12. Exfoliating Lotion

4.4K 511 54
                                    

Belakangan ini, Kale merasa terlalu sibuk bekerja hingga dia tidak sempat meluangkan waktu untuk bersantai barang sejenak. Apalagi, Cinnamon seolah-olah tidak membiarkannya hidup dengan tenang. Sikap berlebihan dan mulut cerewet Cinnamon benar-benar membuat Kale pusing. Dia bahkan berpikir kalau tensi darahnya naik setiap kali bersama Cinnamon. Alhasil, di hari libur Ceyanne, dia mengajak wanita itu untuk berjalan-jalan sekaligus kencan dadakan.

Restoran sudah dia titipkan pada Riri. Dia juga mewanti-wanti karyawannya itu untuk segera meneleponnya kalau ada masalah yang terjadi di sana.

Mereka memutuskan untuk menonton film horor yang baru saja dirilis. Kalau tidak salah judulnya Ivanna. Sebenarnya, ide tersebut diusulkan oleh Ceyanne karena filmnya sedang booming. Kale yang tidak terlalu mengikuti perkembangan di sosial media hanya menurut. Toh, dia juga lumayan penasaran dengan isi filmnya hingga banyak dibicarakan dari mulut ke mulut.

"Pop corn-nya mau ukuran medium atau large, Kal?"

"Hm?" Kale menunduk, menatap Ceyanne yang mendongak ke arahnya. Mereka sedang membeli camilan sebelum masuk ke teater. "Terserah kamu. Aku ikut."

"Yang besar aja, ya? Supaya bisa satu berdua." Ceyanne memberi saran.

Kale mengangguk. "Boleh."

Setelah membeli camilan, mereka duduk di ruang tunggu terlebih dahulu. Kira-kira sekitar lima belas menit lagi baru mereka mendapat giliran. Selagi menunggu, mereka membicarakan banyak hal. Entah pekerjaan, kejadian-kejadian unik dan yang lainnya. Sifat Ceyanne yang dewasa mampu menyeimbangi Kale yang cuek. Wanita itu juga tidak banyak menuntut, membuat Kale merasa nyaman saat bersamanya.

Mengenai hubungan, Kale belum bisa memastikannya dengan jelas. Ceyanne memang wanita yang baik, tapi Kale tidak ingin buru-buru mengikatnya dalam hubungan yang lebih serius. Mereka hanya saling berkomitmen tanpa status. Karena menurut Kale, mereka sudah tidak pantas lagi untuk memulai hubungan dengan berpacaran. Cukup mengetahui perasaan masing-masing dan menjaganya hingga mereka benar-benar siap untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

Anggap Kale adalah pria berengsek yang suka menggantung perasaan seseorang dan berpikir kalau Kale melakukannya lantaran masih ingin bermain-main dengan wanita lain. Namun, sungguh. Ambisinya untuk semakin melebarkan sayap di dunia kuliner masih menggebu-gebu. Bagi pria itu, relationship berada di urutan ketiga setelah keluarga dan karir.

Kale juga sudah pernah membicarakan tentang hal ini dengan Ceyanne. Dan wanita itu setuju. Terlebih, Ceyanne belum siap untuk meninggalkan ayahnya yang merupakan orang tua tunggal. Mereka sama-sama memiliki alasan kuat untuk menunda pernikahan. Jadi, Kale tak perlu khawatir tentang perasaan Ceyanne.

"Kal, menurut kamu ... Cinnamon itu kayak gimana?"

Pertanyaan Ceyanne yang terlalu tiba-tiba itu membuat alis Kale terangkat satu. Padahal mereka sedang membahas cara pemotongan daging yang benar supaya tidak alot.

"Memang kenapa?" Kale balik bertanya. Ceyanne tidak pernah menyinggung soal Cinnamon sebelumnya. Wanita itu selalu berpikir kalau Cinnamon hanyalah satu dari banyaknya wanita yang pernah mengganggu Kale, yang akan mundur dengan sendirinya lantaran lelah mendapat respons dingin dari Kale.

Ceyanne menggeleng. "Cuma tanya aja. Dia, kan, beauty vlogger terkenal. Cantik juga. Siapa yang enggak suka sama dia?"

"Aku nggak suka sama dia," sahut Kale cepat, paham arah pembicaraan Ceyanne. "Perasaan nggak melulu tentang fisik, Nne. Jangan jadiin itu sebagai tolak ukur dalam menyukai seseorang."

"Entahlah Kal. Aku merasa ada sesuatu yang berbeda di diri Cinna."

Kening Kale berkerut samar. "Beda gimana? Kesehatan jiwanya? Atau gayanya yang nyentrik? Kamu tahu sendiri kalau dia orangnya memang out of the box."

A Blessing In Disguise (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang