gang duapuluhsembilan

7.8K 422 0
                                    

    Makin hari perut Syarifah semakin bertambah besar, ia mulai kesusahan untuk berjalan bahkan tidurpun ia tak leluasa untuk bergerak. Namun ia tak pernah mengeluh toh berkah ini semua ia mendapatkan ganjaran yang berlipat-lipat ganda.
   Ini sudah memasuki bulan ke sembilan, ia sudah sangat tak sabar menunggu hari kelahiran anak pertamanya, dan Syarifah selalu rajin membacakan surah Maryam dan juga Yusuf untuk si calon bayi.
   Gus muham sebagai suami  sangat sabar dan perhatian kepada Syarifah , sikap Syarifah yang sering berubah ubah membuat Gus muham harus ekstra sabar menghadapinya. Setiap malam sebelum tidur Gus muham selalu membacakan sholawat seraya mengelus perut Syarifah yang membuncit ,mulai dari sholawat Fatih ,badar, nariyah ,dan semua sholawat hingga istrinya itu benar benar tertidur pulas.

   " Sayang... Jalan jalan mau gak?" Ajak Gus muham .

   Syarifah yang masih nyaman menyender di pundak suaminya itu segera menggeleng cepat.

   " Nggak lah mas, udah malem juga.." tolak Syarifah.

   Sebenernya bukan ia tak mau , lebih tepatnya malas saja untuk keluar malam malam, di tambah lagi ia masih sulit untuk berjalan.
    Namun tetap saja suaminya itu terus saja merengek, membujuk istrinya untuk keluar malam.

  " Ayolah dek.  Martabak di pengkolan Deket rumahnya pak Handoko enak banget.." rengek Gus muham lagi sembari memegangi tangan istrinya di lengkapi dengan wajah yang di melas melaskan.

   Dan entah setan dari mana yang merasukinya  akhirnya Syarifah mengiyakan ajakan Gus muham membuat suaminya itu langsung bersorak  senang. Dengan cepat  ia meraih kunci motor dan mengambil jaketnya.

   " Paket ini,, mas gak mau kamu kedinginan." Ucap Gus muham sembari memakaikan jaket  di pundak istrinya.

  Tanpa membuang waktu lagi mereka pun segera berangkat, membeli martabak yang di idamkan oleh Gus muham.
Selama di perjalanan tak ada obrolan yang tercipta apalagi Syarifah ,,ia tetap duduk anteng malas , jika bukan suaminya merengek mengajak untuk keluar mungkin ia akan tetap di rumah.
   Akhirnya setelah menempuh perjalanan 10 menit mereka pun sampai juga di warung martabaknya pak Hedi, pelanggannya terlihat lumayan banyak membuat Gus muham dan Syarifah harus mengantri.

    " Assalamualaikum.." salam Gus muham kepada si penjual martabak yang bernama pak Hedi itu.
  Pak Hedi yang tengah memotong martabak langsung menoleh.                                                     "Waalaikumsalam.." jawab pak Hedi seraya tersenyum ramah.
    " Pak saya pesan martabaknya satu loyang.."
   " Siap Gus."

  Usai memesan ,Gus muham mengajak Syarifah untuk duduk di salah satu bangku yang sudah di sediakan.
 
   " Dingin gak dek?" Tanya Gus muham yang duduk tepat di samping istrinya.

   Syarifah menggeleng, lalu mengambil ponsel dari saku gamisnya, ia mulai asyik dengan benda pipih itu dan membiarkan suaminya dianggurkan.
   Sesekali Gus muham melirik ke arah handphone Syarifah, melihat istrinya itu sedang  melihat apa. Namun lama kelamaan Gus muham merasa jengkel sendiri karena terus di anggurkan oleh Syarifah. Tanpa izin dan aba aba Gus muham langsung menarik paksa handphone Syarifah dan langsung memasukanya di kantong Hem yang ia pakai.
   Seketika Syarifah terlonjak kaget.

   " Apa apaan sih mas..." Ketus Syarifah.
   " Punya suami jangan di anggurin".
Syarifah berdecak sebal " bawa sini hp ku.." pinta Syarifah seraya mengulurkan tangannya.
    " Gak boleh.." tolak Gus muham sembari memalingkan wajahnya.
  Syarifah semakin kesal " mas...... Kembalikan." Paksa Syarifah seraya menarik narik baju sang suami.

   Sedangkan Gus muham tetap kukuh , ia berniat tidak akan mengembalikan handponya istrinya sampai martabak pesanannya datang.
   Di saat Syarifah terus meronta ronta meminta hpnya di kembalikan tiba tiba pak Hedi datang sembari menenteng martabak pesanan Gus muham.
  Dan saat itulah Syarifah langsung terdiam, Gus muham tersenyum lalu menyerahkan handphone istrinya itu tanpa dosa.

Suami? (End, Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang