Bagi Sasha, memiliki Attar adalah suatu keberuntungan. Ketidaksempurnaannya sebagai seorang wanita, dapat diterima oleh Attar. Menikah, hidup bahagia membangun rumah tangga adalah sebuah cita-cita yang ingin Sasha raih bersama Attar.
Namun, Attar d...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Memeriksa sekali lagi penampilannya, pada dress berwarna biru metalik yang ia pakai. Dress tanpa lengan dengan aksen belt di bagian perut, tampak sempurna di tubuh rampingnya. Panjang dress yang mencapai tidak lebih dari bawah lutut itu memamerkan kaki jenjangnya. Rambutnya yang bergelombang, dibiarkan terurai.
Beralih dari kaca besar yang memantulkan keseluruhan tubuhnya dari ujung rambut hingga ujung kaki, Sasha menuju meja rias. Ia duduk sambil kembali menatap kosong ke arah pantulan dirinya di cermin meja rias. Perlahan ia menundukkan kepala, memejamkan mata, menggigit bibir, saat bayangan pakaian dalam Attar ada di lemari di kamar Septi.
Yang ia tahu, Attar membenci Septi. Bahkan Attar tidak pernah sudi, menginjakkan kaki di apartemen miliknya itu saat ada Septi di dalamnya. Dari masa pacaran, hingga resmi menikah, Sasha juga merasa tidak pernah mengajak Attar menginap di sana. Lalu bagaimana, Attar bisa meninggalkan pakaian dalamnya di tempat itu.
Kembali mengangkat wajahnya, Sasha merasa miris melihat bayangan wajahnya sendiri di cermin. Di apartemen itu ia pernah membawa masuk pria yang berstatus suami orang. Bukan hanya merayu, Sasha mengerahkan seluruh akal liciknya demi mengambil kembali pria itu ke pelukannya. Di tempat itu, Sasha pernah menghancurkan hati istri dari pria itu, karena Sasha berusaha merebutnya. Kini, di tempat itu pula, suaminya mungkin saja mengkhianatinya. Parahnya dengan seseorang yang sangat ia percaya.
"Sayang? Kenapa melamun?"
Pria itu datang dari luar kamar, berjalan penuh percaya diri ke arah Sasha. Celana bahan berwarna hitam sebagai bawahan, dipadukan atasan jas berwarna senada dengan dress Sasha, beserta kaus putih menjadi dalaman, menambah kharisma sosok suami Sasha itu. Ikut menatap cermin, Attar mendaratkan kedua tangannya di pundak Sasha.
"Sudah siap, Sha-yangnya aku?"
Sasha menggerakkan kepalanya dengan kaku. "Sudah," jawabnya.
Attar sedikit membungkuk, mengulurkan tangannya pada Sasha yang baru saja berdiri dan membalikkan tubuh menjadi ke arahnya. Sasha menerima uluran tangan itu, yang memperlakukannya bagai seorang ratu. Ya, Ratu yang mungkin saja sebentar lagi memiliki seorang selir.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
