10. Eye Mask

4.9K 567 113
                                    

Kale benar-benar menepati ucapannya untuk tidak menjemput Cinnamon hingga membuatnya mau tak mau harus menggunakan taksi online untuk ke rumah orang tua Kale. Sedikit kesal memang, apalagi dia sudah sempat menelepon Kale, tapi malah berujung penolakan. Meski begitu, Cinnamon harus tetap happy kiyowo di depan calon mertua dan calon adik iparnya supaya mendapat nilai plus. Tak lupa, dia membawa buah tangan berupa martabak manis yang dia beli di langganannya dan satu dus minyak goreng berukuran dua liter.

Oh, tentu ada alasan bagi Cinnamon memberikan minyak goreng. Di era maraknya kenaikan harga minyak goreng ini, sudah dipastikan kalau ibu-ibu manapun akan sangat senang kalau dibawakan salah satu dari sembilan bahan pokok tersebut. Tak terkecuali ibu Kale yang sebenarnya bisa membeli lebih dari yang dia berikan.

Supaya terlihat lebih santai, rambut Cinnamon yang berwarna golden brown diikat tinggi-tinggi, membentuk ekor kuda dengan menyisakan anak-anak rambutnya di sisi telinga. Untuk pakaian, dia memilih cropped cardi sebagai atasan, jeans 7/8 dan sepatu sneakers.

Di rumah Kale, Cinnamon langsung disambut oleh Briea yang masih memakai piyama tidurnya. Perempuan manis itu mengajaknya bertemu dengan sang ibu, Olivia, yang sedang membaca majalah di ruang keluarga. Semula, Cinnamon kira Olivia melupakannya—terlebih mereka baru bertemu sekali—tapi ternyata dia salah. Wanita yang masih cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi itu menyapanya dengan hangat.

"Cinnamon, kan? Wah, kita ketemu lagi, ya." Olivia memajukan wajahnya, hendak melakukan cipika-cipiki yang dibalas Cinnamon dengan kikuk. Dia masih belum terbiasa dengan tindakan tiba-tiba dari Olivia.

"Ma, Kak Cinna kasih minyak goreng satu dus sama martabak manis. Udah ditaruh di dapur sama Bibi." Perhatian Olivia langsung teralih ke arah sang putri bungsu yang berdiri di belakang Cinnamon. Keningnya berkerut samar sebelum menatap sosok yang dimaksud oleh Briea.

"Loh? Beneran?" tanya Olivia yang mendapat anggukan kecil dari Cinnamon. "Kenapa repot-repot, Cinnamon? Kamu ke sini aja tante udah senang, pake acara bawa-bawaan segala. Tapi makasih banyak, ya. Kebetulan tadi tante mau beli minyak goreng karena udah habis. Nggak jadi, deh, karena udah dibawain sama kamu."

"Nggak apa-apa Tante. Aku jadi ikutan senang karena udah bantu Tante. Daripada dateng cuma dengan tangan kosong, kayak mau numpang makan aja." Cinnamon berusaha menarik sudut-sudut bibirnya membentuk senyuman paling manis yang dia punya, tapi sepertinya malah tampak seperti cengiran kuda.

Olivia terkekeh kecil. Dia mengelus lengan Cinnamon lembut. "Kalau gitu, sekalian aja. Nanti kamu ikut makan siang bareng kami. Kamu di sini sampai jam empat, kan? Briea udah kasih tahu tante."

"Eh? Enggak perlu tante. Mungkin nanti aku pesan makanan lewat online aja." Cinnamon menolak dengan halus—sekadar basa-basi—meski sebenarnya hati kecilnya sudah salto kegirangan. Tidak mungkin Cinnamon akan sungguhan menolak tawaran ekslusif untuk makan bersama calon keluarga besarnya, kan?

"Jangan sungkan, Cinnamon. Tante malah suka kalau makan rame-rame, lebih hangat. Kale juga biasanya makan di rumah. Jadi, kamu pasti nggak bakal canggung karena ada yang kamu kenal."

Ah, di mana lagi dia menemukan calon mertua pengertian seperti Olivia? Cinnamon bahkan hampir tidak bisa mengontrol senyumnya kalau saja dia sudah lupa dengan yang namanya jaga image. Alhasil, dia hanya tersenyum anggun layaknya putri dari kerajaan kodok.

"Aku ikut Tante aja." Disuruh nikah sama anak sulungnya juga aku nggak masalah.

Baiklah, Cinnamon. Belum saatnya dia mengucapkan kalimat tambahan tersebut. Setidaknya, dia harus membangun citra sebagai wanita yang baik dan kalem terlebih dahulu.

"Nah, mumpung Kak Cinna udah mulai akrab sama Mama, aku mau mandi dulu." Briea menyela, membuat Cinnamon dan Olivia menoleh.

"Jangan minta Bibi untuk siapin baju kamu, Bri. Don't be like a child anymore. Understand?"

A Blessing In Disguise (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang