kecewa. "Kamu bohong, Mbak. Ada yang kamu sembunyikan dari aku. Sampai matipun aku tidak akan percaya jawaban bullshit kamu barusan."
"Kamu mau percaya atau tidak, itu bukan urusanku," ucap Sasha kemudian memasuki mobilnya.
Sasha tahu, tindakannya saat ini terbilang egois. Ia hanya tidak bisa melanjutkan hubungan kerja dengan Septi. Meski ia masih belum menanyakan langsung tentang barang-barang pribadi suaminya di kamar Septi, baik kepada Attar maupun pada Septi.
Sasha masih berharap pikirannya tentang Septi dan Attar salah. Memilih tidak ingin mempermasalahkan dan membuat keributan, Sasha memutuskan untuk diam sambil terus melihat apa benar-benar Attar akan mengkhianatinya. Di samping itu Sasha masih memiliki harapan tinggi untuk tetap memiliki rumah tangga yang utuh bersama Attar.
Ya, Sasha memaafkan Attar tanpa pria itu perlu meminta maaf. Sasha juga menghakimi Septi tanpa memberi tahu Septi akan kesalahannya, apalagi untuk membela diri. Sekarang Sasha mengerti mengapa banyak dalam kasus perselingkuhan seperti ini, seorang wanita yang dikhianati memberi sumpah serapah pada si selingkuhan, tapi tetap memberi maaf pada suaminya sendiri. Sasha tahu rasanya, bagaimana keinginan mempertahankan mahligai pernikahan itu terasa begitu kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Crush' On You ✅ | Lengkap Di Karyakarsa
RomanceBagi Sasha, memiliki Attar adalah suatu keberuntungan. Ketidaksempurnaannya sebagai seorang wanita, dapat diterima oleh Attar. Menikah, hidup bahagia membangun rumah tangga adalah sebuah cita-cita yang ingin Sasha raih bersama Attar. Namun, Attar d...