39. Marahnya seorang Kakak

1.2K 302 34
                                    

Mon maaf, disini terdapat adegan kekerasan dan 18+ yaa...
In Syaa Allah gak kelewatan, aku gak begitu detail ceritain nya...

⚠️Warning⚠️

Yang buruknya jangan di contoh dan di tiru!








•••






“Mending kita jemput bang Yeonjun dulu di stasiun.” Usul Haechan, sambil nepukin bahu Jeno.

“Dia langsung kesini?”

“Iya, mana ada sih Abang yang gak khawatir pas denger kabar adeknya hilang.”

“Tapi yang gue takutin itu, teteh ada di rumah temennya.”

“Tadi chat teteh belom jelas? Dia dibawa orang bang! Dia gatau jalannya dan mungkin sekarang dia ketakutan!”

Jeno mengacak rambutnya gusar. Gatau kenapa, perkataan dia tuh gak maksud buat gini, tapi buat nenangin diri sendiri.

“Jaemin dimana?” tanya Jeno, berusaha mengontrol pembicaraan sengit itu sekaligus ngeredain emosi Haechan.

“Kakak lagi minta bantuan temennya yang polisi itu.”

Jeno menganggukkan kepalanya. Hening melanda, baik haechan maupun Jeno gak ada yang mau buka suara.

Chenle sibuk liatin hujan lewat jendela, saking lebatnya kaca mobil bener-bener burem belum lagi embun yang baru di usap ada lagi.

Mereka khawatir, sangat khawatir.

Apalagi Erin tuh titipan keluarga mereka meski Erin disini kerja.

“Belok! Lo ngelamun ah!” pekik haechan. Jeno cuma diem sambil.belokin mobilnya ke jalan dimana mau ke stasiun.

Semoga aja, Erin gak kenapa-napa disana... Mereka berharap sama Allah, yang dimana sebuah harap itu gak akan pernah Allah balas dengan kecewa.

—Teteh—

Erin terisak. Sesekali tangannya bergerak dengan harapan ikatan itu terlepas. Dadanya naik turun menahan sesak sebab matanya di tutup dan alhasil pandangannya gelap.

“Ya Allah, lindungilah Aurat serta mahkota Erin, lindungilah keluarga Erin serta orang-orang terdekat Erin,” Lirihnya.

Sekarang, hijabnya udah dilepas, dengan rambut terurai Erin duduk sendirian di tengah sepinya ruang.

Mengingat kejadian dimana Eunwoo ngelepas Hijabnya, kembali lagi Erin terisak pilu. Dia malu.

Helaian poni yang sudah panjang itu menempel di dahi berkeringat nya.
Sesekali Erin menarik nafas dan kembali berdikir.

Saat ini benar-benar gelap.

“Ya Rabb...” Lirih Erin lagi. Erin percaya bahwa Allah tak pernah tidur, Allah akan selalu melindungi Erin.


Cklek-!

Erin menoleh ke arah sumber suara, meski yang dia dapati hanya gelap. Suara ketukan sepatu dengan lantai terdengar, Erin beberapa kali ber-istighfar.

“Selamat malam, sayang.” Ucap suara Eunwoo, dengan nada lembut. Tangannya bergerak menyentuh pipi Erin, membelainya sampai dagu.

Erin menggelengkan kepalanya, sebisa mungkin menghindari sentuhan Eunwoo.
“Kak, lepasin Erin...”

Teteh || Nct Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang