41. Serangkai kata menjadi amanat

1.2K 276 75
                                    

“Teh?”

Erin membuka matanya, kemudian menoleh ke arah samping. Dimana dia mendapati Renjun yang berdiri sambil senyum.

Erin kontan bangkit dan terduduk. Hal ini sontak bikin Renjun buru-buru membantu Erin untuk terduduk.

“Aa? Kapan pulang?”

Renjun tersenyum, tangannya terangkat hati-hati membenarkan hijab Erin.
“Malem tadi. Aa khawatir pas ayah ngasih tau kalo teteh ke rumah sakit, jadi aa bolos rohis.”

“Ya Allah aa...” Lirih Erin.

Renjun meraih tasnya, kemudian mengeluarkan sebuah kotak berbalut Kertas kado berwarna Biru.

“Ini, aa bawain oleh-oleh buat teteh. Aa beli ini langsung pas Mendarat di Jogja. Karna keinget teteh terus.”

Erin tersenyum tipis, kemudian menerima kotak pemberian Renjun. Perlahan, dia buka kotak itu.

Dan ternyata, isinya adalah sebuah Hijab dan gamis berwarna hitam. Cantik.

Jika saat itu Erin tak menyukai Warna gelap dan pekat karna menurutnya terlalu suram tak bercahaya, namun kali ini Erin dibuat jatuh cinta melihat tumpukkan kain dilipat berwarna hitam polos.

Gamis dan hijab.

“Aa? Ini beneran buat teteh?”

Renjun mengangguk “Iya, aa sendiri loh yang milih. Tapi aa gatau teteh suka apa enggak, warnanya hitam karna aa langsung jatuh cinta aja sama warna nya.”

Erin memandangi gamis di tangannya dengan tatapan berkaca. Hatinya berderit halus saking tertegunnya.

“Makasih a, gamis nya cantik.”

“Teh, hitam dan pekat identik dengan kegelapan. Jangan salah, kadang seseorang bisa menjadi cahaya karna hitam dan pekat.”

Renjun duduk setelah menjeda kalimatnya. “Hitam itu bukan buruk teh, hitam itu penjaga. Disaat warna terang terkadang menerawang, hitam selalu menutupi dengan warna gelapnya,” lanjut Renjun.

Benar, Erin setuju. Contoh kecilnya, Adalah hijab berwarna Gelap tidak menerawang dan membuat banyak orang melihat leher dibalik hijab.

“Dan satu lagi, ingat ini baik-baik. Warna hitam kadang membuat pemiliknya terlihat sederhana. Jadi, kalo teteh mau menjadi seseorang yang sederhana, teteh bisa pakai gamis dan hijab ini.”

“Aa pengen, teteh pake gamis ini pas aa pulang dari Jogja nanti.”

Erin mengeryit, “Maksud aa?”

“Teteh, istighfar!”

Entah bagaimana jadinya, Erin kembali membuka matanya. Persis seperti apa yang dia lakukan beberapa waktu lalu.

Cewek itu langsung terduduk. Dia melirik sekelilingnya, Ada Haechan, Jaemin, Jeno, Yeonjun yang sedang memegangi bahunya, serta Dokter yang berdiri di samping kanannya.

Sebenarnya ada apa?

Detak jantungnya terasa berpacu sangat cepat sehingga Erin merasakan sakit yang berhemoas di dadanya.

“Teteh? Ada yang sakit? Hmm?”

Erin menggeleng. Dia masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.

“Aa, tadi ada aa Renjun? Dia kemana? Katanya dia pulang dari Jogja karna khawatir sama teteh?”

Semua orang mengeryit. Yeonjun menatap sang dokter dengan penuh tanya.

Dengan hembusan napas samar dari dokter itu semua orang seakan menyiapkan mental mereka masing-masing untuk mendengar kemungkinan dari dokter.

“Ini bisa disebut efek dari kerja otak. Banyak sesuatu yang berkeliaran dan membuat pikiran Nona Erin menjadi kacau dan tidak terkontrol. Selain itu, ini bisa menyebabkan penderita banyak halusinasi, alhasil saat tertidur otak tak bisa istirahat sehingga muncul banyak mimpi-mimpi yang membuat nona Erin tidak bisa membedakan. Mana yang mimpi dan mana kehidupan nyata.” Jelas dokter itu.

Teteh || Nct Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang