Twenty: Freakdown

28 6 0
                                    






Mata pelajaran olahraga pada pagi hari ini mengharuskan semua para penghuni kelas untuk segera mengganti pakaian dan bergegas kelapangan.

Sebagian besar sudah berbondong-bondong pergi mengikuti instruksi guru yang bersangkutan, terkecuali untuk beberapa siswa pemalas yang tidak begitu bergairah dengan berbagai alasan yang dianggap cukup tidak masuk akal.

Tidak heran jika beberapa oknum memilih berpura-pura sakit sebagai alasan kuat untuk menghindar dari aktivitas yang cukup menguras banyak tenaga tersebut.

Di kelas, hanya tersisa beberapa orang. Alana membuka loker untuk mengambil pakaian olahraganya dengan wajah cuek, mengabaikan Gisel yang sepertinya mulai geram ingin kembali menghabisinya lagi namun terhalang akan ancaman Harlan tempo hari yang cukup berbahaya.

Tapi bukan Gisel namanya kalau ia menyerah begitu saja tanpa memuaskan hasratnya untuk menindas seseorang yang ia benci sampai mati. Sekelebat pikirannya terus berproses dengan ide-ide licik, mencari cara yang halus untuk meintimidasi Alana tanpa harus diketahui Harlan.

“Sha, gue ada ide kayaknya buat bikin sampah gak tau diri kayak dia segera mampus.” Gisel menghampiri Sharin untuk meminta pendapat. Raut menggebu tak dapat disembunyikan. Cewek itu langsung mengutarakan rencana busuknya. “Jadi ceritanya semalem gue ke hotel buat nyamperin Tante gue, nah gak sengaja gue ngeliat si Alna itu di sana.”

“Hah?” Sharin mendadak tegang. Jantung terasa dijatuhkan di perut. Detik itu juga prasangka buruk mendadak mengalir di benaknya. Mendengar kata hotel saja sudah cukup untuk membuat lututnya tremor, apalagi ketika mendengar pernyataan Gisel yang menyebutkan Alana dan hotel sekaligus.

Sharin tentu sensitif, jika Alana di hotel itu berarti juga ada dirinya di sana.

“Kok lo mendadak speechless gitu, sih? Gue belom selesai, loh.” Gisel mengerutkan alisnya. Sharin langsung gelagapan.

“E-enggak, gue cuman penasaran aja sama selanjutnya, hehehe. Elo mah, cerita pake jeda-jeda segala. Te-terus g-gimana? Lo foto atau lo samperin?” Meski canggung, Sharin berusaha tersenyum untuk memperlihatkan antusiasme yang sebenarnya teramat dipaksakan. Jika boleh jujur, ia gugup setengah mati. Takut jika pada cerita Gisel selanjutnya akan meyebutkan namanya.

“Ah, sayangnya tu gak sempet.” Gisel mendesah kecewa. “Dia jalan bahkan cepet banget gitu. Gue hampir percaya gak percaya. Ngapain coba anak miskin kayak dia di hotel bintang lima kalo bukan ngelacur. Buat dia mah makan aja susah. Hm, tapi ya … kalo gue gak salah liat, sih. Dia juga gak sendiri. Gue sempet ngeliat satu cewe yang rambut panjang. Mungkin itu temen seperlon-“

“Gisel tolong filter omongan lo,” potong Sharin. Dia sudah tak sanggup mendengar pergunjingan itu lagi, walau cukup sadar apa yang dilakukannya ini cukup berbahaya dan bisa saja membuat Gisel kesal dan berakhir merundungnya di masa depan.

“Wah, kenapa? Lo kesel karna gue ngatain si Sampah itu?”

“Bu-bukannya gitu … “ Sharin cepat-cepat meluruskan. Matanya bergulir gelisah. Pikirannya mendadak kacau. “Intinya gak salah aja kalo kita pake bahasa yang lebih alus karna masih di lingkungan sekolah. Lo gak takut apa kalo Bu Sari tiba-tiba lewat terus kita kena poin. Tau sendiri ngomong kasar dikit aja udah kena teguran.”

“Ck. Santai saja kali. Orang sepi juga. By the way, soal si Sampah itu, kayaknya gue bisa buntutin dia, deh. Kalo berhasil dapet fotonya buat jadi bukti, terus disebarin sampai satu sekolah tau kalau dia cuman perek aja, itu lebih dari cukup buat nindas dia tanpa harus ketahuan Harlan, kan”

“Waduh, Sel. Mending jangan, deh!” Sharin menelan ludahnya, kasar. Terduduk lagi di bangkunya. Mendadak ia tidak bersemangat bahkan untuk sekedar berdiri dan membawa tubuhnya. Kelakuan Gisel membuat semakin was-was saja. “Lagian dia ke hotel belum tentu jual diri, sapa tau ada keperluan lain, kan. Mending jangan, deh. Entar kalo gak bener jatuhnya lo fitnah dan malah bisa kena pasal atau dituntut atas pencemaran nama baik.”

Take your Partner [Complete]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang