Bab. 5

1.2K 141 6
                                    

Saat tatapan Attar berubah menyendu, Sasha dengan cepat menangkup wajah Attar dengan kedua tangannya. Ia memang tidak menjawab apapun atas pertanyaan Attar tadi. Sasha sendiri merasa seluruh organ tubuhnya berhenti bekerja tatkala mendengar pertanyaan Attar itu.

Menikah? Attar memang pernah menawarkannya perihal pernikahan, tapi Sasha tidak menyangka kalau Attar secepat ini ingin menikah dengannya.  Sasha merasakan dingin tatkala tangan Attar mengambil kedua tangannya, membawanya turun dari wajahnya, membuat Sasha semakin yakin kalau yang terjadi saat ini bukanlah mimpi. 

Raut wajah Attar kembali meminta jawaban. "Menikahlah denganku, Sha!" Attar memohon.

Sasha menarik kedua tangannya dari genggaman Attar, lalu memundurkan sedikit posisi duduknya, mencipta jarak. “Kenapa?”

Raut memohon Attar berganti menjadi mimik tak mengerti. “Kenapa?” Attar mengulang pertanyaan Sasha.

“Ya, alasan kamu mau menikah denganku,” tambah Sasha.

“Sejujurnya karena aku tidak ingin kamu jatuh ke dalam pelukan pria lain. Aku ingin mengikat kamu agar terus bersamaku. Seumur hidupmu, kamu menjadi milikku,” jawab Attar. “Bagaimana, apa terdengar berlebihan? Hmm, apa namanya? Yang biasa kamu bilang ke aku, dasar apa? dasar posesif ya?” tanya Attar.

Dasar posesif! Sebutan itu yang sering Sasha lontarkan untuk Attar. 

“Bukan posesif lagi, kalau seperti tadi alasannya, itu namanya psikopat!”

“Dan kamu adalah wanita yang terjerat cinta psikopat!” balas Attar.

Sasha menepuk kening, “Terjerat cinta psikopat? dapat kata-kata kayak gitu, dari mana coba?”

Attar terkekeh. “Nindi. Dia ketahuan baca novel online gitu waktu di jam kerja. Kalau gak salah judulnya itu,” jawab Attar menceritakan kelakuan salah satu customer service FS.

Sasha menepuk keningnya lagi, kini sambil tertawa terbahak-bahak. “Terus, Nindi dapat sanksi apa dari kamu?”

Attar mendesah lelah. “Ayolah Sha, aku ini sedang melamar kamu.”

Senyum lebar di wajah Sasha seketika sirna, karena tak berhasil mengalihkan pembicaraan. seketika dirundung rasa bersalah karena tidak menghargai Attar. “Maaf,” ucap Sasha menyesal. “Kamu juga yang mulai duluan bercanda tadi,” lanjut Sasha menyalahkan Attar.

“Kalau kamu menikah denganku, kamu tidak akan bisa memiliki anak. Coba pikirkan lagi … “

“Sha, kita sudah seringkali membahas soal ini.”

“Ya, tapi aku juga belum bisa untuk membawa kamu masuk ke dalam hidupku yang seperti ini,” balas Sasha.

“Lalu, tujuanmu selama ini menjalin hubungan denganku apa, Sha? Sampai satu tahun lamanya, kalau ternyata kamu sama sekali tidak berniat menjadikan aku bagian dari hidup kamu?” 

Sasha terdiam.

“Lalu kamu pikir, kenapa aku tetap bersama kamu hingga detik ini, meski sejak lama aku mengetahui tentang hal itu?” tanya Attar lagi.

Sasha masih tidak memiliki jawaban.

“Sha, kita akan memiliki keturunan. Kamu hanya divonis sulit, bukan mustahil kalau kelak kamu bisa mengandung nantinya. Kita akan berusaha semampu kita, aku akan berada tetap di sisi kamu apapun yang terjadi, Sha. Aku akan menunggu sampai kapanpun.”

“Sambil kita menunggu, kita bisa membuat rencana baru, mengejar keinginan kita yang belum tercapai. Mungkin ada rencana kamu yang belum terealisasikan, kita bisa mewujudkannya bersama, Sha!" 

"Atau kamu bisa menekuni karirmu sebagai model. Aku akan mendukung apapun kegiatan kamu selama itu baik untuk kamu," lanjut Attar lagi.

Sasha membalas tatapan Attar, tapi tidak ada tanda-tanda darinya akan menjawab.

"Atau, mungkin ini memang terlalu cepat untuk kamu, sehingga kamu tidak cukup yakin untuk menerimaku, Sha? Kalau begitu, aku bisa menunggu …"

"Yes, I Will! Aku bersedia untuk menikah dengan kamu, Attar," jawab Sasha cepat, lalu mengulurkan tangan kirinya ke depan Attar. Direntangkan jemarinya bersiap agar Attar mudah menyempatkan cincin itu ke jarinya. Sedikit menyesal membuat Attar menunggu lama, bahkan sampai membuat pria itu memohon.

Untuk sesaat, keduanya hanya saling memandang, seiring rasa bahagia yang memenuhi dada. Hingga Sasha tak mampu lagi membendung air mata bahagia yang sejak tadi mendesak turun. Sasha terisak, masih dengan posisi tangan yang bersiap menerima cincin dari Attar. 

Dalam hitungan detik Attar menyematkan cincin itu di jari manis Sasha. "Terima kasih, Sha," ucap Attar serak. Tidak berniat menghapus air mata Sasha seperti biasanya, Attar merunduk, dengan bibir Sasha yang menjadi tujuannya. Dikecupnya bibir itu cukup lama, isak tangis Sasha seolah menjadi irama di antara luapan emosi mereka yang kian menyatu. Tangis bahagia Sasha nyatanya menular, Attar tak kuasa menahan lagi. Attar memperdalam ciuman seiring dengan air matanya yang ikut turun. 

***

Mengingat profesi Sasha yang seorang model, mungkin siapapun akan membayangkan prosesi pertunangan yang 'wah'. Digelar hotel berbintang, menyewa host ternama, serta mengundang rekan-rekan artis papan atas. Sayangnya, Dira bukan model kelas atas seperti itu. Memang menjadi BA supermarket sekelas FS saja sudah cukup menaikkan popularitasnya. Namun, tetap saja Sasha tidak cukup bersinar di dunia hiburan tanah air.

Setelah Sasha bersedia menerima cincin darinya, Attar langsung menyampaikan keinginannya untuk melamar Sasha secara resmi kepada orang tua Sasha. Satu minggu kemudian pertunangan mereka dilangsungkan secara resmi. Attar yang tidak memiliki keluarga satupun, datang membawa serta sesepuh di lingkungan tempat tinggalnya. Tidak ketinggalan, Dean bersama Irena juga datang mendampingi Attar.

Sedangkan dari pihak Sasha ada kedua orang tua Sasha, serta para kerabat dekat mereka. Sasha juga mengundang pihak manajemen agensi model yang menaunginya, termasuk Septia yang merupakan asistennya. Beberapa rekan model satu agensinya juga Sasha undang, tapi tidak satupun yang memunculkan batang hidungnya. Sasha memang tidak memiliki satupun teman dekat, makanya ia benar-benar mengapresiasi kehadiran Attar dalam hidupnya.

Acara pertunangan berlangsung sederhana di rumah orang tua Sasha. Tanggal pernikahan ditentukan hari itu juga, yang akan diselenggarakan dua bulan mendatang. Rona bahagia terpancar di wajah setiap orang di rumah Sasha saat itu. Kecuali, Dean.

***

Merokok setelah makan seperti sudah menjadi ritual wajib bagi para pria. Para tamu undangan di acara pertunangan Sasha itu, memilih keluar rumah hanya demi merokok. Beberapa sambil saling mengobrol, sedangkan Dean memilih sendirian. Kekasihnya, Irena sedang bersama Sasha di dalam.

"Jangan ngelamun, kesambet lo!" Attar datang menegur. Mengambil satu batang rokok milik Dean dari bungkus rokok di saku batik yang dikenakan Dean, Attar lantas membakar ujungnya kemudian menikmati rokok itu di samping Dean.

"Itu setan di badan lo sendiri, kapan mau keluar?" balas Dean menoleh ke sampingnya, melepaskan rokok dari bibirnya kemudian menghembuskan asap dari mulutnya ke atas.

"Belum waktunya," balas Attar begitu santai. "Baru juga dimulai," lanjutnya.

"Belum terlambat kalau lo mau mengeluarkan setan dalam diri lo itu, Tar."

Attar tersenyum miring. "Belum waktunya, dia bahkan belum melakukan tugasnya, Yan!"

Dean tahu apapun yang dikatakannya tidak akan menghentikan Attar dan rencana pria itu.

TBC

Terima kasih sudah baca.
Terima kasih juga vote dan komennya 🥰 .
Sehat dan bahagia selalu 😍

'Crush' On You ✅ | Lengkap Di KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang