Bab. 15

958 120 7
                                    


Sasha menyimpan sendiri perasaan tak nyaman atas sikap janggal yang Attar tunjukkan. Lagipula, di hari-hari berikutnya Attar tetap seperti biasa, yang senantiasa menghujani Sasha dengan kasih sayang dengan bentuk perhatian nyata juga kalimat-kalimat penuh cinta. 

Seperti biasa, menjelang pergelaran fashion show yang akan Sasha ikuti, Sasha akan mengkosongkan jadwal agar ia bisa beristirahat. Tidak peduli pada Septi yang terus mengatakan kalau Sasha sudah terlalu banyak beristirahat. Sebenarnya Sasha ingin mewujudkan niatnya ingin berhenti bekerja, menjadi istri seutuhnya untuk Attar, tapi setelah ia pikir lagi ia pasti akan kebosanan. Kalau saja ia wanita normal, ia akan melahirkan anak, ia akan memilih di rumah mengurus anak dan suami.

"Hai, Mbak Sha!" sapa Oka dari kejauhan. Nindi yang berdiri di sampingnya refleks memukul lengan Oka yang berteriak tidak sopan saat masih jam kerja.

Sasha mempercepat langkah, bersama para pengunjung FS yang seolah berlomba melewati pintu masuk. Mall memang menjadi pilihan utama tempat yang digunakan orang-orang untuk menghabiskan akhir pekan. Apalagi sudah memasuki akhir bulan, sudah waktunya para ibu kembali memasok keperluan rumah tangga. 

"Aku kira, aku sudah telat," ujar Sasha begitu sampai di counter customer service.

"Telat gimana, Mbak?" tanya Nindi.

"Ini lho, aku bawakan kalian makan siang." Sasha menyodorkan dua tas berisi makan siang untuk Oka dan Nindi. 

Oka berseru heboh, "Aduh, jadi enak kita Mbak!"

"Jadi nggak enak dong, Ka!" Nindi meralat. "Terima kasih, ya Mbak!" ucap Nindi.

"Satu lagi, pasti buat Pak Attar!" tebak Oka.

Sasha mengangguk semangat, bulu matanya yang lentik menambah indah saat matanya itu berbinar.

"Pak Attar, masih meeting, Mbak. Sama manajemen Mall," lapor Oka.

"Iya, weekly meeting sih," Nindi menimpali, kemudian menyimpan tas makanan miliknya dan Oka.

Desah kecewa lolos begitu saja dari bibir Sasha. Seperti refleks, pandangannya lantas tertuju pada jam dinding. Jarum tipis berwarna merah bergerak teratur mengantar si jarum pendek menuju posisi tepat angka dua. 

Dua orang customer FS yang lain, datang menyapa Sasha. Mereka menggantikan Oka dan Nindi, sementara keduanya istirahat. Memang jam istirahat FS berbeda dari perusahaan lain yang Sasha tahu. Sudah makan siang telat, Attar malah masih meeting dengan manajemen Mall. Sasha bersyukur Attar pandai menjaga kesehatannya, padahal sehari-hari Attar telat makan begini.

"Mbak Sha! Kita pamit istirahat dulu, ya! Sekali lagi, terima kasih buat makan siangnya!" ucap Nindi sebelum meninggalkan counter customer service. 

Sasha hanya tersenyum membalasnya Nindi. Isi kepalanya dipenuhi Attar yang masih belum kelihatan batang hidungnya. Sasha kemudian menitipkan bekal makan siang milik Attar di penitipan barang customer service. Ia juga berpesan pada customer sevrice kalau ia mau belanja dulu ke dalam. Sasha meraih ponselnya ingin mengabari Attar, tapi akhirnya ia urungkan karena sejak dari rumah ia ingin memberi kejutan.

Sasha berjalan masuk ke dalam FS, buah anggur berbagai warna dan jenis yang dipajang rapi, memanjakan matanya. Sasha menjatuhkan pilihan pada Anggur hijau asal Amerika Serikat yang mempunyai rasa manis yang luar biasa dan menyegarkan. Buahnya besar, garing, dan juicy.

Selesai memilih buang anggur, Sasha membeli sayuran dan beberapa bahan makanan beku. Sampai Sasha selesai berbelanja, dan kembali ke customer service, Attar masih belum kembali. Sasha kemudian memilih meninggalkan area FS, berjalan menuju counter customer service Mall, Sasha berniat menanyakan di mana lokasi kantor manajemen Mall ini, lalu ia akan menunggu di dekat sana agar ia bisa lebih cepat bertemu Attar.

Mengikuti instruksi customer service Mall saja berjalan menuju arah selatan di mana antor manajemen Mall itu berada. Dengan harapan ia dapat bertemu Attar di sana. Sampai di ujung selatan Mall, Sasha turun satu lantai lagi menggunakan eskalator. Di lantai yang menjadi satu dengan parkiran basment itu Sasha mengikuti penunjuk arah menuju kantor manajemen Mall itu.

Suasana sangat sepi, seperti tidak ada tanda-tanda banyak orang di sana. Karena yang Sasha ketahui, menurut cerita Attar weekly meeting bersama manajemen Mall, biasanya dihadiri oleh seluruh tenant Mall di sana. Pembahasan meeting biasanya berupa update event yang diadakan Mall, atau untuk para tenant menyampaikan keluhan. Ruang meeting sendiri terpisah dari bangunan kantor Mall. Ruang itu berada di paling depan dekat pintu masuk.

"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya seorang satpam menghampiri Sasha.

Sasha yang berpenampilan dengan hoodie andalannya beserta kacamata hitam itu, sadar diri kalau ia mungkin mengundang rasa curiga satpam yang berada di sana. 

"Ini pak, saya dari tenant Mall, katanya ada meeting mingguan dengan manajemen Mall ya pak, hari ini?" tanya Sasha berbohong.

"Oh, meeting mingguan, sudah Mbak, kemarin lusa!" Jawab Satpam itu.

Sasha meringis pelan, "saya salah ya, Pak? Kalau begitu saya permisi," ucap Sasha lalu segera pergi. Ia lantas mengambil ponsel dari hoodienya untuk segera menghubungi Attar. Namun, sinyal ponselnya malah tidak mendukung. Mungkin karena Sasha berada di basement. 

Sasha mempercepat langkah, bersama gelisah yang menjalari hatinya. Ia juga tidak mengerti, perasaan apa yang mengganggunya saat ini. Apa karena hanya tidak berhasil menemui Attar? Sasha berpikir itu berlebihan sekali.

Menaiki eskalator dengan tergesa, Sasha kembali mengambil ponselnya dari dalam hoodie. Merasa butuh udara segar karena gelisah yang mengganggunya, Sasha berjalan keluar menuju lobi. Di sana ada taman dengan kolam ikan koi, yang menyediakan sofa untuk bersantai.

Menuju tempat itu, Sasha haru melewati deretan restoran ternama. Bangku dan meja yang berderet rapi hampir semuanya terisi mengingat hari itu adalah hari sabtu. Taman yang Sasha tuju berdekatan dengan restoran sate yang cukup terkenal di Jakarta. 

Tak sengaja Sasha menoleh ke arah restoran itu, dan matanya menemukan seseorang yang sejak tadi ia cari hingga gelisah. Attar di sana sedang makan bersama seorang wanita. Sasha membantu sesaat, menyaksikan bagaimana wanita yang duduk berhadapan Attar dan memunggunginya itu, mengelap sudut bibir Attar yang terkena bumbu sate dengan tisu.

Sasha berjalan mendekat ke meja mereka. Memastikan kalau pria itu adalah benar suaminya. Bahkan dari jauh rendah tawa yang terdengar dari pria itu sangat familiar di telinga Sasha. Memegang dadanya yang sudah berdebar tidak karuan, Sasha merasakan matanya memanas.

Sasha tidak sanggup melanjutkan langkahnya. Ia kembali mengambil ponsel di dalam hoodie dan kembali mencoba menghubungi sang suami. Dengan tangan bergetar Sasha menelpon Attar. Dalam hati berdoa kalau pria yang duduk di sana bukanlah Attar.

Namun, kenyataan berkata lain. Pria di meja itu mengambil ponsel dari saku kemejanya. Langkah Sasha semakin dekat, dan ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kalah pria di meja itu adalah Attar.

TBC

'Crush' On You ✅ | Lengkap Di KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang