53. Tentang Ikhlas dan Menerima

884 208 35
                                    

Koment di setiap paragraf! Biar author makin semangat buat update dan bisa menstabilisasi jadwal Update!!!

•••


“Teh, kalo teteh pulang siapa nanti yang jaga Adek?”

Erin hanya tersenyum memandang Jisung yang tengah bergelut dengan buku-buku tugasnya. Dengan tangan yang sibuk mengemasi pakaiannya ke dalam koper, Erin menghela napas.

“Kamu kan udah bisa beresin kamar sendiri, terus pake dasi sendiri. Hebat loh itu, keren. Kalo masalah makanan, nanti kan ada Kak Jia, dia enak loh masakannya.”

Jisung merenggut. “Teteh mau pergi karna Abang ya?”

Erin terdiam sejenak, kemudian menggeleng. “Teteh ada keperluan yang emang mengharuskan resign dari sini.”

“Kalo gitu aku mau pindah ah ke Bandung. Sama ayah bunda disana, nanti aku nyari sekolah yang Deket rumah teteh.”

Erin tertawa mendengar ucapan Jisung yang kedengarannya memang sungguh-sungguh meski di saat yang bersamaan terdengar bercanda.

“Teteh juga kan belum selesai kuliah disini, dek. Nanti juga teteh sering main kok.”

Jisung berdecak kesal. Kemudian ia menelungkupkan tubuhnya dengan selimut yang sengaja ia tutupi ke seluruh tubuhnya. Lagi dan lagi Erin hanya bisa tertawa kecil, sembari menutup koper dengan resleting itu.

Erin mengumpulkan barang-barang nya, kemudian ia melihat kotak amanah dari Renjun untuk dirinya, lantas Erin terdiam untuk beberapa waktu yang cukup lama. Sampai suara Jisung menyadarkannya.

“Cuma 2 Minggu kan? Abis itu teteh ke Jakarta lagi?”

Gadis itu mengangguk, tangannya meraih kotak yang masih tertutup rapi di atas nakasnya.

“Mas Haechan kemana ya? Teteh gak liat dia dari pagi.”

“Mas tadi teh mau ke toko pak Burhan dulu, beli Snack.”

Tangan Erin mengusap pelan kotak itu. “Teteh keluar dulu ya, di kulkas ada puding. Teteh bikin subuh tadi.” Ucapnya, sebelum ia benar-benar melangkah pergi meninggalkan kamarnya.

Jisung hanya merenggut sembari mengangguk. Upaya nya membujuk Erin agar gadis itu tak pergi gagal. Rupanya koper-koper itu seolah menegaskan bahwa kepergian Erin dari rumah Pradika adalah hal yang tak bisa di ganggu gugat.

Lelaki itu melirik bingkai foto yang terselip di sisi tas milik Erin. Matanya melirik pintu yang lumayan tertutup. Sampai dimana Jisung berani beranjak dari kasur Erin, lalu meraih bingkai foto itu.

“Aa...”

Orang yang berada di foto itu adalah Erin dan Renjun. Dengan latar laut serta keindahannya, angin seolah terlihat ketika Jisung melihat pakaian serta jilbab Erin terkibas kecil.

Tawa bahagia keduanya seolah dapat didengar Jisung. Tertunduk, lelaki itu hanya bisa menahan genangan air matanya.

Teringat akan perkataan Renjun saat dirinya masih berada di bangsal rumah sakit.

“Aa, mau kemana?”

“Mau beli sesuatu dulu, nanti aa pulang lagi kok kesini.”

Aa-nya itu benar, dia kembali ke rumah sakit, namun bukan untuk menemani Jisung kembali. Melainkan untuk bertemu banyak alat agar hidupnya bertahan, lantas pada akhir nya tak berhasil juga.

Pulang kembali ke rumah sakit, untuk menghantar kepada pulang yang sebenarnya.

“Kadieu sakedap atuh de, aa ada percakapan rahasia.”

Teteh || Nct Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang