"Sudah tiga hari loh kamu disini mas, neng Erin gapapa?"
Jaemin melirik sekilas Malik yang tengah berbaring, ia tersenyum samar dengan mata yang masih terfokus pada Pinch clamp untuk mengatur laju air infus yang mengalir.
"Gapapa, Mas. Udah saya kabarin."
"Yauda, yang penting malam pertama lancar kan?"
Pertanyaan Malik membuat Jaemin terdiam. Ia begitu shock dengan pertanyaan yang sama sekali belum pernah ia bayangkan itu.
Malik sama terkejutnya, ia menatap Jaemin tak habis pikir.
"Jangan bilang?!" ujar Malik menyalurkan asumsinya setengah-setengah.
Jaemin mengusap tengkuknya malu, ia tak berani menatap Malik barang sedetikpun. Sampai lelaki itu mendorong bahu Jaemin untuk duduk, agar dirinya leluasa membaca jelas raut wajah Jaemin.
"Ya Allah mas! Gak malam pertama? Nanaonan ai sia?"
"Kita cuma beresin rumah, duduk di balkon, abis itu istri cium pipi saya. Udah, mas."
Malik menatap Jaemin frustasi. "Mas ya Allah, kamu ini loh. Terus mau kapan kalian melakukan sunah itu?"
Jaemin terdiam, ia menahan mati-matian rasa panas yang perlahan menjalar dari pipi ke telinganya.
"Atau kamu bingung ya? Nih mas, pertama shalat isya dulu, terus dilanjut shalat Sunnah aja. Terus kamu buk-"
"Mas Malik, buburnya abisin cepat, bentar lagi ada obat yang diantar." Jaemin memotong segera sebelum ucapan Malik berlanjut lebih vulgar.
Ia berdiri dan memasuki kamar mandi. Napasnya yang tertahan ia hembuskan lega, mungkin terlihat bodoh di hadapan Malik.
Bukannya tidak tahu, Jaemin pernah nakal. Ia jelas tahu bagaimana prosesnya, namun, setelah hijrah berhasil menjauhi hal-hal kotor tanpa mengganggu pikirannya sedikitpun. Jaemin menjadi tidak terbiasa mendengar hal seperti itu.
Ia malu...
Padahal, tak jarang dirinya membahas hal itu saat masa kuliah. Bergurau mengenai hal itu dengan saudaranya dan berakhir di ceramahi aa Renjun Habis-habisan.
Benar, Erin mengubahnya sejauh ini. Meski saat ini, ia sadar bahwa berubah ia tujukan semata-mata untuk Menyembah Allah dan mendapatkan Ridha-Nya.
Jaemin masih merutuk kecil. Ia benar-benar canggung.
Ponselnya bergetar kecil, menunjukkan panggilan masuk. Dan, satu nama membuat Jaemin semakin malu, salah tingkah sendiri di kamar mandi.
Butuh beberapa detik untuknya mengangkat panggilan itu.
"Assalamualaikum, iya?"
"Waalaikumussalam. Sayang, shalat subuh tadi?"
Jaemin memejamkan matanya saat terasa kian banyak kupu-kupu beterbangan menggelitiki perut bagian dalamnya.
'Sayang' katanya.
"Hmm," bahkan ia hanya sanggup menjawab seperti itu.
"Jadi pulang hari ini?"
"In Syaa Allah, kamu kerja?"
"Aku gak ada jadwal hari ini."
"Oh iya."
"A, kenapa? Kok agak singkat jawabnya?"
"Ah enggak sayang, aku lagi capek aja. Haha iya, doain aku pulang cepat ya. Nanti aku telfon lagi, soalnya mas Malik kemoterapi hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teteh || Nct Dream
Fanfic"TETEH! AA, ABANG, MAS, SAMA KAKAK SUKA SAMA TETEH KATANYA!" Pekikan Suara Chenle menggelegar di seluruh penjuru Rumah.. Erin tercengang...Heh?! Sementara disisi lain.. "Ck, Lele sama Adek tuh! Huh!" "Yaa, gimana ya...Mending kita bersaing secara se...