15. Sleeping Mask

5K 518 29
                                    

"Selamat pagi, calon pacar!"

Kale hampir menyemburkan kopi yang dia minum ketika melihat Cinnamon tiba-tiba muncul dari balik pintu ruangan dan menyapanya ceria. Mengambil tisu—guna mengelap bibirnya—alis Kale terangkat satu seiring dengan Cinnamon yang melangkah ke dalam. Tidak ada masalah memang, karena wanita itu sudah terbiasa keluar-masuk ruangannya. Meski Kale agak risi, tapi dia membiarkan Cinnamon bersiap sesuka hati asal tidak merugikannya. Hanya saja, pakaian apa yang tengah dipakai Cinnamon?

Jaring-jaring yang menutupi tubuh bagian atasnya dengan dalaman crop top seolah-olah tak mampu menutupi perut datar dan lengan putih Cinnamon. Untuk bagian bawah, celana jeans panjang berwarna hitam menjadi pilihannya. Daripada baju, jaring-jaring tersebut lebih cocok digunakan untuk memancing ikan.

"Nggak ada baju yang lebih mengenaskan lagi untuk dipakai?" Kale tak bermaksud demikian, tapi mulutnya sendiri yang berbicara. Seharusnya dia tak peduli dengan apa yang Cinnamon pakai. Toh, bukan urusannya juga, kalaupun misalnya Cinnamon tidak memakai atasan.

Cinnamon mengernyit, lalu melihat penampilannya. "Aneh, ya? Tapi ini lagi hits, tahu! Apalagi Jakarta panes banget."

Kale memutar bola matanya. "Terserahlah!" Dia kembali berkutat dengan pekerjaannya, membiarkan Cinnamon melakukan apa pun.

Cinnamon hanya memanyunkan bibirnya yang dipoles lip cream berwarna nude yang diombre dengan warna lebih terang. Dia memutuskan untuk duduk di sofa, mengambil ponselnya di dalam tas selempang mini lalu mengutak-atik benda persegi panjang tersebut.

"Halo, guys! I'm back again."

Kale melirik Cinnamon yang melambaikan tangan di depan ponsel sambil sesekali merapikan rambut panjangnya. Semula, Kale berpikir kalau Cinnamon sedang video call bersama teman-temannya, tapi asumsi Kale berubah saat Cinnamon mulai membaca tulisan di layar ponsel yang Kale yakini merupakan komentar dari para followers Instagram wanita itu.

Kale menggeleng pelan. Bisa-bisanya Cinnamon live di ruangannya tanpa seizin Kale. Namun, dia tak berkata apa pun. Suka-suka Cinnamon sajalah. Yang penting, jangan sampai Cinnamon melakukan room tour seperti selebgram lainnya. Kale tak akan segan-segan untuk mengusir Cinnamon.

"Halo juga Citra! Wah, makasih loh udah dibilang cantik. Kamu juga cantik."

"Iya, aku lagi nggak ada di rumah, nih."

"Tasya lagi ulang tahun? Happy birthday, ya! Semoga apa yang disemogakan, tersemogakan. Pokoknya doa yang baik untuk kamu."

"Kakak, kapan bikin daily vlogs lagi?" Cinnamon mengulang pertanyaan salah satu pengguna Instagram yang ditulis di kolom komentar. "Soon, ya. Kebetulan aku udah bikin videonya, tinggal diedit dengan tim terus upload, deh. Ditunggu aja."

"Kakak lagi di mana?" Cinnamon mengelus dagunya, bersikap seolah-olah tengah berpikir. "Hm ... aku lagi di tempat yang spesial." Dia tertawa ketika menyebutkan kata terakhir. Tiba-tiba, sebuah pemikiran iseng muncul di kepala Cinnamon. Dengan sengaja, dia mengganti kamera depannya menjadi kamera belakang, menampilkan sosok Kale yang sedang sibuk dengan laptopnya. Kacamata baca yang bertengger di hidung mancung Kale menambah kesan maskulin di diri pria itu.

Serius, deh. Cinnamon jadi semakin jatuh cinta!

Seketika, banyak komentar ditujukan untuk Kale yang tentunya didominasi oleh kaum hawa. Mereka menanyakan mengenai siapa Kale dan ada hubungan apa dengan Cinnamon. Tak sedikit pula yang meminta untuk dikenalkan hingga berbondong-bondong menodong username Instagram pria itu. Buru-buru, Cinnamon kembali mengubah posisi kameranya, membuat sebagian dari mereka merasa kecewa.

A Blessing In Disguise (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang