gang limabelas

8.8K 504 2
                                    

Syarifah tertidur di pundak suaminya,ia sangat kelelahan karena banyak menangis kemarin,bahkan sampai sampai matanya sembab.
    Gus muham tidak bisa tidur,karena jika ia memindahkan istrinya tidur di pangkuannya pasti ia akan terbangun ,Gus muham kasihan melihat istrinya kelelahan karena menangis.
    Gus muham rela duduk semalaman dengan Syarifah yang tertidur di pundaknya dari pada harus membangunkan istrinya ,meskipun rasa pegal terus saja menyerang pundaknya.
   Tiba tiba seorang dokter masuk untuk memeriksa uminya keadaan uminya Syarifah.

      " Gimana dok keadaan mertua saya?" Tanya Gus muham dengan nada lirih.
      " Penyakit kangkernya sudah sampai di stadium akhir, jadi hanya sedikit harapan untuk sembuh." Jawab dokter itu.
Gus muham menghela nafas berat." Terima kasih dok." Ucap Gus muham.

Dokter itu mengangguk lalu pergi keluar ruangan,dan tak lama kemudian Syarifah terbangun dari tidurnya.

    " Mas... Gimana keadaan umi ?" Tanya Syarifah langsung .

  Gus muham terdiam sesaat ,tidak mungkin ia harus memberi tahu istrinya bahwa uminya sudah stadium akhir ,ia tidak tega jika harus melihat Syarifah menangis lagi.

     " Umi baik baik aja,kita jangan putus berdoa dek."jawab Gus muham pada akhirnya.

Syarifah hanya bisa mengangguk ,lalu ia mendekati uminya yang sampai sekarang belum sadarkan diri.

     " Umi.... Umi harus kuat umi...umi harus sehat lagi." Ucap Syarifah sembari mengelus pipi uminya.

   Wajah uminya terlihat sangat pucat ,dengan hidung yang di tutupi dengan penutup oksigen supaya uminya masih bisa bernafas.
    Gus muham hanya memperhatikan,lalu ia merogoh kantong jasnya untuk menggambil handphone nya.ia harus menelpon salah satu santri abahnya supaya dapat memberi tahu abahnya bahwa ia sedang di rumah sakit.

     " Halo assalamualaikum." Salam Gus muham mendahului setelah telepon  Diangkat.
     " Waalaikumsalam ustadz." Jawab kang Ardi yang tak lain adalah Qodim abahnya.
     " Kang tolong beritahu Abah bahwa aku sedang di rumah sakit." Ucapnya.
     " Iya ustadz."

Setelah memberi tahu dan mengucap salam Gus muham langsung mematikan sambungan ,lalu mendekati istrinya lagi.

    " Dek....mas tinggal dulu ya..." Pamit Gus muham sembari mengelus kepala syarifah.
    " Mas mau kemana?" Tanya Syarifah.
     "Cari makan sama minum buat kamu dek,kasihan perut mu dari kemarin belum keisi." Jawab Gus muham lembut dan langsung di angguki oleh Syarifah.

Dan pada akhirnya Syarifah di tinggal sendirian sesekali pandanganya melirik ke arah  alat pendeteksi detak jantung uminya,ia masih bersyukur bahwa alat itu tidak menunjukkan garis lurus.
   Tiba tiba seorang perempuan masuk,ia adalah Annida sahabatnya. Annida tersenyum ramah ,ia mendekati Syarifah sembari membawa buah tangan yang di belinya.

     " Gimana keadaan umi sya?" Tanya Annida.
     " Enggak tau nid. Dari kemari umi belum juga siuman." Jawab Syarifah sedih.

  Annida merasa kasihan ,ia mengelus punggung sahabatnya itu." Yang sabar ya sya.aku yakin umimu pasti sembuh." Balas Annida mencoba menguatkan sahabatnya.

   Syarifah menangkupkan kedua tangannya ke wajah.
   
      " Aamiin..makasih doanya nid." Ucap Syarifah sembari tersenyum ,meskipun itu di paksakan.
     Annida ikut tersenyum." Suamimu kemana sya?"  Tanya Annida penasaran ,pasalnya dari awal ia tidak melihat adanya Gus muham.

      " Mas muham lagi cari makan,sebentar lagi dia pulang." Jawabnya.

Tak lama kemudian orang yang mereka bicarakan pun datang sembari menenteng kantong plastik,Gus muham sedikit penasaran kenapa Annida ada disini.

Suami? (End, Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang