64. Langkah Yang Menjauh

525 119 69
                                    

Kudus adalah kota santri.

Alasan mengapa Haechan begitu ingin pergi ke kota itu, adalah untuk menemukan jati dirinya.

Ia bisa menimba ilmu agama disana. Di salah satu pesantren yang dimaksud oleh Aa.

“Sebenernya ya Aa tuh mau ke pesantren Al-Malik Kudus. Kalo gak sempet, ya semoga aja gitu diantara maraneh ada yang mau kesana. Belajar dikit-dikit.”

Begitulah saat-saat Renjun mengungkapkan bahwa dirinya ingin ke Kudus. Namun, pada akhirnya Renjun benar-benar tak bisa.

Dengan tekad yang begitu besar, Haechan menyiapkan tabungan. Sebisa mungkin dirinya tak meminta biaya pada Ayah Pradika.

Ia berangkat meninggalkan Jakarta usai kelulusan. Sebab ia gagal mengajukan kuliah secara daring.

Hari-hari kuliah tanpa melihat Erin seperti biasanya, adalah hal paling berat yang harus ia lalui.

Tak ada satupun kesempatan untuk sekedar melihat kehadiran gadis itu.

Ia benar-benar menghilang.

Tak ada lagi tentang Erin yang ia dengar.

Setelahnya, ia benar-benar belajar ke Kudus. Bekerja sampingan sembari membantu mengurus pesantren. Dan seseorang yang Renjun maksud adalah Kyai Fateer.

Pemilik yayasan serta pendiri pesantren yang sudah berdiri sejak tahun 2005.

Kyai Fateer wafat di tahun kedua dirinya ada di Kudus.

Haechan sudah mengabdikan diri ke pesantren itu. Membela hak pesantren agar tak di renggut salah satu Putra kyai yang ingin menjadikan tanah pesantren sebagai bangunan baru.

Dan pimpinan pesantren kali ini adalah kyai Zayn. Penerus pertama kyai Fateer yang sampai saat ini masih menopang pesantren, dan Soraya adalah cucu pertama.

Haechan tak akan pernah menduga, bahwa hari itu, dedikasinya terhadap pesantren membuat ia mendapat banyak kepercayaan serta posisi yang sangat penting.

Hal itu terjadi ketika Kyai Fateer sakit dan hendak wafat.

“Abah boleh minta sesuatu sama kamu, Nak?”

Haechan terduduk dengan Al-Qur'an yang masih terbuka. Anggota keluarga sering mengunjungi Kyai yang kerap ia panggil Abah itu untuk mengaji. Melantunkan ayat suci untuk mengantar Kyai ke peristirahatan terakhirnya.

“Boleh, Abah. Kenapa?”

Tangan Haechan bergerak mengusap punggung tangan yang mulai keriput, tangan dengan jari-jari yang senantiasa menggenggam tasbih.

“Kamu sudah Abah anggap sebagai anak sendiri. Kamu ingat, ketika kamu datang dan memaksa pengurus untuk menerima kamu sebagai pelajar. Abah kagum, karna baru kali ini ada seseorang begitu mau belajar dan hijrah tak pandang umur.”

Suara Kyai semakin mengecil, tarikan napasnya semakin berat.

“Nak, Abah titip pesantren ini. Zayn tak lama lagi akan beristirahat.”

Haechan terdiam cukup lama. Ia tak menjawab apapun, sebab hatinya begitu berat menerima, ia takut tak mampu.

Sebab tujuannya ke Kudus adalah membenahi diri, lantas pulang untuk melamar perempuan yang selama ini menjadi alasannya untuk tetap bertahan di kota asing.

“Dan, Abah mau kamu menikahi Soraya.”

Haechan kontan menatap Kyai. Ia tak bisa mengatakan apapun kecuali dengan tatapan yang begitu nanar.

“Abah, sebelumnya saya sudah membicarakan ini dengan Soraya. Apa dia gak menjelaskan apapun?”

Abah tersenyum. Ia memberikan tasbih untuk Haechan genggam.

Teteh || Nct Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang