57. Bertaut

786 144 51
                                    

Erin menatap ponselnya nanar, berpuluh-puluh chat yang masuk saat itu masih Erin simpan tanpa berani membukanya.

Erin merindukan Jisung dan Chenle yang sering mengeluh padanya tentang hal di sekolah mereka. Keduanya sudah seperti adiknya, karna Erin merasa dirinya adalah seorang kakak meski kenyataanya dia adalah adik bungsu.

Ia ingin mendengar kabar seperti apa keadaan mereka?

Tok tok

Erin terperanjat, segera ia membenahi hijabnya kemudian terduduk bersandar pada punggung brankar.

“Assalamualaikum...”

“Waalaikumussalam, dokter.”

Gadis itu tersenyum menyambut kedatangan dokter Razka. “Malam dokter Razka.”

Dokter itu mengeryit, kemudian terkekeh. “Baru aja mau perkenalan, udah tau aja nama saya.”

Erin terkekeh, “Saya tau dari Abi. Beliau ceritain tentang dokter ke saya.”

Dokter itu mengangguk tersenyum, ia membenahi kacamatanya untuk melihat Erin dengan seksama. Memang benar ucapan rekan-rekannya, bahwa pasien yang merupakan putri dari salah satu dokter dari rumah sakit ini sangat cantik.

“Darahnya di cek dulu ya.” Erin mengangguk, ia mempersilahkan dokter Razka untuk mengecek darahnya dengan alat kedokteran.

Sedangkan satu perawat lagi mencatat beberapa perkembangan serta obat dan infusan apa saja mulai habis.

“Pernah merasa sakit di bagian kepala saat bangkit dari duduk?”

Erin menganggukkan kepalanya. “Sering, dokter.”

“Dari catatan sebelumnya saya lihat, rata-rata darah kamu 90 kebawah. Tidak normal menginjak 100 atau 115.”

“Kamu juga punya maag dan vertigo, disini yang perlu diperhatikan bukan hanya pola makan, tetapi juga kesehatan psikis kamu. Sebagaimana stress adalah faktor yang memacu kambuhnya vertigo dan maag secara bersamaan.”

“Dan kondisi ini jelas tidak bisa dianggap spele mengingat kamu memiliki anemia yang cukup mengkhawatirkan.”

Erin mengangguk dengan wajah khawatir. Ternyata gejala yang ia rasakan selama ini membawa dampak yang begitu besar.

“Tapi jangan khawatir, selama dalam pengawasan dokter kamu aman. Nanti saya beri obat penambah darah, hindari kontak bahaya yang membuat kulit kamu terluka. Dikhawatirkan darah kamu sulit membeku dan terjadi pendarahan yang membuat darah kamu kembali menurun.”

“Baik dokter.”

“Sekarang coba berikan telapak tangan kamu.”

Erin menurut, tangannya bergerak terbuka agar dokter Razka bisa lebih mudah mengeceknya.

Dokter Razka melirik Erin sejenak,  dari raut wajah gadis itu terlihat sangat cemas dan khawatir. Berbeda dengan dirinya yang merasa canggung mendadak sebab ia harus menyentuk telapak tangan seorang gadis.

Razka berdeham, ia bahkan merasakan telapak tangannya berkeringat dibalik sarung tangan medis.

“Lihat, warna telapak tangan kamu dominan pucat. Tidak seperti telapak manusia pada umumnya yang memiliki darah normal, pasti telapak tangan mereka berwarna kemerahan.”

“Apa semua ini bakal kembali normal, dokter.”

“Kamu punya riwayatnya, kemungkinan kecil darah kamu bisa normal kembali.”

Razka mengatur roller clamp agar aliran infus cepat mengalir menghabiskan sisanya agar Erin dapat berganti botol infus secepatnya.

“Nanti kamu akan mengikuti bimbingan psikis, saya yang akan membimbing kamu. Dan mulai sekarang kamu adalah pasien saya, jadi kamu boleh mengandalkan saya.”

Teteh || Nct Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang