"Bulan madu? Ngapain?"Senyum lebar Attar perlahan mengendur, menyadari ia telah salah bicara. Oka dan Nindi sampai menatapnya horor. Attar berbalik badan, memunggungi Oka dan Nindi kembali menyibukkan diri dengan parsel yang sedang ia kerjakan.
"Maksud saya, kan sekarang sedang musim liburan. Ngapain saya bulan madu sekarang? Cuma macet-macetan di jalan."
"Ooohhhh!" Oka dan Nindi kompak ber-oh-ria.
"Bikin saya jantungan aja, Pak!" Oka lanjut mengomel.
Attar hanya pura-pura terkekeh, lalu membawa hasil karyanya ke sudut kanan counter customer service untuk dipajang. Memang, ia tengah diinterogasi oleh kedua bawahannya yang paling akrab dengannya itu. Tentang perasaan Attar setelah menikah, bagaimana malam pertama, dan pertanyaan ajaib lainnya. Kalau tentang bagaimana perasaannya, Attar sungguh merasa puas sekali. Suatu kepuasan yang tidak ada tandingannya, akhirnya bisa menjadikan Sasha miliknya.
"Kalau bulan madu nanti, beda dong pak momennya. Karena sudah nggak pengantin baru lagi," Nindi kembali memulai topik.
Obrolan terjeda, dua customer datang untuk mengambil barang yang mereka titipkan. Memberikan senyum terbaiknya, Attar kemudian mengucapkan terima kasih pada dua customer yang membawa dua trolley penuh berisi kantung plastik putih berlogo FS.
"Tau nih, Pak Attar. Kok, kayaknya nggak menganggap penting bulan madu. Padahal di mana-mana orang yang baru menikah pasti excited sekali soal bulan madu." Oka menimpali. "Jangan-jangan ini bukan pernikahan pak Attar yang pertama, ya? Jadi Pak Attar selama ini, duda?"
Nindi ikut menatap Attar tak percaya, seperti Oka. Dia menutup mulutnya yang menganga karena terlalu terkejut. Hingga beberapa detik kemudian mereka tertawa terbahak-bahak, akan fakta konyol yang Oka tuduhkan, itu. Attar merasa keberadaannya di sana sudah tidak kondusif lagi. Ia memilih pergi setelah memperingatkan Oka dan Nindi agar tidak asik mengobrol.
Waktu menunjukkan pukul sembilan lewat, suasana toko memang sudah berangsur sepi. Maka dari itu Oka dan Nindi bisa lengah dan bercanda seperti tadi. Attar berjalan menuju ruang kerjanya, ia baru ingat ada analisa laporan penjualan yang belum ia kerjakan. Mengambil cuti tiga hari karena menikah saja, membuat pekerjaannya menumpuk.
Sibuk mengerjakan analisa laporan, pintunya diketuk oleh salah satu staffnya meminta Attar untuk mengikuti briefing malam. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat. Attar mematikan komputernya terlebih dahulu, lalu keluar dari ruangannya, bergabung dengan seluruh staf FS yang bertugas malam ini. Seorang supervisor gudang meminta izin Attar untuk membuka sekaligus memimpin briefing.
"Sales kita hari ini, empat puluh dua juta, sembilan ratus lima puluh ribu rupiah. Dengan total achievement sebesar, dua ratus tujuh puluh juta enam ratus dua puluh lima ribu rupiah dari target bulan ini sebesar sembilan ratus lima puluh tiga juta rupiah."
Tepuk tangan para staf membahana di ruang yang terbilang sempit itu, karena dipenuhi kardus-kardus berisi produk yang baru datang belum sempat masuk ke gudang.
"Teman-teman, terima kasih untuk hari ini. Target harian sales kita tercapai, begitupun dengan target setiap divisi," ucap Attar yang kembali direspon dengan tepuk tangan oleh seluruh peserta briefing. "Hati-hati di jalan, karena keluarga menunggu di rumah. Selamat beristirahat, karena esok harus lebih semangat!"
Briefing ditutup dengan do'a. Attar kemudian kembali memasuki ruang kerjanya untuk bersiap pulang. Seperti biasa, Attar pulang paling terakhir, setelah menerima laporan sekuriti yang mengecek aliran listrik, suhu chiller dan memastikan seluruh ruang terkunci.
Jarak dari FS ke rumahnya tidak jauh, hanya membutuhkan waktu dua puluh menit ditempuh saat jalanan lengang, seperti jam malam seperti sekarang ini. Sampai di rumah, Attar dikejutkan dengan pemandangan Sasha yang tertidur di atas sofa ruang tamu. Wanita cantik yang beberapa malam menjadi teman tidurnya itu meringkuk di atas sofa seperti bayi di dalam kandungan.
Attar bersimpuh dibawah kaki sofa, menatap lekat wajah damai Sasha yang terlelap. Menahan tawa mendengar Sasha mendengkur halus. Bulu mata yang lentik, hidung yang mancung sempurna, kulit wajahnya yang putih kadang memerah lucu jika sedang malu-malu. Attar mendadak jadi gemas sendiri pada sang istri.
Jemarinya bergerak membuat gerakan lembut yang ia mulai dari ujung kening Sasha lalu turun ke pundak Sasha yang masih tertutup gaun tidur berwarna hijau yang lembut. Perasaan bahagia memenuhi dada, Attar tidak tahu rasanya sebahagia ini ketika kepulangannya ternyata dinantikan seseorang.
Namun, sedetik kemudian Attar tersenyum pahit. Ia menarik tubuhnya mundur ke belakang dengan cepat hingga terduduk ke lantai. Senyum miring kini terukir jelas pada wajah tampannya. Ia berdiri perlahan, sambil matanya terus memandangi Sasha yang tidak bergerak dalam tidurnya.
***
Sasha berjengit kaget saat menyadari lokasi di mana ia tertidur. Masih sama saat semalam ia menunggu Attar pulang hingga ia ketiduran di sofa ruang tamu rumahnya bersama Attar itu. Ia bangkit menuju jendela, menyibak gorden untuk melihat keadaan di luar. Tidak ada mobil Attar yang seharusnya terparkir di sana jika memang pria itu sudah pulang.
Melirik ke arah handel pintu, Sasha mendesah samar melihat posisi kunci masih dalam keadaan terkunci. Berarti tandanya memang ia tidak membukakan pintu untuk Attar, karena memang Attar tidak pulang semalam.
Mencari ponselnya di pojokan sofa, Sasha merutuki diri melihat beberapa panggilan tidak terjawab dan beberapa pesan masuk juga dari Attar. Ponselnya yang dalam mode silent yang menyebabkan ia tidak mengetahui semua panggilan dan pesan itu masuk. Padahal seingat Sasha, ia tidak pernah memasang ponselnya dalam mode silent.
Aku mendadak ada perbantuan general stock opname ke cabang FS di Jakarta Pusat. Jadi, aku tidak pulang dulu malam ini, Sha.
Besok pagi aku pulang, tapi mungkin sedikit siang karena aku istirahat sebentar di sana. Kalau langsung pulang, aku tidak kuat menyetir karena mengantuk.
Hati-hati di rumah. Jangan lupa kunci semua pintu sebelum tidur.
Mimpi indah, Sha-yangnya aku!
Sasha tersenyum geli membaca pesan terakhir dari Attar. Sekaligus merasa kasihan pada suaminya itu, karena sudah bekerja seharian, malamnya lanjut begadang untuk melakukan stock opname di cabang FS yang lain. Begitupun nanti saat FS tempat Attar dilakukan stock opname, maka FS cabang lain wajib mengirim orang untuk perbantuan.
Jam dinding di ruang tamu baru menunjukkan pukul lima pagi. Sasha berinisiatif menghubungi Attar, karena setahu Sasha jika di jam segini, proses stock opname sudah hampir selesai. Ia tahu karena selama berpacaran dengan Attar kemarin, Attar banyak bercerita tentang pekerjaannya.
Bunyi panjang nada tunggu menyambut, begitu Sasha menempelkan ponsel di telinganya. Sasha tak sabar untuk segera meminta maaf karena semalam ketiduran dan tidak sempat membalas pesan dari Attar. Pada bunyi nada tunggu yang ke sekian, Sasha berdecak karena Attar tak kunjung menjawab telponnya. Tidak seperti biasanya.
Hingga Sasha menyerah ingin mematikan panggilannya, terdengar suara mereka berisik dari seberang sana. Sasha tersenyum senang mendapati panggilannya akhirnya dijawab oleh Attar. Ia menantikan kata sambutan dari Attar setiap kali menerima dari teleponnya. Namun kalimat sayangnya Attar tidak kunjung terdengar.
"Halo."
Tubuh Sasa mendadak kaku begitu mendengar suara seorang wanita dari ponselnya. Dengan dada bergemuruh, Sasha merasa lidahnya kelu untuk menjawab. Panggilan itu tiba-tiba dimatikan sepihak dari Attar. Sasha terduduk lemas di sofa, dalam hati berdo'a kalau ia hanya salah mendengar saja.
TBC
Terima kasih atas supportnya, Sha-yang Sha-yangnya Attar ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
'Crush' On You ✅ | Lengkap Di Karyakarsa
RomanceBagi Sasha, memiliki Attar adalah suatu keberuntungan. Ketidaksempurnaannya sebagai seorang wanita, dapat diterima oleh Attar. Menikah, hidup bahagia membangun rumah tangga adalah sebuah cita-cita yang ingin Sasha raih bersama Attar. Namun, Attar d...