Six: Enter your password (a)

40 8 0
                                    


Ada beberapa hal yang paling sering Jihan dengar, kalau orang-orang justru memandangnya kasihan karena terus-terus menyendiri. Hidupnya dianggap suram lantaran tidak punya satu orang pun yang dapat dipercaya.

Namun, yang Jihan tahu dirinya tidak membutuhkan semua itu. Dia bahkan tidak punya waktu untuk memikirkan hal yang tidak berguna sementara over thingking-nya yang sibuk memikirkan apa yang akan dimakan besok.

Jihan ... hanya ingin hidup normal seperti orang-orang pada umumnya. Jauh dilubuk hati yang paling dalam, ia juga ingin menikmati masa remajanya dan bergaul dengan teman-temannya. Memiliki kekasih yang selalu menanyakan keadaannya.

Ya. Semua itu sempat terbesit di benak Jihan begitu sadar betapa buruk kehidupannya. Tapi Jihan sadar dia tidak memiliki waktu untuk mengasiani diri dan meratapi nasib.

Meski merasa hancur, Jihan tetap bangkit. Tidak lagi ambil peduli dengan sekitarnya. Tidak akan terlibat oleh apapun yang tidak memberikan keuntungan untuk dirinya sendiri.

Bahkan sekarang, Jihan sudah tak lagi bermimpi untuk memiliki seorang teman jika hal itu hanya akan menambah-nambah beban saja. Seperti-

"JINU, BISA LO JAUH JAUH DARI GUE!"

Pagi-pagi, Jihan sudah sudah dibuat mengamuk lantaran sosok yang terus mengintilinya ketika berjalan di sepanjang koridor. Cowok itu hanya nyengir meledek. Justru respon Jihan yang menguras tenaga adalah hal yang dicarinya. Semakin Jihan mengamuk maka itu semakin bagus.

"Gue bener-bener gak ngerti ama sikap lo yang nguntit gue ke sana kemari!" Jihan kian jenuh. Memejamkan kedua matanya, kuat.

"Kok nguntit, sih? Mastiin pacar sendiri selamat sampai rumahnya masa dikata penguntit." Jinu bicara sok ngambek. Membuat Jihan lagi-lagi mendelik sengit. "Lagian kamu kenapa sensi banget dari tadi. Kamu hamil, ya? Gak usah takut, aku tetep tanggung jawab, kok."

"JINU!" Jihan hilang sabar. Beberapa saat kemudian ia menutup setengah wajahnya dengan buku, jenuh.

Ucapan Jinu yang melantur itu bisa saja membuat orang yang mendengarnya salah paham.

Terlebih lagi, sudah banyak desas-desus yang mengatakan bahwa Jinu dan Jihan berpacaran. Melihat bagaimana kedekatan Jihan dengan seorang cowok secepat itu yang padahal sebelumnya tidak pernah peduli dengan orang di sekitarnya.

"Kamu gak perlu malu. Lagian kalo kita couple bakal ngalahin kepopularitasan Dansha Couple, kapalnya Dani ama Sharin. Oh, iya. Kira-kira nama kapal kita apa, ya? Jiji couple? JihanxJinu?" Jinu memasang wajah usil. Membentuk lambang hati dengan menyatukan ibu jari dan telunjuknya. Mulai kelewat alay.

"Iya. JIJI! Sangking JIJIKNYA sampe bikin gue muntah!"

Tidak mau berlama-lama menghadapi Jinu yang kian membuat darahnya mendidih. Jihan mengambil langkah tergesa. Dia bahkan lupa dengan tujuan awalnya yakni mencari Juwan untuk memberikan tumpukan buku yang dititipkan oleh Pak Harto barusan.

Sempat blank untuk menerka keberadaan orang yang dicari, beruntung ia sudah menemukan Juwan di depan kelas.

Namun yang membuat fokus Jihan terbagi adalah sosok yang saat ini berbicara dengan Juwan. Jihan sedikit memiringkan kepalanya--mengingat-ngingat--

Sosok itu tampak familier.

"Eh, Jihan?" Juwan langsung memanggil begitu menyadari keberadaan Jihan yang tak jauh darinya. Cewek di depan Juwan ikut menoleh pada Jihan yang menjadi atensi Juwan kali ini. "katanya buku fisika yang belum dikoreksi dititipin ke elo, ya?"

Take your Partner [Complete]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang