Pagi itu seperti biasa. Erin menyiapkan sarapan untuk putra Pradika. Namun, saat ini Erin menambah porsi masaknya di karenakan ada satu orang yang menginap di rumah Pradika.
“Sorry, gak ada air anget ya?” tanya seseorang dibelakang Erin. Suara perempuan.
Tanpa berbalik Erin menjawab. “Ada termos di meja makan, nanti kamu tambah air biasa aja biar anget.”
“Bukannya lo disini asisten, harusnya lo ngelayanin tamu tuan rumah.”
Erin berbalik, tersenyum menatap perempuan cantik di hadapannya. “Gue emang asisten, tapi gue bukan pembantu.”
“Ya apa bedanya si?”
“Beda. Gue jelas di gaji mahal atas pekerjaan ini, semua anak Pradika adalah tanggung jawab gue. Lo tamu, harusnya punya etika untuk itu.”
Gadis itu berdecih, kemudian mendorong bahu Erin. “Belagu amat si lo! Jeno pacar gue, dia bilang gue bisa ngelakuin apa aja disini karna ini rumah dia.”
Erin mengeryit, kemudian tertawa sarkas. “Dia gak memiliki hak sedikitpun atas rumah pak Pradika. Dan ingat satu hal lagi, atas apa yang Jeno lakuin jangan harap pak Pradika bisa baik lagi sama dia.”
“Lo harusnya tau kalo posisi Lo kali ini sama sekali gak menguntungkan. Lebih buruknya, lo bisa di benci banyak orang karna kelakuan lo.”
Erin melangkah meninggalkan gadis itu sendirian. Ia memilih berjalan menuju kamar Jisung dan Chenle, membangunkan kedua anak itu untuk segera turun dan sarapan.
Setelah dirasa semua orang sudah terbangun, terkecuali Jeno, karna Erin enggan mendekati pintu kamarnya sekalipun.
Erin kembali ke ruang makan, dimana Haechan, Jaemin, Chenle dan Jisung sudah duduk disana.
“Makan aja, Abang belum bangun.” Ujar Erin.
Mereka makan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Biasanya, akan ada suara Jisung yang bertanya banyak hal. Lalu, dijawab dengan sabar oleh Renjun.
Tidak sampai disana, ada Haechan yang selalu mengambil tempe kesukaan Jaemin tanpa sepengetahuan lelaki itu, pun menambahkan sambal pada piring Chenle.
Namun, hari ini gak lagi begitu, dan Erin tak sanggup melihatnya.
“Mulai hari ini mas yang antar jemput kalian.” Suara Haechan memecah keheningan, dijawab oleh anggukan Jisung dan Chenle.
“Obatnya Adek suka diminum kan?” tanya Erin.
“Suka kok!” Dengan nada panik, Jisung menjawab. Membuat Erin terkekeh, “Iyaa biasa aja kali.”
Tak lama dari itu, Kehadiran Jeno membuat mereka mengatupkan bibir. Gak berbicara sepatah katapun.
Erin beranjak setelah Jeno duduk di kursinya. Di susul oleh perempuan yang Jeno bawa, kehadiran keduanya mengundang tatap tak suka dari semua adiknya.
“Duduk disini.” Ucap Jeno sembari menarik kursi yang baru saja Erin duduki. Haechan berdecak, ia mengetuk-ngetuk sendok pada piring membuat terciptanya suara bising yang menggangu.
“Mas, berisik,” ujar Jeno.
Semuanya kembali hening, enggan membuka suara sedikitpun. Hanya ada bunyi perpaduan antara piring dan sendok.
Jeno menghela napas berat. Ia menyimpan sendoknya pelan, menatap satu-persatu adiknya.
“Kenalin pacar Abang, Jia namanya.”
Tak ada yang menyahuti, bahkan Jisung berdiri dan sedikit menyentak kakinya. Jeno yang melihat itu berdecak. “Adek duduk!”
Jisung berhenti, kemudian menggeleng.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teteh || Nct Dream
Fanfiction"TETEH! AA, ABANG, MAS, SAMA KAKAK SUKA SAMA TETEH KATANYA!" Pekikan Suara Chenle menggelegar di seluruh penjuru Rumah.. Erin tercengang...Heh?! Sementara disisi lain.. "Ck, Lele sama Adek tuh! Huh!" "Yaa, gimana ya...Mending kita bersaing secara se...