77. Tiga Cerita

530 72 5
                                    

⚠️Memuat permasalahan mental, trauma, dan harassment problem.

Bagi yang gak nyaman, tolong skip aja yaa. Gambaran pekerjaan seorang psikolog dibawah itu pure bayangan aku saja, gak aku buat sesuai pekerjaan di dunia nyata. Karna aku gak melakukan riset secara langsung 🙏

Happy reading!!

-Teteh-

Bandung subuh diterpa hawa sejuk melalui jendela-jendela rumah terbuka.

Kumandang adzan Subuh masih terdengar dalam jarak jauh, meski kini Jaemin tengah mengimami sang istri shalat subuh di rakaat terakhir.

Suara beratnya merdu membaca doa Qunut, menyambut hari perpisahan usai melalui malam tanpa senggama. Keduanya tertidur begitu saja, Jaemin tidak memaksa, dan Erin pun tak keberatan.

Biarkan hal itu terjadi begitu saja tanpa mengundang kecanggungan.

"Assalamualaikum warahmatullah..."

Salam terakhir di teruskan dengan dzikir, kemudian berdoa sedikit lama, sampai keduanya mengusap wajah mengaminkan doa. Jaemin berbalik, menyambut tangan lembut sang istri, ia rasakan betapa hangat Erin mengecup punggung tangannya sembari merapal doa dalam hati.

Senyum hangat terpatri setelahnya, Jaemin mengusap kepala Erin. Manusia terkasihnya.

"Jadi ke Jakarta?" tanya Erin.

Jaemin mengangguk, kemudian menarik tubuh sang istri agar lebih dekat dengannya. Ia angkat perlahan sampai kini tubuh kecil itu berada dalam pangkuannya.

"Kakak janji pulang lebih cepet, nanti mau dibawain apa?"

Erin tersenyum, menatap tiap inchi wajah suaminya dari dekat.

"Bawain aku keselamatan kamu, a."

Kekehan kecil terdengar, merasa lucu mendengar Erin memanggilnya dengan panggilan lain meski sama arti.

"Aa nih sekarang?"

"Huum," jawab Erin sembari mengalungkan tangannya lebih erat di leher Jaemin.

Direngkuhnya tubuh hangat Erin, ia berikan usapan kecil di punggung sang istri.

"Hari ini mau kemana sayang?" tanya Jaemin.

Erin tampak berpikir, kemudian mengangkat kepalanya, menatap Jaemin begitu hangat. Tangannya terangkat, perlahan jemari lentik itu bergerak menyentuh wajah suaminya.

"Aku mau ke RS, terus main ke rumah Teh Shakila. Zulfi minta tolong buat bantu dia jadi guru ngaji sebentar sore ini, boleh?"

"Boleh, Zulfi itu siapa?"

"Adik iparnya aa, nanti disana juga ada teh Kila juga kok."

"Yaudah kalo gitu boleh, nanti kabarin ya sayang." Setelah mengizinkan Erin, Jaemin mengecup lembut kening Erin.

°°°

13.00

Jaemin memarkir mobilnya di depan rumah sakit tempat ia bertugas.

Sebelum ia benar-benar turun, ditatapnya bingkai kecil berisikan foto Erin yang tergantung di kaca spion depan. Senyuman terpatri di wajahnya, masih menerawang antara mimpi dan realita.

Erin benar-benar sudah menjadi istrinya.

Dulu, ia sempat termenung beberapa jam di mobil. Di posisi yang sama dengan dirinya sekarang.

Teteh || Nct Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang