Kale mengetuk kemudinya gelisah dengan tatapan yang tertuju pada rumah Cinnamon. Selalu sepi. Kale tidak tahu apa Cinnamon ada di rumah atau tidak. Ingin menghubungi, tapi kontaknya masih diblokir. Sepertinya wanita itu benar-benar marah kepadanya. Kale tak menyalahkan, hanya saja dia agak kesal dengan Cinnamon yang menyimpulkan seenak hati tanpa bertanya terlebih dahulu.
Memangnya apa yang akan ditanyakan Cinnamon saat sedang marah dan kecewa?
Lupakan. Kale tidak ingin mengungkit masa lalu. Dia hanya harus fokus meminta maaf kepada Cinnamon, memperbaiki kesalahannya, dan meminta wanita itu untuk kembali kepadanya. Selesai. Kale memiliki kepercayaan diri yang tinggi akan mendapat permintaan maaf dari Cinnamon. Alasannya adalah karena Cinnamon tergila-gila kepada Kale. Tentu wanita itu akan mendengarkan penjelasannya dengan baik, kan?
Kale mengecek kembali penampilannya yang sudah rapi lalu membuka pintu mobil. Namun, ketika dia baru saja turun dari kendaraan beroda empat tersebut, dia dikejutkan dengan pemandangan yang kurang mengenakkan; Cinnamon sedang berjalan dengan seorang pria. Berduaan. Kalau ada jarak di antara mereka, mungkin Kale masih maklum. Masalahnya, mereka berjalan dengan jarak cukup dekat—ralat, sangat dekat hingga bahu keduanya bersentuhan—sambil tertawa.
Spontan, mata Kale menyipit. Cinnamon tidak pernah tertawa selepas itu saat bersamanya. Alih-alih tertawa, ekspresi Cinnamon selalu berubah cemberut di akhir percakapannya dengan Kale. Seketika, banyak praduga-praduga muncul di kepala Kale. Tentunya mengenai hubungan Cinnamon dengan pria itu. Cinnamon berkata kalau dia menyukai Kale, tapi kenapa sekarang dia malah bersama yang lain? Apa perasaannya dengan Kale hanya main-main?
Tidak boleh dibiarkan. Kale sudah melepaskan Ceyanne yang mendekati sempurna demi Cinnamon yang selalu mengganggu hidupnya dengan sifat centilnya. Kale tak akan semudah itu untuk mundur. Dengan langkah cepat, Kale menghampiri keduanya yang kebetulan berhenti di depan halaman rumah Cinnamon.
"Cinna!"
Kedua orang itu menoleh. Berbeda dengan si pria yang hanya menaikkan alisnya, Cinnamon justru terlihat terkejut sekaligus panik.
"Kale? Ngapain kamu ke sini?" Seberusaha mungkin, Cinnamon bertanya dengan nada ketus, supaya Kale tahu kalau dia masih marah. Lagi pula, untuk apa Kale ke sini? Seharusnya Kale sedang bahagia dengan Ceyanne karena mereka akan segera menikah. Bukannya datang ke rumah Cinnamon secara tiba-tiba. Oh, atau Kale ingin pamer karena Cinnamon tidak berhasil merebut hatinya? Kalau benar begitu, Cinnamon sudah siap untuk melemparkan sandal jepitnya ke wajah tampan Kale.
"Saya yang harusnya tanya sama kamu. Siapa laki-laki ini? Dan, kenapa kalian kelihatan deket banget?" Keinginan Kale untuk bicara baik-baik dengan Cinnamon, sirna sudah. Yang ada hanyalah kecemburuan yang menggerogoti dada, ingin segera menyingkirkan tubuh pria itu supaya tidak dekat-dekat dengan Cinnamon.
"Kamu kenal sama dia, Dear?"
Alis Kale berkerut dalam, hampir menyatu, saat mendengar panggilan yang diberikan pria itu kepada Cinnamon. Dear? DEAR? Lancang sekali bibirnya berbicara!
Kale sudah akan maju—memberi peringatan kepada pria itu—kalau saja Cinnamon tidak segera menghalangi. Wanita itu berdiri di depan si pria sambil merentangkan tangannya, menatap Kale menantang.
"Mau ngapain? Kamu jangan aneh-aneh, ya, Kal. Ini rumah aku. Jadi aku berhak ngusir orang yang nggak memiliki kepentingan sama aku dan merugikan aku."
Wajah Kale menampilkan keterkejutan, tak menyangka kalau Cinnamon akan berkata demikian. "Cin, saya ke sini untuk—"
"Aku nggak peduli kamu ke sini untuk apa. Yang pasti, kalau kamu nggak berkepentingan, silakan pergi. Aku lagi nggak menerima tamu yang bernama Kaleandra Oregano." Cinnamon memegang tangan pria itu, hendak membawanya pergi, tapi langsung ditahan oleh Kale. Buru-buru, Kale melepas tangan Cinnamon dari tangan pria itu. Dia benar-benar tidak ikhlas kalau Cinnamon berpaling darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Blessing In Disguise (END)
Dragoste#Romance-comedy #Make-up series #Food series Bagi Cinnamon, skincare dan make up adalah dua hal yang sangat penting untuk menunjang penampilannya sebagai beauty vlogger. Apalagi di masa kini, penampilan luar selalu dijadikan patokan untuk menilai se...