Fifteen: About Harlan

26 7 0
                                    

Sesekali Harlan berpikir kenapa dia harus melakukan hal yang tidak berguna seperti sekarang ini. Untuk pertama kalinya dia terus bertindak seperti tidak biasanya selama terlibat dengan cewek kurang ngajar yang bahkan beberapa kali membuat wajahnya bonyok.

Entahlah. Harlan bahkan tidak mengerti dengan perasaannya yang akhir-akhir ini menjadi mudah emosional. Setelah diingat-ingat juga dia lebih bertindak beberapa derajat lebih manusiawi dibandingkan sebelumnya. Empatinya jauh lebih menguap untuk seorang gadis yang pada awalnya ingin ia hancurkan.

Namun mengapa Harlan justru terlibat dengan sebuah ruang yang selama ini selalu dibiarkan kosong.

Tanpa sadar Harlan berusaha mengisinya dengan berbagai tindakan konyol yang ia lakukan kepada Alana.

Berada di kamarnya sendiri. Harlan duduk di ranjang king size-nya. Memperhatikan Alana yang masih tertidur dengan rasa sakit di sebelahnya.

Pakaian Alana juga sudah diganti oleh salah satu ART di rumahnya. Lampu tidur yang hanya memberikan efek keremangan dinyalakan. Setelah beberapa jam terlelap gadis itu akhirnya bangun juga. Beringsut pelan. Memegangi kepalanya masih sedikit berdenyut-denyut. Mengedarkan pandangan untuk ruangan yang begitu asing.

“Ini di mana?” Alana bertanya, serat.

“Di kamar cowok.” Harlan menjawab santai. Sebelah tangannya yang bebas menekan tombol off lampu tidur dan tidak lupa menghidupkan lampu utama di ruangan ini sebagai pengganti. Cowok itu berbaring dalam posisi menyamping di kasur Alana dengan sebelah lengan menopang kepalanya, santai.

Parahnya lagi Harlan dalam keadaan bertelanjang dada. Dirinya masih aman sebelum akhirnya Alana menyadari keberadaannya yang cukup ambigu langsung melemparkan sebuah bantal ke wajahnya lalu menjerit shock.

“NGAPAIN GUE LO, HAH?!” Alana bertanya berang. Kedua matanya melotot begitu terintimidasi. Sebelah tangannya terangkat ingin  melayangkan tamparan namun tangan besar Harlan jauh lebih menjanjikan menangkap tangan mungilnya yang tidak seberapa itu.

Masih menatap sosok itu dalam keadaan tegang. Alana mendadak nge-freez saat Harlan masih memegangi tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Di detik selanjutnya Alana merasakan bulu kuduknya merinding saat Harlan mendekatkan wajah pada telinga kirinya.  Bibirnya tersungging nakal membisiki; “Emangnya lo gak ingat gue tadi ngapain aja, hm?”

Alana masih dengan ekspresi horornya. Wajah lempeng Harlan memang membuatnya berpikir positif bahwa tidak ada yang spesial dari tubuhnya sendiri. Namun setelah menimang-nimang, Alana sadar seburuk-buruknya dia sebagai perempuan dia tetaplah perempuan.

Bisa saja tipe-tipe buaya hidung belang seperti Harlan sudah bosan dengan gadis-gadis montok di rumah bordil dan memutuskan untuk mencari sesuatu yang berbeda kali ini.

“DASAR CABUl?! GUE LAPORIN LO PELECEHAN YA?!” Alana kali ini habis akal. Menggebuki Harlan dengan bantal membuat cowok itu terpingkal tanpa dosa.

Respon Harlan yang tidak ada rasa bersalahnya itu tentu membuat Alana kian naik pitam. Alana mengambil sebuah raket listrik yang kebetulan berada di atas nakas samping tempat tidur, Harlan yang baru menyadari terkesiap dengan bola mata melotot yang nyaris keluar.

“E-E-EH! AL, LO MAU NGEBUNUH GUE?!” Harlan kalang kabut. Lambat beranjak memberikan kesempatan untuk Alana memuaskan segala kemurkaannya.

Harlan masih berseru-seru panik hingga akhirnya sampai juga raket nyamuk itu menyentuh pipinya. Harlan merintih. Cowok itu jatuh lagi ke tempat tidur akibat shock dengan sentuhan listrik di pipinya.

Take your Partner [Complete]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang