Bab. 7

997 115 20
                                    

"Mimpi buruk lagi?"

Sasha hanya melempar senyum sebagai bentuk jawaban atas pertanyaan sang ibu. Ia kemudian menarik kursi di meja makan, lalu duduk di sana. Diambilnya iPad yang terletak di atas meja, besebelahan dengan piring berisi setangkup roti, dan beberapa potongan buah kiwi. Menyalakan layarnya, jari telunjuk Sasha lantas menggulir layar iPad dengan lincah. Jika di luar ada Septi yang bertugas mendampingi Sasha bekerja, di rumah, Sasha memiliki Mami Tantri yang menjadi asisten pribadi Sasha. Mami Tantri juga berperan dalam seluruh urusan terkait pekerjaan Sasha.

Sasha kemudian memeriksa jadwalnya hari ini, kegiatannya di luar rumah akan dimulai jam sepuluh pagi untuk melakukan food tasting katering pernikahannya nanti, bersama sang ibu. Dilanjutkan dengan fitting gaun pengantin, lalu ke toko perhiasan untuk memesan cincin bersama Attar.

Persiapan pernikahannya dengan Attar sudah mencapai 75 persen. Harapannya, satu bulan sebelum pernikahan, semua persiapan sudah rampung sepenuhnya. Seluruh persiapan pernikahan ditangani oleh Sasha dan Ibunya sendiri. Kebetulan Sasha memiliki banyak kenalan, bahkan beberapa wedding organizer berdatangan menawarkan Sasha.

"Kalau kamu masih butuh istirahat, kita bisa mengundur waktu untuk pergi sekitar satu sampai dua jam lagi, Sha," ujar Tantri yang kembali datang dari kamarnya.

"Nggak usah ... Ma," jawab Sasha yang sempat terjeda karena menguap.

Sasha meninggalkan meja, membiarkan setangkup roti yang disiapkan oleh ibunya masih utuh di piringnya. Sasha yang masih memakai gaun tidurnya itu kemudian kembali ke kamar, berniat untuk segera mandi lalu pergi bertemu vendor katering bersama ibunya.

Ponselnya yang ia simpan di atas nakas samping tempat tidur berdering, sebuah panggilan video datang dari Attar. Sasha menggeser ikon berwarna merah di layar ponselnya ke arah kiri, lalu kembali meletakkan ponsel itu. Setelah tidak ada panggilan masuk lagi, Sasha malah melanjutkan kesibukannya sebelum ia keluar kamar tadi. Duduk di kasurnya, seraya melamun. Mencoba mengingat-ingat lagi mimpi semalam yang sudah lama tak muncul. Apa mungkin itu sebuah pertanda? Jika iya, tentu bukan pertanda baik, 'kan?

***

Dari tempatnya duduk di sofa warna abu sebuah ruang tamu, Sasha mengamati seorang gadis muda yang kira-kira seumuran dengannya, tampak begitu cekatan. Memakai apron berwarna merah muda, senyum senantiasa merekah di wajahnya yang lelah. Gadis itu tengah merapikan ruangan yang nantinya akan digunakan untuk melakukan tasting food bersama Sasha dan Ibunya.

"Bu Tantri, maaf karena sudah lama menunggu. Tapi, tunggu sebentar lagi ya, Bu," kata Gadis itu.

Sasha melihat ibunya menganggukkan kepala sambil tersenyum manis.

"Mam, jadi tasting food kita gimana?" Pertanyaan yang Sasha lontarkan untuk ke sekian kalinya.

"Jangan bawel!" Hardik ibunya. "Tunggu sebentar lagi, Anye sedang siapkan dulu."

Sasha menyandarkan tubuhnya pada sofa lalu melihat ke sekitarnya. Dari rumah memang ibunya sudah bilang kalau untuk katering pernikahan Sasha nanti, akan memakai jasa katering kerabat ibunya itu, yang ternyata jauh dari ekspektasi Sasha.

"Yakin, Mam? Kayaknya nggak profesional gini ... aaww!" Sasha mengaduh kesakitan saat lengannya dicubit sang ibu.

"Jangan bicara sembarangan, nanti kalau sudah coba enaknya rasa masakan katering ini, kamu akan menyesal sudah bilang seperti itu," Ibunya kembali memperingatkan. "Katering ini punya mendiang Ibu dari teman SMA Mami."

"Oh, mana teman Mami?"

"Dia tinggal di Jerman."

"Terus?"

'Crush' On You ✅ | Lengkap Di KaryakarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang