gang duapuluhlima

8.3K 458 2
                                    

Bunyi dentingan sendok yang bertabrakan dengan piring menemani sarapan Abah ma'Ruf, Gus muham dan Syarifah. Di tambah dengan obrolan obrolan ringan yang membuat sarapan mereka semakin syahdu.

" Muham.... Kapan kamu akan memberi Abah cucu " ucap Abah ma'Ruf santai.

Syarifah langsung terdiam ,tapi tidak dengan Gus muham ia tetap terlihat tenang dan santai.

" Sabar ya bah Masih dalam proses , Abah berdoa saja semoga segera di beri momongan." Jawab Gus muham Santai sembari melirik ke arah Syarifah yang sedang memasang wajah malu malu.
" Rasanya Abah sudah tidak sabar ingin segera menggendong cucu." Ungkap Abah ma'Ruf dengan senyuman hangatnya.
" Tenang saja Abah, kita akan sering melakukannya supaya cepat jadi, ia kan dek." Jawab Gus muham sembari tersenyum menyeringai.

Seketika itu pula mata syarifah langsung melotot ke arah Gus muham, ia mencubit paha suaminya , bukanya kesakitan suaminya itu malah tertawa tanpa dosa.
Abah ma'Ruf ikut tertawa seraya geleng geleng kepala mendengar jawaban konyol dari anak tunggalnya itu. Setelah selesai makan Syarifah segera membereskan bekas makan lalu mengantarkan suaminya untuk berangkat kerja.

" Mas.... Bisa bisanya loh mas ngomong kaya gitu sama Abah.." ucap Syarifah sembari mengantarkan Gus muham.
Gus muham terkekeh pelan " ya gak papa loh dek, sesekali." Jawab Gus muham tanpa dosa.

Syarifah mendengus pelan, bisa bisanya suaminya bisa begitu mesum di depan abahnya membuat Syarifah malu saja.

*********

Seperti saran suaminya semalam, ia akan mencoba mengamalkan ilmunya. Sebelum nya ia sudah mencari informasi kepada lurah pondok putri ,kitab apa saja yang belum pernah di Ngajikan di sana..
Alhasil ia pun memilih kitab mar'atus Sholihah itu karena kitab ini berkaitan dengan dirinya sebagai seorang wanita dan seorang istri.
Saat memasuki area pondok putri , Syarifah langsung teringat masa mondoknya dulu saat di Lirboyo. Tak berbeda jauh dengan pondok putri as-shidiqiah ini , ketika ada seorang guru atau buk nyai mereka para santri langsung menundukkan kepalanya dan memelankan suara tanda rasa ketakdhiman mereka kepada seorang guru.
Jika ada santri yang nekat ,ia akan meminta bersalaman dengan sang guru. Tapi itu jarang sekali terjadi karena hanya sedikit santri yang berani mendekat untuk meminta bersalaman. Namun jika sudah ada santri yang mendekat untuk meminta bersalaman semua santri akan ikut untuk bersalaman juga.
Syarifah tersenyum memandang ke area pondok putri ,yang tadinya bising riuh sekarang menjadi sedikit hening karena kedatangannya mungkin ,mereka sudah tau bahwa Syarifah adalah istrinya ustadz muham.

" Mbak... Dimana kelas 3 Tsanawiyah ?" Tanya syarifah kepada lurah pondok putri uang bernama aliya.

Aliya menundukkan kepalanya sedikit " di sana ustadzah. " Jawabnya sopan sembari menunjuk kesalahan satu kelas yang sudah di penuhi dengan para santriwati yang siap menjemput ilmu.

Syarifah mengangguk lalu melangkah ke arah kelas 3 Tsanawiyah, saat Syarifah masuk keadaan kelas yang riuh menjadi hening seketika. Ia duduk bersimpuh lalu mengucapakan salam untuk memulai pelajaran.

" Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu." Salam Syarifah memulai pelajarannya.
" Waalaikumsalam warrohmatullahi wabarokatu." Jawab mereka serempak.

*********

Wallahu alam bishoab alfatihah." Ucap Syarifah mengakhiri pelajaranya.

Ia menutup kitabnya lalu mengucap salam, ia keluar kelas dan tiba tiba tak sengaja berpapasan dengan Annida .

" Sya.... Kamu ikut ngajar juga sekarang ?" Tanya Annida heran.
" Iya nid,,, di rumah gak ngapa ngapain juga ,,jadi mas muham nyaranin aku ikut ngajar aja "jawab syarifah santai.

Annida hanya mangut mangut saja.

Alhasil mereka pun pulang bersama, entah mengapa Syarifah merasa senang saat bertemu dengan sahabatnya.

Suami? (End, Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang