Bab. 16

908 115 9
                                    

Ingin rasanya berlari pergi dari tempat itu, sayang Sasha tidak mampu bergerak. Dengan pandangan kabur masih menatap Attar yang mengangkat ponsel dengan santai. Tanpa menatap wajah Attar, Sasha tahu suaminya sedang tersenyum.

Resto sate yang terang itu terasa gelap di mata Sasha. Dipengaruhi perasaannya yang suram. Melihat Attar bersama wanita lain tidak pernah terbetik dalam pikiran. Sasha mencengkram erat ponselnya. Tidak menyadari kalau Attar beberapa kali mengucap ‘halo’.

Laki-laki itu bangkit, mengapit ponsel dengan bahunya. Berbalik dan berjalan keluar. Attar terpaku menemukan Sasha berdiri di luar resto. Istrinya terlihat berantakan. Attar terdiam lalu mematikan panggilan telepon di ponsel. Wajah piasnya berubah cerah dalam sekejap.

"Sasha?!"

Raut wajah yang Attar tunjukkan sama sekali tidak menggambarkan keterkejutan. Berbeda dengan beberapa detik yang lalu, Attar malah dengan percaya menyunggingkan senyum pada sang istri yang berdiri mematung setelah memergoki Attar bersama seorang wanita.

"Kamu kok, nggak kabari mau datang?"
Sasha tidak mempunyai kekuatan untuk menjawab. Ia malah melirik gadis yang bersama Attar. Julia ikut bangkit dari kursinya. 

"Oh ya, Sha. Kenalkan, ini Julia," kata Attar dengan tampang tidak bersalah. Tidak menyadari kalau istrinya mati-matian menahan emosi.

"Sasha." Tangan Sasha gemetaran, tapi matanya menatap lurus ke arah Julia. 
Sedangkan perempuan itu dengan anggun mengulurkan tangan terawatnya. Membalas tatapan Sasha dengan tenang. “Halo, aku Julia. Manager mall ini,” ucapnya dengan senyum mengembang. “Ini … siapa?”
Sasha mengepalkan tangannya. Pertanyaan sederhana Julia menyentil egonya sebagai istri Attar. Dia tidak menjawab, sengaja menunggu respons Attar. 

“Oh, ehem, Jul, ini Sasha istriku.” Attar mendekat lalu merangkul bahu istrinya dengan sayang.

Alis Julia bertaut lalu tersenyum terpaksa. “Oh jadi ini istrinya Attar, cantik banget. Pantesan Attar tergila-gila. Aku dan Attar kolega, bisa dibilang temen lama juga. Iya, kan, Tar?” 

“Iya, cantik dong. Istrinya Attar gitu.” 
Julia dan Attar sempat bertukar senyum. 

Entah kenapa Sasha sedikit lega mendengar itu. Kecurigaannya pada Attar sedikit mereda tapi dia belum puas. Dalam hati berjanji akan menanyakan lebih jauh tentang siapa Julia. Sasha juga penasaran kenapa Attar mengatakan kalau dia sedang weekly meeting, padahal nyatanya sedang berduaan dengan Julia. Sasha juga belum bisa melupakan bagaimana Julia mengusap sudut bibir Attar ketika mereka makan tadi.

“Eh sorry, Tar aku harus balik kantor. Nanti lah kita ngobrol lagi ya. Bye Attar, bye Sha.” Julia masih sempat berbasa basi sebelum melambai dan benar-benar pergi.

Attar menunggu sampai Julia menghilang dari pandangan, lalu menatap Sasha yang masih cemberut. Perempuan itu masih tenggelam dalam perasaan tidak nyaman ketika melihat Attar bersama Julia tadi. 

“Kamu udah makan, Sa?” tanya Attar mencoba mengalihkan perhatian istrinya.
Sasha menggeleng malas. Attar mendekat lalu merangkum jemari istrinya, tapi Sasha malah melepaskan tautan jemari suaminya. Dia mengambil jarak, menghunjamkan tatapan penuh tanya pada Attar.

“Kenapa sayang?”

“Katanya kamu weekly meeting? Trus kenapa weekly meetingnya Cuma berdua? kolega kok pake ngelap-ngelap bibir gitu?” Sasha bersedekap, lalu melengos menghindari Attar. 

Sebaliknya Attar malah tertawa geli. Mencoba tidak terseret dengan mood istrinya. “Kamu kalo lagi ngambek tambah cantik, deh, Sa,” rayunya. Tangannya meraih bahu Sasha, meminta istrinya untuk menatapnya.

“Nggak usah pegang-pegang!” tolak Sasha kesal.

“Dengerin dulu dong. Eh, kita duduk yuk. Kamu mau makan sate nggak?” Attar belum menyerah merayu istrinya. 

“Nggak. Udah nggak selera! Aku susah-susah bawain kamu makan siang, ternyata kamu udah makan.” Sasha menjauh dari Attar. Menepis tangan suaminya dari bahunya.

“Sa, duduk dulu deh. Kalo nggak mau makan, aku pesenin kamu minum. Ayo.” Attar tidak dapat lagi ditolak dan bodohnya Sasha mulai luluh dengan perlakuan suaminya. "Aku mau duduk di sana, sambil lihat ikan Koi." Tunjuk Sasha ke arah taman yang semula memang ingin ia datangi.

Sasha berjalan menyusuri area pinggir kolam yang beralaskan kayu-kayu serupa di dermaga. Ada tiga bangku bulat berbahan rotan dan satu meja yang disediakan pengelola Mall di beberapa titik sekitar kolam. Tidak lupa payung besar di atasnya untuk melindungi para pengunjung dari panas matahari. 

Bangku-bangku bulat itu sudah seluruhnya terisi, oleh para keluarga yang bersantai, sementara anak-anak mereka asik melihat ikan koi. Sasha berjalan lebih jauh menuju taman, ia memilih duduk di bangku besi dengan meja bulat di sisinya, di bawah pohon Kamboja berwarna kuning. 

"Kamu ngapain ngikutin aku? Nggak balik ke FS buat kerja?" tanya Sasha saat suaminya itu ikut duduk di salah satu bangku dari total empat bangku yang ada di sana.

"Ini masih masuk jam istirahatku, Sha!" Attar menunjukkan arlojinya ke depan Sasha.

Kurang dari sepuluh menit lagi sudah memasuki jam tiga sore, seharusnya Attar tidak lagi berada di sini. Ia semestinya kembali bekerja lalu pulang di jam empat nanti. Meski ia sudah tidak begitu marah pada Attar, rasa sebal masih tersisa di hatinya.

"Sha, tadi itu Julia Herman, dia punya event besar yang akan dia ajukan ke manajemen pusat. Nggak main-main Sha, event ini serentak diadakan di cabang Mall ini di seluruh Indonesia. Dan, FS menjadi bintang utama dalam event besar ini. Aku nggak bisa membayangkan FS dapat meraup keuntungan dari event yang sumbernya dari ide cemerlang Julia."

"Ya, nggak heran sih Julia itu begitu jenius. Dia keponakan dari pendiri Mall ini. Aku yakin di tangan kepemimpinan dia, Mall ini akan jauh lebih unggul dari semua cabang di seluruh Indonesia." Attar terus bercerita.

Cerita Attar tentang Julia rupanya memantik rasa sebal yang tadinya sudah perlahan meredup. Membuat rasa itu menjadi berkobar lagi. Sasha yang tidak tahan memilih berjalan menuju kolam mengabaikan sang suami. Ia mendekat pada petugas kolam yang membawa seember makanan ikan. Sudah jam tiga tepat, sudah memasuki waktu feeding fish, yakni para pengunjung diperbolehkan ikut memberi makan ikan, dengan pengawasan petugas.

Dari derap langkah yang terdengar dari arah belakangnya, Sasha tahu kalau Attar mengikutinya. Syukurlah, kalau pria itu sadar jika ia tak nyaman, pikir Sasha.

"Kamu pasti pernah dengar nama Julia Herman, Sha, Dia juga sempat jadi bintang iklan sebelum akhirnya memutuskan buat …"

Kalimat Attar terputus, saat ia dipaksa Sasha menerima makanan ikan dari genggaman istrinya itu. Tingkat kesabaran Saha rupanya sudah berada di titik terendah. Ia tak habis pikir dengan Attar yang mengikuti langkahnya ke tepi kolam hanya untuk melanjutkan, ceritanya soal Julia Herman. Tanpa pamit, Sasha meninggalkan Attar begitu saja bersama anak-anak kecil yang siap memberi makan ikan.

TBC

Temen-temen, terima kasih sudah baca dan meninggalkan jejak ....

See you, besok ❤

'Crush' On You ✅ | Lengkap Di KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang