28. Loose Powder

4K 484 78
                                    

Ceyanne tak tahu apa yang salah dari dirinya. Dia juga tak merasa pernah melakukan kesalahan kepada Kale hingga membuat pria itu mulai berpaling darinya. Selama ini, Ceyanne sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik. Dia menyerahkan semua atensinya hanya untuk Kale, tapi sepertinya Kale tidak melakukan hal yang sama. Kale menikmati perhatian yang Ceyanne berikan, sedangkan dirinya sendiri tidak memberi kepastian kepada Ceyanne mengenai hubungan mereka.

Seharusnya, Ceyanne tak mudah takluk begitu saja. Hanya karena ayahnya mengenalkan mereka berdua, bukan berarti Kale merupakan pria yang baik—tidak, Kale memang baik. Pria itu tak pernah kasar kepadanya, tapi hanya itu. Dia yang harus peka dengan sikap Kale. Entah memang sikapnya begitu kepada semua wanita, atau hanya pada Ceyanne saja. Dan, jawabannya adalah option pertama. Kale baik, tapi pada siapa pun, tanpa terkecuali. Sementara Ceyanne ingin diistimewakan, bukan dianggap seperti orang lain.

Bahkan, Cinnamon—orang yang notabenenya baru datang di kehidupan Kale—mendapat atensi penuh dari pria itu, menimbulkan kecemburuan di hati Ceyanne. Dari sekian banyaknya wanita, kenapa Kale harus menjatuhkan hati kepada Cinnamon yang jauh dari tipe idealnya? Kenapa bukan Ceyanne yang berhasil mendapatkan hati Kale? Apa usahanya kurang keras? Apa ada dari diri Ceyanne yang tidak disukai Kale?

Ceyanne bisa berubah, tapi apa hati Kale juga akan berubah?

"Maaf."

Ceyanne hanya melirik Kale tanpa mau merespons permintaan maaf pria itu. Sudah hampir sepuluh menit mereka berada di dalam mobil ditemani keheningan yang mencekam. Meski hubungan mereka sedang berjarak, tapi Kale tetap memaksa—tidak, Kale tidak pernah memaksa. Pria itu hanya menawarkan tumpangan kepada Ceyanne, satu kali saja, dan Ceyanne langsung menerimanya—untuk mengantarkan Ceyanne pulang ke rumah. Ceyanne akui kalau dia terlalu naif hingga berharap Kale akan kembali melihatnya, padahal sudah jelas-jelas kalau hubungan Kale dengan Cinnamon mengalami banyak kemajuan.

"Maaf atas sikapku belakangan ini, Nne. Aku nggak ada maksud apa-apa. Emosiku memang bukan sesuatu yang bisa diwajarkan, aku juga benci sama diriku sendiri karena udah membentak kamu, dan aku nggak punya pembelaan apa pun. Kamu bebas marah sama aku, benci sama aku, atau mungkin kamu pengin pukul aku ... nggak masalah. Aku terima." Kale menunduk, menatap kemudi mobilnya. Helaan napas meluncur dari bibir semerah delimanya.

Tak ada balasan dari wanita di sebelahnya. Kale tahu, bahkan sangat tahu kalau Ceyanne benar-benar kecewa dengannya. Ceyanne sudah menggantungkan harap kepada Kale, apalagi kondisi ayah wanita itu juga sedang tidak baik-baik saja. Namun, mau bagaimana lagi? Pikirannya sudah terkontaminasi oleh bakteri jahat yang bernama Cinnamon Maple. Bagi Kale, Cinnamon adalah wanita jahat lantaran mendominasi isi pikiran dan hati Kale belakangan ini, hingga dia bersikap tak baik kepada Ceyanne.

"Nne..."

"Sebenarnya, perasaan kamu ke aku, kayak gimana, Kal? Aku terus dibikin menerka-nerka. Kamu terus menggaungkan tali komitmen untuk hubungan kita, tapi kamu nggak pernah kasih aku kepastian. Aku bingung, Kal. Tiap kali ditanya sama orang-orang tentang hubungan kita, aku nggak bisa jawab. Kelu. Kita bukan temen, tapi kita juga bukan sepasang kekasih. Aku bahkan nggak punya hak untuk larang kamu deket sama siapa pun, termasuk Cinna." Akhirnya, Ceyanne bersuara setelah menekan rasa sakitnya ke dasar hati. Kalau bisa, dia ingin teriak di depan wajah Kale seperti tadi, tapi itu tidak akan mengubah apa pun yang sudah terjadi. Sama sekali tidak.

"I want to protect you. I want to make you happy."

"But, you don't love me. Kamu nggak pernah mencintai aku, Kal. Kamu cuma menganggap kalau aku adalah tanggung jawab kamu kepada papa aku. Cuma itu."

"Nne..." Kale ingin mengelak, tapi tidak bisa. Dia tidak punya jawaban atas pembelaannya.

"Fakta ini bahkan lebih sakit dari saat kamu nggak kasih kepastian sama hubungan kita. Seharusnya, aku nggak diem aja. Kalau kita punya hubungan, seenggaknya aku bisa menyelamatkan hubungan ini. Tapi, memang begini akhirnya, kan?" Ceyanne menatap Kale dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

"Maaf, Nne." Hanya itu yang bisa Kale katakan.

Ceyanne membuang napas kasar lalu membuka pintu mobil Kale. Tanpa mengatakan apa pun, wanita itu pergi, masuk ke dalam rumahnya tanpa menoleh ke arah Kale.

Ceyanne, sudah terlanjur sakit hati.

***

Sejujurnya, Kale tak punya tempat tujuan. Kelereng Ceyanne yang memerah menahan air mata masih melayang di pikirannya, membuat Kale terus diliputi rasa bersalah. Dan, seharusnya Kale mencari cara supaya Ceyanne memaafkannya, bukannya malah datang ke tempat ini seperti orang linglung. Dia pun heran, dari banyaknya tempat healing yang ditawarkan di Jakarta, kenapa dia harus menapakkan kakinya di halaman rumah Cinnamon? Dalam keadaan basah kuyup karena terguyur hujan pula.

Saat dalam perjalanan, hujan mengguyur kota Jakarta dengan derasnya—sebenarnya, mendung sudah melingkupi, tapi hujan baru datang beberapa saat lalu. Dan, semestinya Kale pulang, bukannya keluyuran seperti orang tak punya rumah begini. Apalagi ke rumah wanita yang seharian ini sudah membuat perasaannya kalang kabut.

Kale menatap pintu rumah Cinnamon yang tertutup rapat dalam diam. Dia hanya berdiri di halaman rumah Cinnamon, tanpa berniat untuk sekadar mengetuk pintu atau mengabari Cinnamon melalui ponsel. Jangankan mengabari, benda pipih persegi panjang itu saja tergeletak di dalam mobil. Jadi, Kale tidak membawa apa pun selain dirinya. Payung yang selalu tersedia di bangku belakang saja tidak dia gunakan. Sebagai gantinya, bajunya dibiarkan basah dengan tubuh yang mulai menggigil lantaran embusan angin.

"Loh, Kale?"

Kira-kira, hampir lima belas menit Kale berdiam, dia mendengar suara seseorang yang sangat familier di telinganya. Kale menoleh, dan menemukan Cinnamon dalam balutan kaus kebesaran yang menutupi celana pendeknya, sedang berjalan terburu-buru ke arahnya sambil membawa payung.

"Cinna?" Barangkali karena merasa sangat dingin, suara Kale jadi gemetar.

"Kamu ngapain hujan-hujanan begini?" Cinnamon langsung memayungkan Kale, hingga tetes hujan tak bisa lagi menyentuh kulit pria itu.

"Saya pikir kamu ada di rumah." Kale justru berucap yang lain.

"Enggak. Aku habis belanja di warung ujung komplek, tapi barang yang pengin aku beli nggak ada. Kamu ngapain di sini? Hujan-hujanan lagi. Ada perlu sama aku?" Cinnamon tak merasa kalau Kale punya keperluan dengannya—atau mungkin pria itu ingin menarik kata-katanya kalau sudah menyukai Cinnamon?

Kale diam sebentar—menormalkan suaranya yang agak bergetar—lalu berucap, "Kamu bener-bener suka sama saya, Cin?"

"Hah?" Cinnamon tak menyangka kalau pertanyaan itu akan keluar dari mulut Kale. Namun, melihat Kale yang tidak mengulang pertanyaannya lagi, Cinnamon pun menjawab, "Iya. Kamu, kan, udah tahu. Kenapa?"

"Saya boleh cium kamu?"

Cinnamon terkejut untuk kesekian kali. Dia ... tidak salah dengar, kan? Maksudnya ... kenapa tiba-tiba Kale ingin mengajaknya berciuman? Di tempat terbuka dengan hujan yang mengelilingi mereka.

"Kamu nggak mau?" Kale kembali bersuara. Namun, setelahnya ... dia membulatkan mata saat Cinnamon menarik kaus depannya yang basah dan menempelkan bibirnya di bibir Kale. Selama beberapa detik, Kale merasa waktu berhenti, sebelum akhirnya dia melingkarkan lengannya di pinggang Cinnamon, menarik tubuh wanita itu supaya semakin dekat. Perlahan, mata Kale terpejam, membiarkan semuanya bertindak secara alami. Tak mempedulikan payung Cinnamon yang jatuh dan membuat mereka kebasahan.

Karena yang terpenting adalah; Kale harus memastikan perasaannya untuk Cinnamon.

***


Hai hai hai!!! Happy Selasa!

Aduhh, gimana gimana part kali ini? Udah senyum-senyum atau belum? Atau gigit bantal pengen jadi Cinna? Sinii, mari kita mojok bareng meratapi nasib wkwk

Kale udah mulai gimana gitu yaa gaiss 🤣 hati author senang, hati pembaca pun ikut senang. Betul atau betul???

Dah ah, aku mau semedi lagi, sambil nemenin Sung Go Kong cari kita suci. Bye bye!!!

Sampai jumpa lagiiii!!!

Bali, 9 Mei 2023

A Blessing In Disguise (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang