Bab. 13

799 97 4
                                    

Sasha begitu terkejut dengan kehadiran pria yang kini menguasai kemudi mobilnya. Dari penampilannya pria itu sepertinya habis jogging pagi.

"Mas Rendi! Apa-apaan? Kita harus tolong anak itu, dulu!" ucap Sasha panik.

"Kamu cari mati, ha?"

"Mas, justru anak tadi bisa mati kehabisan darah kalau dibiarkan saja. Ayo Mas, cepat kembali dan tolong dia!"

"Bodoh! Di mana otakmu, Sasha! Kembali ke sana sama saja bunuh diri! Biar saja, nanti anak itu akan ditolong warga sekitar. Sekarang kamu hanya perlu menyelamatkan diri kamu sendiri!"

"Mas Rendi, kita mau kemana?" tanya Sasha saat menyadari pria yang merupakan suami dari Angel-pemilik Femes Entertainment-itu mengemudikan mobil ke arah berlawanan dari lokasi Femes Entertainment yang semula menjadi tujuan Sasha.

"Tolong jangan berisik, Sha!" 

Rendi membentaknya dengan cukup keras. Sasha benar-benar ketakutan dibuatnya, hingga ia memilih menuruti Rendi. Tidak lama kemudian Sasha akhirnya bernafas lega setelah mendengar Rendy menghubungi orang suruhannya untuk mengurus korban tabrak lari tadi. 

Hari itu, Randy mengantarkannya kembali pulang ke rumah. Sampai di rumah, Sasha juga dihubungi Angel, pemilik Femes Entertainment. Angel menjelaskan kalau korban kecelakaan yang ditabrak Sasha sudah dalam penanganan rumah sakit. Angel juga menjelaskan Sasha harus sembunyi, karena jika media mengetahui hal ini, karir Sasha akan kembali hancur dan mungkin tidak akan bisa diselamatkan lagi.

Sasha menurut saja, ia juga disibukkan akan berbagai pemotretan. Femes Entertainment memang mampu membantu Sasha untuk kembali menginjakkan kakinya di dunia modelling. Suatu hari, Femes Entertainment kedatangan seorang wanita yang membuat keributan. 

"Dua puluh juta lagi, atau saya akan sebarkan berita kalau salah satu model kalian menabrak anak saya sampai tewas!"

Suara wanita itu cukup kencang, hingga menarik perhatian Sasha. Sasha baru akan mendekat pada ruang kerja Angel itu. Namun, Septi dengan cepat menarik lengan Sasha menjauh dari sana.

"Ayo, Mbak. Kita 'kan ada pemotretan outdoor. Lokasinya juga jauh."

"Tapi Ti … "

Sasha lagi-lagi menurut. Selesai pemotretan, Septi mendadak pulang karena sang ayah mendadak sakit. Sasha pun pulang dijemput oleh salah seorang supir di Femes Entertainment. Namanya, Bang Amar. Salah satu tangan kanan Mas Rendy yang paling dipercaya.

"Bang Amar, yang waktu itu menolong korban yang Sasha tabrak, ya?" Mendapat pertanyaan seperti itu, raut wajah Bang Amar mendadak kaku.

"Bang?" tegur Sasha lagi.

"Eh, iya Mbak Sasha," jawabnya gelagapan.

"Itu bang, Sasha minta alamat korban yang Sasha tabrak waktu itu. Mungkin Sasha bisa kirim sesuatu ke sana, kalau memang Sasha nggak boleh datang."

Bang Amar masih diam membisu. Sudah dua bulan sejak kejadian itu, Angel juga sudah mengatakan agar Sasha fokus saja pada pekerjaannya dan melarang Sasha untuk menanyakan soal tragedi kecelakaan itu. Sikap Bang Amar yang seperti ini justru membuat Sasha menjadi curiga. Ia pun mengeluarkan uang dari dompetnya dan membawanya ke depan Bang Amar.

"Antar saya ke rumah anak itu. Bukan untuk mampir, saya hanya mau tahu alamatnya saja."

Bang Amar masih bergeming, membuat Sasha kembali menambah jumlah uang yang ingin ia berikan. 

"Tolong antarkan saya sampai ke depan rumah anak itu," ulang Sasha. "Dan, saya ingin melihat anak itu juga. Setidaknya saya hanya ingin memastikan dia baik-baik saja." Sasha kembali menambah jumlah uang di tangannya.

Bang Amar mengangguk, lalu dalam hitungan detik uang itu raib dari tangan Sasha berpindah ke saku kemeja Bang Amar.

"Kok, rumahnya seperti kosong?" tanya Sasha begitu Bang Amar menghentikan mobilnya di depan rumah yang diyakini sebagai tempat tinggal anak itu. "Bang Amar bohongi saya?" tuduh Sasha.

"Tidak Mbak, benar ini rumahnya"

"Kalau begitu, lenapa kosong rumahnya? Apa ada alamat lain lagi?"

" Saya tidak tahu, Mbak."

Sasha merasa kesal dengan Bang Amar yang seperti menyembunyikan sesuatu. "Karena Bang Amar tidak berhasil mempertemukan saya dengan anak itu maka kembalikan uang saya!"

Bang Amar menggeleng "Jangan mbak Saya butuh uang ini untuk anak saya di kampung."

"Kalau begitu, ayo bawa saya bertemu anak itu."

"Sebenarnya Mbak Sasha, tidak bisa menemui anak itu lagi," jawab Bang Amar yang membuat Sasha begitu terkejut.

Kenapa?" tanya Sasha.

Bang Amar kemudian menjalankan mobilnya tanpa banyak bicara. Sasha sendiri sudah merasakan debaran jantung yang tidak menentu. Entah kenapa firasatnya tidak enak. Hingga mobil mereka memasuki areal taman pemakaman umum, Sasha terkejut luar biasa.

"Mau apa kita ke sini pak?" tanya Sasha.

"Ikut saja, Mbak."

Sasha menurut. Ia kemudian memakai tudung dari scarf yang selalu ia bawa. Tidak lupa kacamata hitam dipakainya juga. Langkah kakinya terasa berat menapaki jalan setapak yang di sekelilingnya dipenuhi kuburan. Tidak jauh berjalan, mereka sampai di sebuah kuburan dengan nisan bertuliskan nama Anggia Pramitha. Di sana juga tertulis tanggal kematian sekitar dua bulan lalu, menurut hitungan Sasha.

"Bang Amar  … "

Niat Sasha untuk bertanya terjeda oleh Bang Amar yang memberikan ponselnya pada Sasha. Di layar ponselnya ada foto seorang anak perempuan cantik berseragam sekolah. Wajahnya pucat, matanya terpejam dengan darah yang mengering dari pelipisnya. Sosoknya mengingatkan Sasha pada anak yang ia tabrak itu. Sasha kembali memperhatikan foto itu dengan lekat hingga Sasha menemukan nama yang sama di name tag seragam sekolah anak itu, namanya Anggia Pramitha.

Ponsel itu hampir saja terlepas dari tangannya saking Sasha terkejut hingga tangannya gemetaran. "Maksudnya apa, Bang?" tanya Sasha.

Seperti yang saya bilang tadi Kalau Mbak Sasha tidak bisa menemui anak itu Karena dia sudah meninggal.

"Meninggal?" tanya Sasha terkejut. "Sejak kapan?" 

"Anak itu meninggal saat tiba di rumah sakit, setelah kejadian tabrakan itu Mbak."

Tubuh Sasha melemas, ia sampai terduduk di tanah samping makam gadis bernama Anggia itu. Sasha tidak kuasa menahan tangis. Ia menangis sejadi-jadinya sambil memegangi kayu papan nisan. Ia tidak menyangka kalau fakta sebenarnya sangat berlawanan dengan yang dikatakan Angel, kalau anak yang ia tabrak baik-baik saja.

Kembali ke kantor Femes Entertainment, Sasha langsung menemui Angel, dan kebetulan juga ada Rendi di sana.

"Kenapa Mbak Angel dan Mas Rendi melakukan ini? Kenapa menyembunyikan fakta ini dari saya?" tanya Sasha.

"Kamu pikir untuk apa selain melindungi karir kamu," jawab Angel.

"Tapi, anak itu meninggal. Aku seharusnya mempertanggungjawabkan perbuatanku," jawab Sasha.

"Itulah masalahnya, kamu yang sok suci ini pasti akan menyerahkan diri ke polisi lalu berakhir di penjara. Kamu enak hanya di penjara, tapi manajemen Femes akan kena imbasnya. Sedangkan kontrak kerja dengan kamu sudah banyak yang masuk!" jawab Angel. "Untung saja Mas Rendi yang sedang berolahraga menemukan kamu waktu menabrak anak itu. Kalau tidak tamat riwayat kamu, Sha!"

Sasha menggeleng tak percaya menatap sepasang suami istri pemilik agensinya itu. "Tapi … "

"Tapi apa,Sha? Kecerobohan kamu itu bukan hanya bisa menghancurkan karir kamu saja, tetapi juga agensi ini!" Kata Angel lagi.

"Sudah, kita sudah mengambil jalan damai dengan keluarga anak itu. Mulai sekarang, lupakan kejadian tabrak lari ini," ucap Rendi menengahi perdebatan mereka.

TBC


Terima kasih, buat vote dan komennya gaes ❤

'Crush' On You ✅ | Lengkap Di KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang