58 : terbongkar

2.2K 82 12
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNNN

Irham menatap nanar CCTV dari layar laptopnya, betapa kecewanya Irham pada anak sambung dan juga sang mertua. Dosa apa yang sudah anaknya perbuat pada mereka? Sampai sampai dengan tega nya mereka memperlakukan Ayana seperti ini.

Hati nya terasa diremas ketika mengingat semua perbuatannya pada Ayana, dirinya bahkan tega mengusir anak kandungnya sendiri, mata nya benar benar tertutup, melihat kebenaran saja masih sering keliru.

di samping tubuh Irham ada Ghita yang senantiasa menemani, dirinya tidak mau berbohong, bahwa ia juga sangat kecewa pada kedua orang itu.

Terlebih mereka orang terdekat nya.

"Maafin ibu mas, maafin anak aku.."lirih Ghita pada Irham.

Irham menatap istrinya gamang"kenapa mereka tega?"tanya irham dengan pelan"aku bahkan sayang sama Ella sebagai anak kandung ku, begitu juga ibu, ibu sudah aku anggap mama ku sendiri"

Ghita mengelus pundak suaminya lembut"aku yang salah karena nggak bisa tegas sama anak aku mas"

"Ella juga anak ku ta.."wajah irham saat ini berubah sendu"aku bisa anggap mereka tapi kenapa mereka nggak bisa anggap Ayana? kita menikah, sama sama membawa anak, kenapa ibu mu tidak menerimanya?"

"Bahkan Ella dengab tega nya menyakiti adik yang belum sempat hadir kedunia"

Ghita terisak, betapa sakit hati nya melihat semua ini"maafin aku mas"Ghita menangis disisi kanan irham, irham tak ada niatan untuk memeluk istrinya, menenangkan nya, tidak ada.

"Kamu panggil ibu sama Ella ke ruang tamu, aku mau bicara"

-

"Sialan! Irham udah tau kalau yang nyelakain mama kamu bukan si Ayana!"

Saat ini kedua orang beda usia itu sedang merasakan panik yang luar biasa, bagaimana tidak? baru saja mereka ketahuan semua kejahatannya di depan Irham.

"Nek, Ella gamau tau ya. Kita harus cari cara lagi buat bikin Ayana pergi dari sini!"

"Udah bagus dia diusir pindah ke belanda, kenapa harus balik lagi sih"

Nenek ani mendesah prustasi, angan angan tentang kebahagiaan diatas kemewahan tiba tiba terbawa angin, seperti sangat mustahil untuk digapainya kembali.

"Nggak ada waktu buat mikir lagi, kita pake cara yang lalu saja"

"Kamu hubungin si bambang, suruh anak buahnya nyekap Ayana, kita culik dia malam ini juga"

Disisi lain, Ayana sedang berada didalam mall bersama buna Lana dan juga leo, mereka menghabiskan waktu dari sore hingga menjelang malam untuk berbelanja.

"Buna, udah selesai beli nya, kamu masih ada yang mau dibeli?"taya buna lana

Ayana berpikir sesaat"ada satu lagi bun, bunda tunggu disini aja, Ayana keatas dulu mau beli buku"

Buna lana menolak"bareng aja, buna temenin"

Ayana menggeleng"gapapa, aku aja sendiri, bang leo jagain bunda disini, aku sebentar aja kok"

Lana menghela nafasnya pelan"leo temenin aja, buna sendiri bisa kok"

"Ihh buna, nanti kalau digodain om om gimana? udah sama bang leo aja disini, capek juga pasti kan jalan jalan dari tadi"

Leo yang sedari tadi hanya menyimak kini membuka suara"ribet banget, udah leo aja yang beli buku nya ke atas, mau beli buku apa?"

"Ihh abang, Ayana aja, cuma sebentar"

Akhirnya setalah perdebatan itu selesai Ayana mulai pergi beranjak untuk membeli buku yang ia maksud tadi.

Tapi saat dirinya baru sampai di lantai 4 mall tersebut, tiba tiba wajahnya disekap menggunakan sapu tangan dengan bau minyak wangi yang sangat menyengat, beberapa saat kesadarannya telah hilang bergantikan gelap yang menyelimuti kedua matanya.

-
Disinilah sekarang Ayana berada, dirumah kosong yang minim pencahayaan, ayana disekap. Tangan dan kakinya diikat pada bangku, mulutnya di berikan kain agar tidak bisa bersuara.

"Emnghh...."

Tidak ada yang menyahut, ayana menatap sekitar, ia takut, bahkan sangat, didalam hati ia berdoa agar ada seseorang yang akan menolongnya, ruangan ini gelap dan kotor, tubuhnya merasa sangat dingin.

Ayana mengeluarkan air matanya ketika mengingat kejadian beberapa waktu lalu, apa ini? Kenapa ia ada disini? Pertanyaan yang mulai bermunculan dalam diri Ayana.

Ayana mencoba melepaskan ikatan tali tersebut, namun naas tiba tiba seseorang datang"bagus, dia udah bangun"kata seorang wanita tua yang tak lain adalah nenek ani dan juga Ella.

Saat Ayana mengerakan kakinya, tiba tiba rasa nyeri mulai terasa, ia melihat Tubuhnya penuh dengan luka-luka, tangannya yang terasa sangat kaku, bagian lehernya yang sepertinya terkena goresan.

Mereka semakin mendekat, Ella menatap sinis wajah sembab ayana"mampus lo, nggak akan ada yang nolongin lo lagi!"

Ella maju mendekat, ia melayangkan satu tamparan yang menbuat pipi ayana terasa kebas, Ella juga membawa satu gelas minuman berisi soda lalu menumpahkannya diatas kepala Ayana.

Rambut ayana kini basah dan berantakan, matanya sembab dan didekat bibirnya berdarah, pipinya membengkak akibat tamparan ella tadi. Ayana tetap menangis. Berharap Ella masih punya hati dan melepaskannya.

"Nek, kita apain ya?"tanya ella

"Pukulin"seru nenek ani memberi perintah pada anak buahnya.

Suara ringisan ayana terdengar menyakitkan, tapi kedua manusia itu malah tertawa dengan wajah berbinar.

Pukulan demi pukulan yang dilayangkan para pesuruhnya untuk Ayana, kini berhenti karena seruan baru darinya, Nenek ani tersenyum miring"tolong ambilin perasan lemon!"perintah nenek ani pada anak buahnya

Mereka mengangguk patuh, sambil menunggu anak buahnya datang, nenek ani memukul kaki dan juga tangan ayana lagi secara bergantian.

Ringisan itu keluar lagi dari mulut ayana, walau tidak terlalu jelas tapi terdengar begitu memuaskan untuk Ella.

Ella beralih mencubit kedua pipi ayana hingga memerah, Ella mencubitnya mengunakan kuku yang tajam, darah merembes keluar dari pipi Ayana. Bahu ayana dicambuk dua kali oleh nenek Ani, Tolong siapapun tolong ayana.

Baju ayana disebek paksa dibagian lengan, dan juga bagian perutnya, ella melepaskan kain yang ada dimulut ayana, ia lebih suka mendengar teriakan ayana yang kesakitan.

Ella mengambil paku dekat pintu, ia berjongkok menyamai dirinya dengan paha ayana, sedetik kemudian, paku berkarat itu menusuk paha ayana.

"AHHWWSS...."teriak Ayana, tubuhnya terperanjat rasanyanya sakit, membuat seluruh badannya kian terasa ngilu, ayana menatap ella memohon

"Ma--maafin a--aya, tolong lepasin aya... "begitu kata kata yang keluar dari mulut ayana

Ella tertawa, begitu menyenangkan melihat darah ayana"nggak akan sebelum lo MATI!"

-


BJK REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang