Erin berlarian di sepanjang lorong rumah sakit Dustira. Dirinya tak lagi memikirkan Kemungkinan Yeonjun yang masih mencari tempat parkir.
Sampai dimana keluarga Pradika berada, tepat di depan pintu ICU.
Erin langsung tau kalo saat ini, yang berada di dalam sana adalah Jisung. Karna Ia melihat Renjun lagi nopang tubuh bunda yang lemas dan tak sadarkan diri.
Eksistensi nya disadari orang sekitar, begitu erin melangkah, dengan sangat tiba-tiba chenle nyamperin dan lantas memeluknya.
Terisak kencang, menyalurkan ketakutan serta kekhawatiran yang sangat dahsyat.
"Lele, Adek gapapa?"
"Gatau teh hiks...kata Adek perutnya sakit..."
Erin menepuk-nepuk punggung chenle yang keliatan bergetar, air mata yang sukses ia hentikan sedari tadi, kini kembali mengalir tanpa persetujuan.
"Adek gapapa, berdoa aja ya le."
Erin menghela nafas berat, ia mengusap air matanya kasar. Mengurai pelukan, terus membawa Bocah itu untuk duduk tenang di kursi penunggu.
Erin menoleh ke arah Jeno, haechan, sama Jaemin, dimana mereka bertiga juga lagi ngeliatin dia. Ayah terlihat menunduk dengan sesekali mengintip ke arah pintu kaca.
Dan Renjun, dia ngasih senyuman hangatnya, seakan bilang 'Jangan takut, AA masih disini...'
Entah, yang pasti Erin membalasnya dengan sebuah senyuman yang tak kalah hangat. Diliriknya bunda yang terlihat lelah serta jejak Air mata yang ketara.
Helaan nafas terdengar kembali dari Erin. Sampai pada akhirnya, lutut yang sedari tadi mati-matian ia kuatkan agar tak runtuh, kini malah membuatnya hampir ambruk jika saja tidak ada Jeno di sampingnya dan menahan bahunya.
"Teh...duduk disini teh..."
Jeno memapah tubuh Erin, duduk di kursi penunggu. Erin terisak sejadi-jadinya.
Mengapa seterluka ini dirinya? Mengapa sekhawatir ini dirinya?
Padahal Erin sendiri sadar kalo dia cuma orang baru yang datang untuk bekerja... namun pada nyatanya, pekerjaan itu membuat sambungan tali yang erat sampai-sampai menciptakan sebuah hubungan yang slaing menyayangi.
Tak lama kemudian, Yeonjun datang bersamaan dengan pintu ICU berderit dan terbuka.
Semua orang sontak menegapkan tubuhnya, kecuali Bunda yang saat itu masih tak sadarkan diri.
Ayah Jaehyun menghampiri dokter terlebih dahulu.
"Dokter, si bungsu gimana?" Tak heran jika Jaehyun terlihat tak basa-basi dan tak menye-menye. Sebab dokter itu adalah dokte kepercayaan keluarga nya.
"Bisa kita berbicara secara pribadi. Kalo bapak tidak sanggup bisa di diwakilkan atau di temani salah satu putra bapak." Ujar dokter tersebut.
Pandangan Jaehyun terlaih pada Renjun, kamudian memberikan instruksi agar pergi menemaninya.
Renjun membuka jaketnya, menggulung dan lantas di letakkan di bawah kepala rose sebagai bantalan. Erin menatap pergerakan Renjun, hingga laki-laki itu sendiri membalas tatapan nya.
"Jagain bunda teh..."
"Iya a..."
Renjun pergi begitu saja, mengikuti dokter serta ayahnya. Disana tersisa Jeno, haechan, Jaemin, Erin, Yeonjun, serta chenle.
Erin terduduk di teras, menyamakan tinggi dengan Bunda. Diusapnya kening yang berkerut serta berkeringat itu.
Terlihat ketakutan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teteh || Nct Dream
Fanfic"TETEH! AA, ABANG, MAS, SAMA KAKAK SUKA SAMA TETEH KATANYA!" Pekikan Suara Chenle menggelegar di seluruh penjuru Rumah.. Erin tercengang...Heh?! Sementara disisi lain.. "Ck, Lele sama Adek tuh! Huh!" "Yaa, gimana ya...Mending kita bersaing secara se...