Erin mengemasi beberapa barang di atas mejanya. Ini hari terakhir, setelahnya ia pindah tugas ke salah satu rumah sakit jiwa untuk praktik lanjutan.
Siang ini Bandung diterpa cuaca panas. Erin pun beberapa kali mengibaskan tangannya, menyeka keringat yang bercucuran di dahinya.
Meski ruangannya sejuk karna terpasang AC, namun kegiatan mondar-mandir untuk mengurus berkas serta urusan tersisa membuat Erin berkeringat.
Beberapa dokter serta kenalan setempat sudah Erin berikan salam perpisahan. Berpamitan dengan tenang, untuk sebagian pasien medis yang sering kali bertemu, kepergiannya menyisakan kesedihan.
Termasuk pasien penderita Leukimia berusia 12 tahun. Masih sangat kecil, dan Erin kerap kali menaninya hanya untuk sekedar mendengarkan bocah kecil itu bercerita.
Saat langkah membawanya menuju parkiran, tempat dimana mobil Aa yang menjemputnya terparkir disana.
Tentunya, disana sudah ada Razka yang menantinya. Kienpun sama, laki-laki kecil itu berangsur memeluk Erin.
"Bunda!"
Erin menyambutnya hangat, mengais Kien penuh rindu.
"Kien, bunda kangen."
"Kien juga, eh aku ada hadiah buat bunda."
"Boleh sayang, mana hadiahnya?"
Kien dengan langkah ceroboh hampir terjatuh ketika menghampiri sang Ayah yang tengah menenteng papper bag berisi hadiah yang Kien maksud.
Diserahkannya benda itu pada Erin. "Bunda buka ini kalo udah sampai ya, Kien bikinnya sama Ayah!” suara lucunya terdengar antusias.
Erin mendekap tubuh kecil itu sekali lagi. “Makasih sayang, kalo bunda ada waktu nanti kita main, Kien nanti cerita sama bunda ya.”
Lelaki kecil itu mengangguk.
Erin sedikit berbincang dengan Razka, hanya untuk berpamitan dan mengucap terimakasih karna sudah menemaninya dari awal masuk hingga saat ini pindah tugas.
Lantas, di interupsi Aa untuk bergegas pulang.
°°°
“Teteh ke Rsj lusa kan?”
Erin mengangguk, “Iya, a. Hasil keputusan semalam gimana?”
Yeonjun tersenyum, cukup lama ia tak langsung menjawab. Kemudian melirik Erin yang tampak melihat arah depan menunggu jawabannya.
“Hasil keputusannya, gak lama lagi aa bakal jarang lihat kamu, gak lama lagi aa bakal jarang imamin kamu solat, dan sebentar lagi aa bakal bernaung di tempat yang berbeda dengan kamu, Teh.”
Erin tersenyum kecil. “Teteh turut berdoa untuk kelancaran semuanya, aa. Teteh juga gak sabar mau ketemu Teh Kila.”
“Tapi kenapa justru aa yang sedih ya Teh? Nanti tolong sering hubungin aa ya, kalo ada laki-laki yang melamar kamu bilang aa, biar nanti aa tau lelaki seperti apa yang mau memiliki kamu teh.”
Erin terdiam mendengar ucapan Yeonjun. Lantas ragu-ragu dirinya berbicara, bergeser sedikit untuk menghadap ke arah Aa Yeonjun yang masih fokus menyetir.
“Aa, teteh mau terima Jaemin.”
Dapat dilihatnya raut wajah Yeonjun yang menunjukkan ketidaksukaan. Matanya menyipit seolah ia malas melihat sekitar, hembusan napasnya memberat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teteh || Nct Dream
Fanfic"TETEH! AA, ABANG, MAS, SAMA KAKAK SUKA SAMA TETEH KATANYA!" Pekikan Suara Chenle menggelegar di seluruh penjuru Rumah.. Erin tercengang...Heh?! Sementara disisi lain.. "Ck, Lele sama Adek tuh! Huh!" "Yaa, gimana ya...Mending kita bersaing secara se...