50. Asing

1K 232 33
                                    

Erin memejamkan matanya sejenak, lantas kembali menatap tumpukan buku di atas meja. Lima bulan berlalu, Erin sering menyibukkan dirinya di kampus meski tak ada jadwal. Meski begitu, dirinya tak lupa akan pekerjaannya di rumah besar Pradika.

Ryu yang sedang menyedot es kelapa itu hanya terkekeh melihat Erin yang hampir meledak.

“Psikologi nih bosz.” Ucap Ryujin, di iringi kekehan kecil.

Erin cemberut, ia melahap cake nya tanpa minat. “Makin gila aja, tapi aku suka kok bacanya.”

“Kecuali kalo disuruh baca dalam 1 Minggu sebanyak ini Ryuuu. Aku mau baca santai gitu lhoo, kalo kecepetan mana bisa otak aku ini nyetak isi bukunya.”

Ryujin tertawa. “Aku bantuin baca deh.”

Aya-aya wae ah.

Di tengah tawa Ryujin yang puas, tiba-tiba Erin terdiam. “Kamu sama kak Hyunsuk gimana?”

Ryujin mengangguk, “Biasa aja. Emang kenapa?”

“Lah, kan kalian deket. Beberapa kali jalan, masih alesan cieee.”

Ryujin terkekeh. “Aku selama ini di ajak cuma buat nemenin dia beli barang buat ceweknya, erin.”

“Eh? Serius?”

“Iya, lagian aku udah gak ada rasa kok ke dia.”

“Sama Jaemin?”

Ryujin sontak saja terdiam, ia melirik Erin dengan alis mengeryit. “Kenapa tiba-tiba ke si Jaem?”

“Dih, aku tau kali. Jaemin sering curhat kalo dia udah mau jadi cowok bener. Terus, katanya dia lagi suka orang.” Erin tersenyum menyiratkan sesuatu yang dapat Ryujin mengerti, namun Ryu berusaha untuk pura-pura tak mengerti.

“Apa sih, Rinn.”

“Jaemin kayaknya suka sama kamu, Ryu. Keliatan sih, dia kepo banget kalo aku ngomongin kamu.”

Ryujin diam-diam tersipu, ia berusaha sebisa mungkin menepis perasaannya yang tampak menyambut euphoria dengan baik.

Semenjak Jaemin datang menyelamatkan nya dari Guanlin, mereka jadi dekat.

Dekat menuju lebih dekat.

Teteh—

Erin membuka pintu utama rumah Pradika yang hampir 2 tahun ia tempati. Keadaan di dalam sepi.

Biasanya Erin akan mendapati Renjun yang sedang membaca koran di sopa, lalu Haechan yang mengusili si bungsu dan si bontot, Jeno yang meminta Renjun untuk memasangkan sarung, maupun Jaemin yang selalu sibuk dengan Nuvo.

Erin merindukan segala kehangatan itu.

Apakah, semua ini tercipta agar Erin terbiasa sebelum dirinya pergi dari Jakarta penuh kenangan ini?

Tanpa sadar, setetes air mata terjatuh. Erin mengusapnya cepat, kemudian segera masuk ke dalam rumah yang sunyi.

Erin berusaha untuk menjalankan hidupnya seperti biasa, sebagai asisten yang harus mengurusi putra Pradika.

Tak lama dari itu, Erin dapat mendengar suara motor Haechan. Ia segera menaruh buku serta tasnya, kemudian menuruni tangga dan menyambut Haechan dari pintu utama.

“Mas.” Panggilnya senang, entah kenapa, Erin sendiri tak menyadari bahwa saat ini ia sedang menyambut Haechan dengan girang.

Teteh || Nct Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang